'Takutnya Fely terkena depresi seperti dulu. Di masa remajanya yang sekarang__seharusnya dia banyak menikmati kebahagiaan. Baik itu bersama keluarga dan teman-temannya, mungkin. Bukan malah sebaliknya mbak,'
Ucapan Haris masih terngiang di memorinya. Sely benar-benar merasa bersalah. Perceraian dirinya dengan Syakir, ternyata bukan hal yang baik untuk kedua anaknya. Apa yang Haris ucapkan memang benar. Anak remaja seperti Felysha dan juga Farizal seharusnya lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarganya sendiri, bukan malah tempat seperti ini.
'Maafin mama sayang. Gara-gara mama__kesehatan Ari sama Fely jadi terganggu sayang,' batin Sely.
Wanita itu kembali berjalan dengan gontai menuju IGD. Sely seperti mati rasa seketika. Ia tak sanggup untuk melihat kembali kondisi putrinya yang masih terbaring lemah. Namun sebisa mungkin, ia harus berusaha tegar di depan Farizal.
Ceklek...
"Mama__" ucap Farizal sembari menoleh ke arah Sely.
Sely tersenyum tipis. "Gimana kondisi Fely, sayang?" tanya Sely seraya berjalan menghampiri putranya itu.
Farizal tertunduk lesu dan mengelus lembut puncak kepala Felysha. "Fely masih gak sadarkan diri ma," Farizal menatap Sely. "Oh ya, om Haris bilang apa ma?"
"Eum... Dia__cuman ngasih resep obat doang kok sayang," ucap Sely berbohong.
"Seriusan?" tanyanya masih tak percaya.
"Iya sayang___kamu kan tau sendiri Haris itu iseng orangnya. Mama kira tadi dia mau bilang sesuatu yang bener-bener serius gitu. Ehh__taunya malah ngasih resep obat doang," Sely mengarang cerita.
"Hahaha... Emang cuman dia doang sih dokter yang paling julid,"
'Mama minta maaf harus boongin kamu sayang," batin Sely.
"Iyan kemana, sayang?" Sely tampak celingak-celinguk mencari keberadaan Riyan.
"Oh, Iyan barusan pamit pulang ma. Soalnya ada janji sama Rafa. Dia juga titip salam buat mama, katanya maaf juga gak bisa nemenin nyampe besok," jawab Farizal panjang lebar.
"Waalaikumsallam... Gak papa padahal, malah mama yang gak enak karena udah ngerepotin dia," lirih Sely.
"Iya ma," Farizal meraih tangan Sely. "Ma, lebih baik mama istirahat aja ya di rumah. Fely, biar Ari aja yang jagain," ucap Farizal dengan lembut.
Sely menggeleng cepat. "Enggak sayang! Mama gak mungkin ninggalin kalian berdua di sini,"
"Ma, Ari gak mau mama kecapean. Dari tadi pagi mama belum istirahat sama sekali lho,"
"Mama gak papa, sayang__kamu gak usah khawatir," ia menepuk-nepuk tangan Farizal. "Kalau gitu mama ke toilet bentar ya," pamit Sely seraya meninggalkan pria itu yang hanya bisa membuang nafasnya pasrah.
🍂🍂🍂🍂🍂Satu jam yang lalu gadis itu tengah dipindahkan ke ruang VIP. Namun sampai sekarang, Felysha masih belum sadarkan diri juga. Sely pun tampak tertidur pulas di sofa ruangan tersebut setelah Farizal memaksanya untuk beristirahat terlebih dahulu. Sedangkan pria itu sendiri masih asik memainkan gadget-nya.
"Hooaaammm... Lama-lama ngantuk juga gue," Farizal meletakkan ponselnya di nakas. "Dek, gue tidur dulu ya. Lo sadarnya ntar aja kalau gue ama mama dah bangun," ucap Farizal ngawur.
Kemudian pria itu menyenderkan tubuhnya di kursi sembari memejamkan mata. Hari ini Farizal benar-benar merasa sangat lelah. Sehingga baru lima menit pun pria itu sudah tertidur pulas.
Kini jam dinding sudah menunjukkan pukul 00.00. Perlahan, kelopak mata gadis itu pun terbuka.
Felysha mulai mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut. Di dapatinya Sely dan Farizal sedang tertidur pulas. Gadis itu merasa, jika mereka sangat kelelahan.'Ya Allah, Fely haus banget.' gadis itu mengusap tenggorokannya. 'Tapi Fely gak mungkin bangunin mama sama kak Ari. Huftt...' Felysha berusaha bangkit dari posisi tidurnya.
Dengan sangat hati-hati, gadis itu pun meraih gelas yang ada di nakas. Setelah berhasil mengambilnya, entah kenapa Felysha malah menggenggam erat gelas tersebut sembari menatapnya dengan raut kebencian.
'Kamu pasti seneng kan liat Alena sakit? Kamu__memang anak yang gak tau diri! kamu egois Felysha,'
'Kamu pasti seneng kan liat Alena sakit? Kamu__memang anak yang gak tau diri! kamu egois Felysha,'
'Kamu pasti seneng kan liat Alena sakit? Kamu__memang anak yang gak tau diri! kamu egois Felysha,'
Tiba-tiba ucapan Syakir kembali terngiang di memorinya.
Gadis itu tak kuat, ia semakin menggenggam erat gelas tersebut dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipi mulusnya."Enggak__Fely gak mungkin bahagia liat Alen sakit, hikss... Fely gak egois!!!"
Praaank...
Felysha membanting gelas tersebut ke sembarang arah. Farizal dan Sely pun sontak terbangun dari tidurnya. Mereka tampak terkejut kala melihat gadis itu menangis histeris sembari menjambak-jambak rambutnya."Dek, ada apa?" tanya Farizal khawatir sembari menahan tangan gadis itu yang hendak menyakiti dirinya sendiri.
"Lepas!" sentaknya. "Fely gak egois, hiks... Fely gak mungkin bahagia liat Alen sakit, Fely gak egois ma!!!Hiks...hiks..." teriaknya.
Sely memeluk Felysha erat. "Hei sayang, tenang nak! Fely gak boleh nyakitin diri kamu sendiri sayang,"
"Hiks...hiks... Fely gak egois ma. Fely sayang sama Alen hiks... Fely gak mungkin bahagia liat Alen sakit ma___hiks...hiks..."
"Iya sayang, mama tau kamu bukan anak yang egois nak," Sely mencium puncak kepala gadis itu.
"Fely gak mungkin bahagia liat Alen sakit, hiks...hiks..."
"Udah sayang, tenangin diri kamu nak," Sely menatap Farizal dengan mata berkaca-kaca. "Ari__tolong panggil dokter, sayang." Dengan cepat, Farizal pun pergi dari ruangan tersebut.
Beberapa menit kemudian, Haris dan suster Dara datang dengan raut wajah yang sangat khawatir. Mereka segera menangani gadis itu yang masih menangis histeris dipelukan Sely. Melihat hal tersebut hati Farizal terasa menciut. Ia tak kuat menyaksikan semua ini. Farizal pun akhirnya memutuskan untuk pergi kembali dari ruangan tersebut.
Kini ia tengah duduk merenung di kursi taman rumah sakit. Hatinya benar-benar hancur melihat orang yang selalu Farizal tunggu kehadirannya dalam kondisi seperti itu. Ingin rasanya Farizal menangis sekarang juga. Mencurahkan seluruh isi hatinya kepada orang yang ingin ia peluk saat ini. Namun itu semua hanya hayalan semata. Yang tak tahu kapan tuhan akan memberikan kesempatan tersebut.
"Ekhem... Boleh saya duduk disini?" tanya seseorang dengan ramah.
Farizal pun sontak menoleh sembari menghapus air mata yang telah berhasil membasahi kedua pipinya.
"I-iya om, silahkan!" jawab Farizal sopan.
"Kenapa menangis nak, ada masalah?"
"Haah? E-enggak kok om, cuman kelilipan doang," Farizal tersenyum manis.
Pria paruh baya itu mengusap lembut pundak Farizal. "Nak, jangan pernah menutupi kesedihan dengan berpura-pura jika semuanya baik-baik saja. Kamu tau kenapa?" tanyanya, dan Farizal hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Karena jika kamu melakukan hal tersebut. Itu sama saja kamu menyakiti dirimu sendiri." Ia menatap Farizal hangat. "So__jika kamu ingin menangis, menangislah nak. Tidak usah malu ataupun gengsi dengan statusmu sebagai seorang pria. Karena pria juga manusia biasa, ia akan merasakan kesedihan pada masanya," sambungnya yang membuat air mata Farizal kembali mengalir dengan sendirinya.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Oke gaesss....
Gimana part kali ini?
Jangan lupa selalu kasih kritsarnya ya😊
Dan jangan lupa buat di vote juga ceritanya:)
Karena vote akan selalu gratis buat kalian semua🥰
Love you all and terima kasih buat semuanya😍

KAMU SEDANG MEMBACA
FELYSHA
Teen Fiction"Jika seorang anak adalah anugerah yang Tuhan titipkan dalam suatu hubungan rumah tangga. Lalu mengapa meski ada perpisahan diantara kalian?" Kalimat itulah yang selalu gadis itu tanyakan pada dirinya sendiri. Sebab perpisahan orang tuanya, membuat...