Part 5

69 9 2
                                    

Waktu istirahat telah tiba. Gadis itu pun memutuskan pergi ke taman belakang sekolah untuk menenangkan kepalanya yang masih terasa sakit. Kini ia termenung. Memperhatikan benda kecil yang selalu dibawanya selama dua tahun belakangan ini.

Felysha tersenyum miris, meratapi takdirnya yang terasa sangat buruk. Ingin sekali ia merubah takdir itu sekarang juga. Namun apa daya, ia hanyalah seorang makhluk biasa. Yang sebentar lagi akan kembali kepelukan sang pencipta. Kecuali tuhan memberinya keajaiban untuk bisa hidup lebih lama lagi.

Tak terasa, buliran bening pun mulai turun membasahi kedua pipi mulusnya. Namun dengan cepat ia menghapus air matanya itu.

'Ya Allah, Cha. Kenapa si lo selalu datang di saat gue lagi kayak gini.'  batinnya kesal.

"Fely, lo nangis ya?" tanya Salsa polos sembari menyentuh bahu gadis itu.

Felysha mengedipkan matanya berkali-kali. "Eng_enggak kok. Ba_barusan gue cuman kelilipan," jawabnya gugup.

"Ah benarkah?" Salsa memegang dagu Felysha. "Coba sini gue tiupin," Salsa mulai meniup lembut kedua bola mata gadis itu.

Felysha hanya tersenyum tipis melihat tingkah sahabatnya itu. Ia merasa bersyukur memiliki Salsa dalam hidupnya. Meskipun mereka sering beradu mulut karena sikap Salsa yang sangat menyebalkan. Tapi gadis itu selalu nyaman saat bersamanya. Karena Salsa selalu memberinya kekuatan saat masalah keluarganya semakin buruk.

"Cha, kalau suatu saat gue pergi dari kehidupan lo untuk selamanya. Lo masih mau tetep anggap gue sahabat gak?" tanya Felysha lirih.

Sedangkan Salsa hanya mengerutkan keningnya, karena bingung dengan apa yang gadis itu ucapkan.

"Kenapa ngomong kayak gitu? Lo nyembunyiin sesuatu dari gue ya?" tuding Salsa yang membuat gadis itu menjadi salah tingkah seketika.

"Eng_enggak kok. Ngapain gue harus nyembunyiin suatu hal dari lo," Felysha memalingkan wajahnya sembari mengerjapkan mata supaya buliran bening itu tidak terjatuh lagi.

Salsa pun menatap gadis itu tajam. "Terus itu obat apaan, hemm?" tanya Salsa geram sembari memperhatikan benda kecil yang hendak ia rebut dari tangan Felysha.

Namun dengan cepat, gadis itu memasukkan benda tersebut ke dalam saku roknya.
Dan segera pergi tanpa menghiraukan teriakan Salsa yang terus-terusan memanggilnya.

                🍂🍂🍂🍂🍂

Ulangan hari ini telah selesai. Gadis itu pun membereskan semua peralatan dan memasukkannya ke dalam tas. Kemudian ia segera pergi ke tempat parkiran.

"Jadi main ke rumah?" tanya Fabyan yang sudah stand by bersama motor kesayangannya si Feby.

"Eumm... Kayaknya besok aja ya," jawab gadis itu ragu.

"Oke," ucap Fabyan singkat sembari menyalakan mesin motornya. Kemudian ia melajukannya tanpa mengajak Felysha.

Gadis itu benar-benar di buat bingung dengan sikap Fabyan hari ini. Saat mengetahui dirinya sakit, Fabyan terlihat sangat khawatir. Namun pria itu juga memarahinya dan bersikap dingin. Sejak di kantin tadi pun dia juga baik kembali. Lalu sekarang, kenapa dia kembali bersikap dingin lagi? Ah entahlah...
Rasanya kepala Felysha semakin sakit jika harus memikirkan hal tersebut. Ia pun mulai berjalan meninggalkan pekarangan sekolah menuju halte. Setelah lima menit menunggu, akhirnya sebuah angkot lewat. Ketika hendak masuk, tiba-tiba.

"Maaf pak, adik saya gak jadi naik ya," ucap Farizal sopan yang diangguki pak supir tersebut.

"Lo apa-apaan sih kak?" tanya Felysha tak terima.

FELYSHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang