24

1.5K 113 2
                                    

Jumat pagi, para santri dan santriwati melaksanakan kerja bakti. Khusus untuk kerja bakti santriwan dan santriwati dibolehkan untuk saling membantu tetapi tetap menjaga adab.

Ayra dan Zahra sudah siap memegang alat kebersihan masing masing. Ayra menggenggam sapu lidi, sedangkan Zahra mengambil alih  pengki ( cikrak ). Dua sahabat tersebut langsung memulai perannya masing masing. Tiba tiba Ning Hasna datang sekedar menyapa namun berlanjut menjadi obrolan.

"Assalamualaikum Ayra, Zahra" sapa Ning Hasna.

"Waalaikummussalam Ning" jawab Ayra dan Zahra kompak.

"Semangat ya kerja baktinya. Sebernernya saya juga mau bantu kerja bakti begini tapi malah kebagian masak.." ucap Ning Hasna.

"Ahahaha nggakpapa Ning" balas Ayra.

"Saya bantu bentar deh, saya juga mau ngerasaain kerja bakti sama kalian. Kayaknya seru!" ucap Ning Hasna mengambil alih sapu lidi lain yang juga dibawa Ayra.

Tiba tiba Gus Fahmi dan Fino datang, disusul dengan Ali yang membawa beberapa peralatan kebersihan.

"Assalamualaikum" seru Gus Fahmi yang dijawab dengan serentak oleh Ayra, Zahra dan Ning Hasna.

"Wah..rajin nih ya Ayra" goda Fino pada Ayra seraya tertawa pelan.

"Dari dulu kali Ayra rajinnya. Nggak kayak Kak Fino yang kerjaannya main game terus setiap mampir rumah Ayra" balas Ayra bangga.

"Dih, males an juga kamu, remot jarak sejengkal doang males ngambil." ejek Fino balik.

"Dih, daripada kak Fino, baju kotor sampek numpuk segunung nggak dicuci cuci jorok tau!"

Ayra dan Fino meneruskan adu mulut tersebut dengan saling mengejek. Bahkan jika salah satu dari mereka kehabisan kata kata dialihkan ketopik yang baru. Mereka sampai tidak sadar bahwa ada orang lain disitu.

"Stt, udah udah" lerai Zahra.

"Hahahahha, kalian dulu kayak gini setiap hari?" tanya Gus Fahmi.

"Iya, dulu kalau nggak ribut sehari aja pasti rasanya aneh" jelas Fino.

Gus Fahmi hanya menanggapinya dengan tersenyum dan menggeleng.

"Ayra, saya mau ngembaliin ini ke gudang Putri. Kayaknya mereka nggak sengaja ninggalin." ucap Ali.

" Ohh, ayo Ayra antar." balas Ayra

"Kak Fahmi, tadi Umi nyuruh Kak Fahmi bantu Hasna bawa bahan untuk masak dari dapur dhalem ke dapur santriwati."  ucap Ning Hasna.

"Ali, ayo ikut Ayra ke gudang santriwati" ajak Ayra mulai berjalan pergi.

"Saya ikut, lagian kalian juga bukan mahrom" tawar Gus Fahmi pada Ayra dan Ali.

"Nggakusah. Gus Fahmi bantu Ning Hasna saja. " tegas Ayra pada Gus Fahmi.

Ayra langsung melenggang pergi diikuti dengan Ali.

_PiL_

"Saya tau kamu suka Gus Fahmi." ucap Ali dari belakang Ayra sambil tetap berjalan.

"Eh..? Ahaha mana mungkin. Gus Fahmi dan Ning Hasna lebih cocok." balas Ayra seraya tersenyum.

"Ayra" panggil Ali dari belakang.

"Saya mau ngomong sesuatu tapi waktunya nggak pas. Nanti sori setelah shalat ada waktu kan. Kita bicara di perpus." ucap Ali tersenyum.

"Ya? Oke" jawab Ayra tanpa menoleh.

Sesampainya di gudang hanya Ayra yang masuk. Sedangkan Ali menjauh dari gudang, agar tidak terjadi fitnah. Setelah Ayra keluar baru Ali berjalan kembali ke wilayah santriwan. Sedangkan Ayra istirahat sebentar dengan duduk pada salah satu bangku di lapangan. Ayra menyenderkan punggungnya lantas menghela nafas lega.

Baru saja Ayra ingin bersantai dan tenang. Tapi ia malah melihat pemandangan yang membuat hatinya sakit.

Ayra melihat Gus Fahmi dan Ning Hasna berjalan beriringan, Gus Fahmi sedikit mundur ke belakang. Mereka menjadi pusar perhatian. Semua santriwati membicarakan keserasian mereka berdua. Di mata Ayra pun mereka terlihat seperti pasangan. Apalagi Gus Fahmi ikut membantu membawa beberapa sayuran. Hati Ayra perih.

Kalau saja para santriwati tidak menbicarakan Gus Fahmi dan Ning Hasna sebagai pasangan, mungkin hati Ayra tak kan sesakit ini. Sakit hati yang Ayra rasakan, tersalurkan pada kedua matanya. Pertahanan air mata Ayra runtuh hanya karna Gus Fahmi menoleh padanya. Air mata itu menetes tanpa aba aba. Entah Gus Fahmi bisa melihat atau tidak air mata itu terus mengalir perlahan.

Dengan cepat Ayra menunduk. Mengusap pelan bekas jejak air mata tersebut. Lambat laun air mata Ayra sudah bisa berhenti. Ada secuil harapan Gus Fahmi menghampirinya nyatanya tak terdengar langkah kakinya sama sekali.

Hehe

Jangan lupa
Bintang
Komen

Terimakasih!!!!!!!!

Jaga kesehatan semua !!!!!

Assalamualaikum.



Pesantren in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang