Assalamu'alaikum...
Hallo apa kabar semuanya☺
Maaf ya aku baru bisa up hari ini.
Soalnya author masih males-malesan nih buat nulis ceritanya. Tapi gak papah ya, semoga kedepannya author lebih semangat lagi dan bisa up tiap hari😀~Happy Reading~
Sinar mentari pagi ini terlihat sangat cerah. Namun sayangnya tidak secerah suasana hati gadis itu. Ia masih tak menyangka dengan masalah yang telah terjadi dalam keluarganya.
Matanya pun terlihat sangat sembab, karena semalam ia tak henti-hentinya menangis. Padahal sudah berkali-kali Felysha mencoba menahannya supaya buliran bening itu tidak keluar. Namun apa yang harus dilakukan jika hati telah terlanjur sakit seperti ini? Apalagi ia sadar jika dirinya bukanlah perempuan kuat yang bisa menutupi kesedihannya dengan tidak menangis.
Sungguh hari ini tubuhnya terlihat sangat lemah. Dan wajahnya pun sangat pucat sekali, seperti orang yang tidak mempunyai darah. Gadis itu benar-benar ingin kembali merebahkan tubuhnya. Tapi itu tidak mungkin ia lakukan. Apalagi sejak pukul 05.00 dini tadi, Salsa terus-terusan menelponnya hanya sekedar mengingatkan jika hari ini akan dilaksanakan ulangan kenaikan kelas.
Dengan sangat berat hati, Felysha pun segera mengambil tas serta ponsel yang tergeletak di atas nakas. Kemudian ia keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga menuju dapur.
"Hey... Selamat pagi Ijem cantik. Sini duduk, kita sarapan dulu!" ajak Farizal menepuk kursi disebelahnya.
Felysha menurut. Menghampiri pria itu dan duduk di sampingnya tanpa mengucapkan satu kata pun. Kini keheningan terjadi diantara adik kakak itu.
Jujur, Farizal jadi merasa canggung jika didiamkan seperti ini. Ingin sekali rasanya ia menggoda gadis itu. Namun sepertinya adiknya ini sedang tidak bisa di ganggu sama sekali.'Ya ampun... Lo kenapa sih dek? Diem mulu dari tadi. Gue kan jadi gak enak gini. Mana muka lo pucet gitu lagi. Serasa duduk ama mayat hidup gue ini,' oceh Farizal dalam hati.
"Mama mana kak?" tanya Felysha yang akhirnya membuka suara juga walaupun itu terdengar sangat datar.
"Ke kamar bentar katanya. Ada apa?" tanya Farizal mengerutkan keningnya.
"Gak ada. Gue berangkat," Felysha meraih tangan Farizal dan mencium telapak tangan pria itu seraya bangkit dari tempat tersebut.
Farizal pun hanya melongo melihat sikap adiknya itu. Hingga pada detik berikutnya ia segera meneguk susu yang ada di hadapannya hingga tandas. Kemudian pergi mengikuti Felysha yang hendak berpamitan kepada Sely.
🍂🍂🍂🍂🍂
Setelah berpamitan kepada ibunya, gadis itu pun segera berlari menuju teras rumah. Dan mengedarkan pandangan untuk mencari mang Halim yang tengah duduk disamping pak satpam sambil menikmati secangkir kopi.
Felysha pun hendak menghampirinya. Namun tiba-tiba seseorang mencekal pergelangan tangan gadis itu. Sehingga dengan sangat terpaksa ia menghentikan langkah kakinya.
"Ada apa?" tanya Felysha jengkel.
"Berangkat bareng gue aja. Biar cepet," jawab Farizal seadanya.
"Gak usah. Gue mau berangkat sama mang Halim,"
"Gue gak terima penolakan," ujar Farizal dan menarik tangan Felysha secara paksa.
"Apaan sih kak?! Lepasin tangan gue!" bentak Felysha dan mencoba melepaskan tangan Farizal.
Namun pria itu tidak menanggapi ucapan Felysha. Ia segera memakaikan helm di kepala gadis itu dan menaikki motor kesayangannya. Dengan sangat terpaksa dan perasaan yang sangat kesal, Felysha pun akhirnya menuruti keinginan kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FELYSHA
Novela Juvenil"Jika seorang anak adalah anugerah yang Tuhan titipkan dalam suatu hubungan rumah tangga. Lalu mengapa meski ada perpisahan diantara kalian?" Kalimat itulah yang selalu gadis itu tanyakan pada dirinya sendiri. Sebab perpisahan orang tuanya, membuat...