22

1.5K 107 0
                                    

Sepanjang jalan menuju perpus Gus Fahmi hanya diam tak berkomentar sedikitpun. Ayra hanya sibuk menutupi wajahnya karena mereka menjadi pusat perhatian.  Ayra merasa sangat risih, kenapa jika hanya berjalan dengan Gus Fahmi sampai bisa mendapat perhatian semua pasang mata.

Sampai di perpus...

Gus Fahmi memilih duduk dekat jendela karna angin saat ini berhembus tenang, memberikan kesan sejuk.

"Kenapa ngajak Ayra ke perpus?" tanya Ayra begitu menempati kursi yang posisinya saling berhadapan dengan Gus Fahmi.

"Secret place itu dimana? Kamu beneran nggakpapa?"

"Itu rahasia Gus, biasanya kalau hati saya kacau kalo nggak ke kamar ya kesitu.." jawab Ayra

"Kenapa saya nggak boleh tau?"

"Karna rahasia.. Kenapa toh?" balas Ayra mulai kesal.

"Kalau kamu hilang lagi saya harus cari kemana? Saya khawatir." jawab Gus Fahmi tegas.

*deg* lagi lagi pertahanan hati yang sudah Ayra bangun sejak di secret place tadi runtuh. Entah Ayra harus senang atau sedih mendengar kata khawatir dari Gusnya ini untuknya.

"Kenapa Gus harus khawatir sama Ayra? Memang Ayra siapanya Gus Fahmi?" ucap Ayra lirih dengan menunduk.

"Kita hanya sebatas Gus dan santriwati atau murid dan guru untuk saat ini." balas Gus Fahmi mulai mengurai senyum.

Ayra tetap menunduk. Ia cukup paham dengan kata kata itu. Tapi dia tidak mau ge-er dulu. Ayra sedikit tersenyum. Kata kata singkat Gus Fahmi yang seperti itu sudah mampu menggetarkan hatinya.

"Ahahahahahaha, cepet pergi ! banyak yang liat" ucap Ayra seraya melihat sekitar.

"Kamu ngusir saya? Jahatnya..."

"Eh? Bukan gitu...anu banyak yang ngeliat"

"Yasudah saya pergi. Assallamualaikum Ayra" ucap Gus Fahmi lantas melenggang pergi tanpa menunggu jawaban Ayra.

"Dih. Waalaikummussalam"

_PiL_

"Maaf ya kamu harus direpotkan sama Ayra terus. Dia itu aslinya baik banget kok cuman ya gitu agak manja, hehe" ucap Fino tanpa menatap Zahra.

"Saya nggak repot kok kak. Tidak apa apa" balas Zahra tetap menunduk.

Sedari tadi Fino dan Zahra berjalan seiringan. Tentunya karna barang bawaan Gus Fahmi tadi langsung di titipkan ke Fino. Zahra hanya berniat menolong. Jarak untuk sampai ke aula utama cukup jauh dari tempat awal.

"Sepertinya kita jadi pusat perhatian karna kakak. Kalau saya sekilas lihat tadi wajah kakak memberi kesan lembut." ucap Zahra memecahkan keheningan.

"Wah, kamu to the point sekali ya. Makasih pujiannya"

"Bukan pujian kok memang kenyataan" balas Zahra dengan tatapan datar.

"Kamu juga lumayan kalau dilihat sekilas" balas Fino.

"Jangan aneh aneh"

"Kita di tempat ramai seperti ini. Memang saya bisa apa?" lanjut Fino

"Ish" ucap Zahra sembali menatap tajam Fino.

Sampai aula utama.....

"Taruh mana?" tanya Zahra sembari melihat sekitar.

"Sini" balas Fino seraya berjalan menuju salah saju meja yang permukaannya masih kosong ( belum ada barang apapaun).

Baru saja Zahra dan Fino hendak berpisah, tiba tiba ustadz Fauzy datang menghampiri mereka berdua dengan tergesa gesa.

"Fino saya boleh minta tolong?" tanya Ustadz Fauzy.

"Apa ustadz?"

"Ini file nya kita bagi 2, soalnya saya ada keperluan lain yang juga harus diselesaikan" pinta Ustadz Fauzy dengan wajah memohon.

"Boleh saja, tinggal koreksi ada tulisan yang salah atau tidakkan?"

"Iya. Itu mohon dibantu ya Finonya" ucap Ustadz Fauzy pada Zahra.

"Saya? Kan bisa sendiri" protes Zahra.

"Saya takut kalau Fino periksa sendiri masih ada yang salah. Dia sedikit nggak teliti" jelas Ustadz Fauzy lantas pergi setelah mengucapkan terimakasih dan salam.

Zahra lantas duduk pada kursi yang berada di dekat meja tempat mereka mengerjakan nanti dengan mengela nafas sebal.

"Sabar, kalau ikhlas ngerjainnya pasti dapet pahala" ucap Fino sembari mengambil kursi untuk duduk.





Asslamualaikum semuaa

Jangan lupa

Bintang
Komen

Yaa....

Terimakasih...

Jaga kesehatan semuaa!!!!!!

Pesantren in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang