25

1.5K 101 2
                                    

Walaupun sepertinya tidak ada harapan tetapi Ayra tetap meninggalkan sedikit harapan Gus Fahmi menghampirinya. Jejak kaki pelan mulai mendekati Ayra. Harapan Ayra mulai membesar. Ayra mulai merangkai senyum di wajahnya.

"Ayra.."

Bukan. Bukan suara Gus Fahmi. Harapan Ayra hancur menjadi kepingan kepingan yang sudah tak bisa dirangkai kembali.

Ayra mendongakkan kepalanya menatap siapa pemilik suara tersebut. Nampak wajah Ali yang dipalingkan ketika Ayra menoleh padanya. Ayra tersenyum.

"Ya?" tanya Ayra pada Ali yang tetap memalingkan wajahnya.

"Saya tau kamu kecewa karna saya bukan Gus Fahmi. Iya kan?" ucapnya yang sangat tepat sasaran.

"Hehe, maaf"

"Nggak usah minta maaf. Nih..!" ucap Ali seraya memberikan es krim coklat kesukaan Ayra.

"Wah..makasih. Kok tau ini kesukaan Ayra?" tanya Ayra seraya membuka es krim tersebut.

"Loh? Aku cuma nebak" jawab Ali jujur.

Hening. Tak ada yang mau mengambil suara untuk mengobrol. Ayra hanya diam menikmati sensasi dingin dan manis dari es krim tersebut. Ali hanya menatap langit yang dihiasi gumpalan gumpalan awan indah serta hembusan hembusan angin yang menyejukkan.

"Kok nggak pergi?" tanya Ayra.

"Eh? Eeee saya mau ngomong." ucap Ali gugup.

"Ooh, silahkan" balas Ayra menunggu.

"Jangan bicara sampe saya selesai ngomong." ucap Ali memperingatkan.

Ayra mengangguk cepat dan yakin.

"Saya suka sama Ayra. Saya juga tau Ayra suka Gus Fahmi. Saya juga tau Gus Fahmi suka Ayra. Kadang saya berpikir suatu saat Ayra dan saya bisa cocok sebagai pasangan." jeda Ali mengambil nafas panjang.

"Tapi saya sadar kalau sudah nggak ada lagi cela untuk saya di hati Ayra. Saya tau kita cocok, sebagai teman. Saya sudah menyerah untuk menyukai Ayra. Tapi kalau Ayra butuh bantuan saya akan selalu bantu ssbagai teman." lanjut Ali. Ia sedari tadi membelakangi Ayra dan mengeluarkan seluruh unek unek di hatinya.

"Sudah boleh ngomong? Pasti sudah. " ucap Ayra.

"Ayra merasa nggak enak sama Ali. Ayra tau kamu itu baik banget. Pasti diluar sana banyak  sekali perempuan yang lebih baik dari Ayra. Kalau masalah jodoh kan nggak ada yang tau. Allah itu maha pembolak balik hati. Bisa saja hati Ayrabdialihkan pada Ali. Tapi Ayra nggak mau buat kamu jadi berharap." jeda Ayra.

"Terimakasih kamu sudah mau berteman dengan Ayra. Ayra bakal masukin Ali ke daftar teman berhaga Ayra. Nggak usah malu. Ayra senang kok, Ayra nggak terbebani dengan pernyataan Ali. " lanjut Ayra tersenyum tulus.

Tanpa Ayra ketahui Ali juga tersenyum untuk menyembunyikan rasa sakit yang timbul di hatinya. Disisi lain Ali juga lega. Tanpa berbalik Ali lansung meninggalkan Ayra.

"Eh?! Kok pergi?! Makasi es krimnya!" ucap Ayra yang dibalas acungan jempol oleh Ali.

Ayra sangat bersyukur ia dikelilingi oleh orang orang yang baik. Yang bisa merubah dirinya menjadi lebih baik. Ayra sudah bertekad untuk menjaga orang orang yang membawanya kepada kebaikan.

_LiN_

"

Wah..kasihan sekali ya Ali. Aku turut prihatin deh kak" ucap Zahra yang sedari tadi mengawasi Ayra dari jauh.

"Iya, miris sekali.." ucap Fino yang berada di sebelah Zahra tetapi tetap memberi jarak yang lebar.

"Gus Fahmi itu nggak peka banget ya? Kalau saya tau ini akan terjadi, lebih baik saya dukung Ayra dan Ali." protes Zahra dengan mengerutkan alisnya.

"Hahah, iya Fahmi masih saja nggak peka. Eh? Sejak kapan kita bisa sesantai ini berbicara?" ucap Fino sambil menatap Zahra yang membelakanginya.

"Wah..benar benar deh, kakak kan kakak sepupunya sahabat saya. Memang masalah saya panggil kaka?" jawab Zahra dengan tetap membelakangi Fino.

"Ya..nggak sih. Tapi santri lain panggil saya ustadz loh"

"Karna mereka belum tau." ucap Zahra santai.

"Belum tau apa?" tanya Fino yang dibalas senyuman oleh Zahra.

"Wah benar benar deh masalah kecil saja diributkan. Assalamualaikum!" ucap Zahra langsung melenggang pergi tanpa berbalik sedikitpun.

"Waalaikummussalam." jawab Fino.

Yoooo

Jangan lupa
Bintang
Komen

Sekian terimakasihhh

Always jaga kesehatan ya..!


Pesantren in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang