27

1.5K 97 6
                                    

Ayra berjalan lambat menuju kamar mandi. Sesampainya di area kamar mandi, Ayra hanya mencuci muka di wastafel. Ayra bercermin sembari menghela nafas berkali kali.

"Ay, kamu nggakpapa?" tanya Zahra berlari menghampiri Ayra.

"Hah? Oh, gapapa." jawab Ayra tersenyum.

"Beneran? Kalo ada masalah cerita lah." ucap Zahra menatap Ayra serius.

"Iya.. Eh, habis ini pelajaran apa?" tanya Ayra mengalihkan topik.

"Seni. Kamu ikut atau.."

"Ikut lah. Santai aja zah. Aku gapapa." balas Ayra meyakinkan.

"Eh? Kok kamu kayak beda ya?" tanya Zahra mengerutkan keningnya.

"Aha..keliatan banget ya? Kayaknya kalo aku berubah jadi lebih dewasa nggak masalahkan?" ucap Ayra sembari tersenyum dan menaikkan kedua alisnya.

"Wah.. Aku dukung!" balas Zahra sembari menepuk pundak kanan Ayra.

Setelah percakapan singkat tersebut, kedua saahabat itu pun kembali menuju kelas. Untungnya Ayra dan Zahra sampai kelas sesaat sebelum guru seni datang.

"Assalamualaikum.." ucap seorang lelaki memasuki ruang kelas.

Semua santriwanti hanya menjawab salam dan langsung saling menatap bingung satu sama lain.

"Saya tau apa yang kalian bingungkan. Seharusnya yang mengajar disini sekarang ustadzah Qina kan? Beliau sedang sakit, jadi saya yang mengganti."

"Kalian bisa panggil saya Gus Fahri. Saya saudara dari Gus Fahmi. Bisa dimulai pelajarannya?" tanya Gus Fahri seraya tersenyum dan mengangkat kedua alisnya.

"Bisa Gus !" jawab santriwanti serentak.

"Eum.. Oke. Saya sudah bagikan selembar kertas. Sekarang kalian tulis apa yang muncul pertama kali waktu saya masuk tadi. Silahkan dimulai. Jujur ya!" ucap Gus Fahri lalu duduk dibangku guru.

Ayra mengangkat tangannya kembali.

"Maaf, tapi memang itu termasuk dalam pelajaran seni?" tanya Ayra dengan sopan.

"Saya hanya ingin tau kesan pertama kalian. Setelah itu kita belajar menulis kaligrafi." jawab Gus Fahri sambil tersenyum.

Ayra bisa melihat senyum itu karena ia tidak sepenuhnya menunduk. Ayra kembali duduk dan mulai menulis kesan singkatnya terhadap Gus Fahri.

Ayra menyelesaikannya dengan cepat. Ia langsung berjalan maju menuju meja guru dengan terus menunduk. Ayra langsung menyerahkan kertas bertuliskan kesan darinya untuk Gus Fahri tersebut.

"Wah cepat sekali. Karena kamu pengumpul pertama saya akan dengarkan alasan kamu menulis kesan ini. " ucap Gus Fahri saat Ayra hendak berbalik.

"Saya nggak berniat untuk mengeluarkan alasan." jawab Ayra

"Menyebalkan? Senyum manis? Kamu niatnya muji atau mengejek?" tanya Gus Fahri setelah membaca kesan dari Ayra.

"Saya cuma nulis apa yang ada dipikiran saya. Katanya tadi suruh jujur. Sekian, saya kembali ke tempat duduk." jelas Ayra tegas.

"Wah.. dinginnya." gerutu Gus Fahri.

_PiL_

"Fahmi, kamu mau kan Umi jodohkan dengan Hasna." ucap Nyai Sarah berharap.

"Ekhem. Apa ndak terlalu cepet ? " ucap Kyai Fajar yang sedari tadi menyeruput secangkir kopi.

"Lah wong umurnya Fahmi sudah matang. Menikah kan termasuk ibadah toh." ucap Nyai Sarah protes.

"Loh..ya iya ibadah. Tapi kalau Fahminya ndak mau dulu ya gimana lagi. " balas Kyai Fajar.

"Ndak gitu bi. Umi mau yang terbaik buat Fahmi. Calonnya kan sudah ada. "

"Umi Abi, Fahmi sudah punya calon sendiri. Dia salah satu santri disini." ucap Fahmi ambil suara.

Ucapan itu membuat Abi dan Umi Fahmi terkejut. Bagaimana mungkin, seorang Fahmi yang dari kecil sampai sekarang tidak pernah tertarik dengan yang namanya cinta. Tiba tiba sudah punya calon sendiri.

"Siapa le?" tanya Kyai Fajar mengubah posisinya menjadi serius.

"Ayra Bi." ucap Gus Fahmi mantap.

"Sudah mantap toh kamu?" tanya Kyai sekali lagi.

"Sampun." jawab Gus Fahmi tegas.

"Kenapa ndak Hasna saja toh Fahmi? Hasna lebih matang aklaknya ketimbang Ayra." protes Umi Fahri.

"Fahmi bisa membimbingnya sebagai suami." jawab Fahmi.

"Umi mau ketemu sama Ayra. Kita makan malam bareng Ayra nanti." ucap Nyai Sarah lantas langsung melwnggang pergi.

"Tenang ae, Umi mu itu cuma nggak mantep saja. Kalau Abi seh terserah kamu. Toh kamunya sudah mantep." ucap Kyai dengan lembut dan dibalas senyuman oleh Fahmi.

"Nggih bi. Abi memang yang terbaik." ucap Gus Fahmi yang diakhiri tawa oleh keduanya.





Okee

Terimakasih

Jnagan lupa

Starnya
Komennya

Terimakasih lagi.......

Jaga kesehatan!

Pesantren in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang