EPS 7

1.9K 143 1
                                    

Gus Fahmi melnjutkan doa dalam sujudnya. Tiba tiba muncul sekelebat wajah Ayra.

"Asstagfirulla...kok bisa?" tanya Gus Fahmi dalam benaknya. Sambil mengelus dada ia terus beristigfar.

Fino yang baru saja masuk ke dalam masjid terheran heran melihat sahabatnya tersebut mengelus dada dengan mulut komat kamit.

"Gus, kenapa? Ada masalah?" tanya Fino dengan menepuk pundak Gus Fahmi

"Eh. Enggak. Cuman tadi sekelebat aku itu li-" Gus Fahmi berpikir sejenak

"Sekelebat liat apa?" tanya Fino dengan mengerutkan kening nya

"Eee. Nggak nggak. Oh ya kamu bisa gantikan aku mengajar tidak? Aku ada acara habis ini" Gus Fahmi berbohong

"Hmm. Bisa. Dimana kelasnya?"

"Kelas yang kedua dari pojok" ucap Gus Fahmi seraya menunjuk ke arah kelas yang ditempati Ayra

"Oke. Tapi aku tak sholat dulu" ucap Fino seraya berjalan menuju ke shaf nomer dua.

                                                ®®®®®®

"Ay jangan ngelamun entar kesambet" tegur Zahra sambil menepuk pipi Ayra pelan

Ayra tak memperdulikan itu. Ia tetap sibuk dalam lamunannya. Entah mengapa melamun itu menyenangkan pikir Ayra.

Beberapa saat kemudian dirinya terlonjak kaget karna tiba tiba dalam lamunannya itu muncul wajah Gus Fahmi.

"Astagfirullah..." berkali kali ia panjatkan istigfar. Sambil sesekali menepuk nepuk pipinya sendiri.

Zahra mengerutkan kening melihat kelakuan sahabatnya tersebut. Ia tersenyum seraya menggelang gelengkan kepalanya

"Kesambet kan" bisik Zahra di telinga kanan Ayra

"Hah? Eh enggak eh iya" jawabnya gelagapan

"Kesambet apa? Wajahnya cowok?" bisik Zahra lagi

"Kok kamu tau?" Ayra terkejut mendengar pernyataan sahabatnya tersebut

"Siapa hemm, siapa.....?" goda Zahra sambil menik turunkan kedua alisnya

"Gak. Bukan siapa siap. Mungkin tadi kebetulan"

Beberapa saat kemudian terdengar salam dari arah pintu. Jantung Ayra bendetak tak karuan ia tak siap untuk bertemu Gus Fahmi.

"Assalamualaikum..." ucap lelaki tersebut seraya mengetuk pintu

"Eh? Kayak kayak suaranya kak Fino...." guman Ayra dengan mengwrutkan keningnya

Ayra masih enggan untuk beralih pandangan. Ia takut bahwa suara tersebut adalah Gus Fahmi. Perlahan ia mencoba untuk menatap ke papan tulis.  Degupan di hati Ayra mulai menormal. Ada rasa lega yang muncul di hatinya.

"Fyuh~ ternyata bukan"

                                           ®®®®®®

Sepanjang waktu pelajaran Ayra habis kan dengan melamun. Kak Fino yang sedari tadi menyempatkan untuk memperhatikan adik sepupunya tersebut merasa janggal.

"Apa...mungkin aku suka ya sama Gus Fahmi?" tanya Ayra dalam benaknya lalu dengan cepat ia ber istigfar.

"Ayra. Bisa kamu menjawab pertanyaan tadi?" tanya kak Fino tegas

"Ha? i, iya" Ayra sedikit terkejut dengan perlakuan Kakak sepupunya tersebut.

"Ah. Maaf tadi pertanyaannya apa?" Ayra baru sadar bahwa ia tak tahu apa yang ditanyakan Kak Fino.

"Apa yang pertama kali menginspirasi kamu untuk...eh tidak jadi" Kak Fino menarik lagi ucapannya.

"Yahh karna sudah terlanjur ku eh saya dengar jadi boleh dijawab?" goda Ayra seraya menaik turunkan alisnya

"E, y-ya terserah" degupan hati Fino langsung tak karuan. Telinganya sedikit memerah

"Yang pertama kali menginspirasi saya adalah kakak sepupu saya. Dia laki laki yang sangat baik dan hangat. Sebelumnya kami belum mengetahui apa hukumnya, apa kita mahrom atau bukan. Jadi kita sangat dekat" Ayra berhenti sebentar dan tersenyum dengan tingkah kakak sepupunya ini.

Sudah lama ia tidak melihatnya seperti ini.

Telinya Fino semakin memerah ia berusaha meredakannya dengan membaca istigfar dan semakin menunduk.

"Dia berkata kalau saya bisa menumpahkan segala perasaan saya dengan melukis atau mungkin menggambar. Tapi dia juga bilang seperti ini "jika nanti Ayra butuh teman curhat. Ayra bisa curhat sama Allah setelah shalat. Walaupun tidak ada tanggapan tapi kemungkinan besar Ayra bisa lega" ucap kakak saya dan menampilkan senyumnya sehingga mwnunjukkan eyesmile nya.

Murid murid mulai gaduh. Rata rata membicarakan "apakah kakak Ayra tampan? Sepertinya iya"

Ayra tersenyum ke arah Fino. Senyum kemenangan. Mata mereka sekilas bertemu. Telinga Fino sudah merah padam. Degup hatinya sudah tidak bisa ia kontrol.

Saat pengumpulan tugas Fino sudah memiliki rencana untuk balas dendam.

Giliran Ayra yang mengumpulkan tugas nya ia selalilu tampil dengan senyum kemenangan.

"Jika Ayra tersenyum terus, Ayra jadi tambah manis dan cantik" bisik Fino dengan nada menggoda.

"Ih. Apasih. Balas dendam ya" bisik Ayra dengat raut muka sebal.

Hai hai haiiiii

Kalian kalo habis baca ndak maj mencet bintang?

Apa ceritanya kurang bagus apa gimana?😥

Plis pencet bintang . atau kasih masukan kalian mau e gimana...?😣

Okee karna yang kasih bintang dikit banget up nya agal lama ya...

Oh ya. Baca cerita aku juga ges judul nya
"PDKT dengan Ketua Rohis"

Aku berusaha biar cerita itu seru. Yang ini juga. Mangkanya kasih masukan ges....😉

Oke makasii

Pesantren in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang