Part 2

84 15 7
                                    

Gadis itu pun beranjak dari tempat duduknya dan mengajak Sely untuk mengambil semua barang-barang yang ada di rumah kakeknya. Karena ia sudah memutuskan untuk tinggal bersama Sely dan kakaknya.

Mungkin keputusan ini terlalu cepat dan akan mengakibatkan masalah keluarganya semakin rumit. Tapi sudah cukup selama ini Syakir memisahkan mereka. Sekarang waktunya ia melawan keegoisan ayahnya yang keras kepala itu. Gadis itu berhak bahagia, Felysha juga ingin merasakan bagaimana bisa tinggal bersama dengan wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.

Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam, akhirnya mereka sampai juga di kediaman keluarga Alfatih. Felysha pun segera turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah dengan cepat yang diikuti Sely dari belakang.

"Kalian semua jahat. Fely benci itu," bentak Felysha dengan sangat emosi dan membuat semua orang yang ada di ruang keluarga terkejut.

"Felysha___" Syakir beranjak dari tempat duduknya. "Apa-apaan kamu ini, hah?" bentak Syakir terbawa emosi.

Gadis itu pun menghampiri Syakir. "Kenapa, yah? Kenapa kalian gak pernah cerita kalau aku ini punya kakak? Kenapa? Hiks....,"

"Ap___apa maksud kamu Fely? Kamu ini anak ayah sama Sely satu-satunya," ucap Syakir gugup.

"Bohong," bentaknya. "Ayah pikir aku gak tau, hah? Sekarang Fely udah tau semuanya. Ayah memang manusia yang gak punya hati sama sekali. Ayah hanya memikirkan perasaan sendiri, tanpa memikirkan perasaan aku sama kak Farizal. Termasuk mama hiks, ayah benar-benar tega telah memisahkan anak dari ibunya selama bertahun-tahun. Ayah pikir hati aku gak sakit? Sakit yah, hiks...hiks... Apa ayah juga tidak pernah merindukan putramu, kak Farizal yah? Yang sekarang sudah dewasa dan mungkin juga membutuhkan kasih sayang dari ayah sepertimu. Jawab yah! Hiks...," desaknya sambil terus memukul dada bidang Syakir.

"Fely, sayang. Cukup nak! Dia ini ayahmu. Gak baik kamu bersikap seperti itu, apalagi meninggikan suaramu," ujar pak Arman menenangkan cucunya itu.

"Dia tak pantas untuk di panggil ayah, kek___" ucapnya dengan penuh penekanan.

Plakk....
Sebuah tamparan berhasil lolos di pipi mulus Felysha. Semua orang terkejut dan tak percaya melihat Syakir yang telah berani menampar putrinya itu.

"Mas Syakir cukup! Apa yang kamu lakukan pada putriku, hah?" jerit seseorang yang sudah tak tahan mendengar dan melihat semua ini.

"Se__Sely?" ucap Syakir tak percaya.

"Kenapa? Kaget tiba-tiba aku ada disini, mas?" Sely menghampirinya. "Apa ini yang selalu kamu lakukan kepada Felysha, iya?" Sely menggelengkan kepalanya tak percaya. "Aku gak habis pikir ya, mas. Ayah macam apa kamu ini? Berani-beraninya menampar anak sendiri. Felysha perempuan, mas. Gak seharusnya kamu bersikap kasar sama dia," ucap Sely mengeluarkan amarahnya.

"Saya tidak akan berani menamparnya, jika anak ini tidak berbicara sembarangan,"

"Felysha gak bakal bicara sembarangan kalau dari awal kamu jujur sama dia, mas. Kenapa kamu gak terima? Apa yang di bilang Felysha benar kok. Kamu memang gak pantas di panggil ayah," Sely melipat kedua tangannya di depan dada. "Toh Farizal juga anak kandung kamu. Dia juga membutuhkan kasih sayang dari kam__" ucapannya tergantung.

"Cukup! Jangan pernah kamu sebut nama anak itu didepan saya lagi! Dia bukan anak__"

Plak....

"Jaga ucapan kamu Syakir! Kamu memang sudah keterlaluan. Ayah macam apa kamu ini, hah? Tega-teganya kamu tidak ingin mengakui anakmu sendiri. Fathan juga darah daging kamu, tak sepantasnya kamu berbicara seperti itu nak. Mami kecewa Syakir. Bertahun-tahun kamu memisahkan Felysha dari ibu dan kakaknya. Bahkan kamu menyuruh kami untuk merahasiakan semua ini. Mami menyesal telah menuruti keinginanmu. Sungguh mami malu sama Allah, sangat malu Syakir. Hiks...hiks...," lirih bu Arin dan menjatuhkan tubuhnya ke lantai.

Tak tahan mendengar semua ini, gadis itu pun berlari menaikki anak tangga menuju kamarnya. Ia mengeluarkan sebuah koper dan memasukkan semua pakaian serta barang-barang kesayangannya.

Setelah selesai membereskan semuanya. Felysha segera keluar dan menuruni anak tangga menuju ruang keluarga dengan membawa koper dan sebuah tas.
Melihat itu, bu Arin langsung menghampiri cucunya yang disusul oleh pak Arman dan Syakira. Mereka meminta gadis itu untuk tidak meninggalkan rumah ini. Namun Felysha menolaknya, sebab ia sudah terlanjur kecewa.

"Maafin Fely," lirihnya. "Makasih untuk semuanya, karena kalian sudah merawat Fely dengan sabar," Felysha meraih tangan bu Arin. "Mi, Fely sayang banget sama mami, papi, dan juga tante. Tapi kalian juga tau kan, kalau dari dulu Fely pengen banget tinggal sama mama? Dan hari ini, Allah telah mempertemukan Fely sama mama, hiks... Jadi Fely minta tolong___kalian izinin Fely buat tinggal sama mama ya?" ucapnya lirih.

Bu Arin memeluknya erat. "Sayang__nenek minta maaf karena udah menyembunyikan semuanya dari kamu, nak. Nenek menyesal telah melakukan semua ini. Nenek mohon sama kamu, jangan pernah pergi dari rumah ini Fely. Nenek gak mau jauh dari kamu, nak. Hiks....hiks....,"

"Sekali lagi maafin Fely, nek." gadis itu melepaskan pelukannya. "Kali ini Fely gak bisa nurutin kemauan nenek," terisak. "Fely pamit dulu. Mami jaga diri baik-baik disini," ujarnya lirih dan mencium tangan serta pipi wanita paruh baya itu.

Setelah itu ia bergantian mencium tangan serta pipi pak Arman dan Syakira.
Dengan sangat berat hati, Felysha pun pergi melangkahkan kakinya tanpa berpamitan kepada Syakir. Karena ia sudah terlanjur kecewa kepada ayahnya.

Sesampainya di pekarangan rumah, supir pribadi Sely pun segera mengambil koper Felysha untuk di masukkan kedalam bagasi mobil.
Dengan langkah gontai, gadis itu hendak masuk ke dalam mobil. Namun tiba-tiba seorang anak kecil mencekal pergelangan tangannya sambil menangis tersedu-sedu.

"Hiks...hiks... Kak Icha gak bo_yeh pey__gi," ucapnya sesenggukan.

Seketika hati Felysha menciut mendengar ucapan anak itu. Meskipun ia tak menyukai ibu tirinya, tapi gadis itu sangat menyayangi Alena dan juga Alfa. Karena bagaimana pun juga mereka tetaplah adiknya yang harus ia sayangi.

Felysha menghapus air mata gadis kecil itu. "Alena, sayang. Udah jangan nangis ya, cantik!" membelai rambutnya. "Sekarang kamu masuk gih! Kasian dede Alfa nya sendirian," ucap gadis itu menenangkan adiknya.

"Gak mau! Alen pe_ngen ikut ka_kak, hiks... Kak Icha jangan tinggalin Alen," Alena memeluk Felysha erat. "Alen takut. Hiks...hiks...,"

"Kenapa mesti takut, sayang? Disini masih ada nenek, kakek sama tante Kira yang bakal jagain Alen sama de Alfa," gadis itu menggendongnya. "Udah yah, sekarang Alen masuk sama bi Nani," ucap Felysha menenangkan adiknya itu. Kemudian ia memberikan Alena kepada bi Nani.

Sebelum benar-benar pergi gadis itu pun mencium kening Alena berkali-kali, dan berpamitan kepada bi Nani yang sudah dianggapnya sebagai nenek sendiri.
Setelah itu ia segera masuk ke dalam mobil, dan berusaha untuk tegar saat mendengar jeritan Alena yang terus memanggil namanya.

'Maaf jika telah menyakiti kalian. Aku juga ingin hidup bahagia. Dan sekarang, aku telah menemukannya.'

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Huaaaaaaaa😫😫😫 Kalau kepaksa gak usah nangis gaes, aku yakin kok ceritanya gak jelas. Namanya juga masih belajar, ya kannnnn.....
Nah makannya buruan, jangan lupa kritik and sarannya di kolom komentar👇👉
Dan jangan lupa di vote nya ya!😉karena vote itu gratisssssss sangattt gaesssss😘😍

FELYSHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang