Part 16

35 3 0
                                    

Assalamualaikum...
Hallo semuanya, apa kabar?😊
Sorry, baru bisa lanjutin ceritanya hari ini.
Semoga kalian gak pernah bosan ya baca ceritanya🤗

              ~Happy Reading~

"Ayah... Ayah jangan sedih lagi ya. Sekarang aku udah bangun," Gadis cantik itu meraih tangan Syakir dengan gemetar. "Mami bilang... Ayah gak berhenti nangis karena aku tidur terus selama lima hari ini. Aku minta maaf ya ayah. Aku janji gak bakal tidur lama-lama lagi dan bikin ayah khawatir," gadis itu tersenyum sembari memperlihatkan deretan giginya.

Sedangkan Syakir hanya mampu menitihkan air mata mendengar ucapan gadis itu. Dadanya benar-benar terasa sesak.

"Ayah jangan nangis! Aku minta maaf,"

Syakir membelai lembut puncak kepala gadis itu. "Kamu gak perlu minta maaf sayang. Harusnya ayah yang minta maaf sama kamu. Ini pasti sakit kan nak? Maafin ayah ya sayang," lirihnya, kemudian mencium kening gadis itu.

"Ini gak sakit kok, yah. Yang sakit itu__saat temen-temen bilang kalau aku ini anak haram karena gak punya mama,“ ucap gadis itu sendu.

Syakir menggelengkan kepala sembari mengusap wajahnya kasar. Entah mengapa, kejadian sembilan tahun yang lalu terlintas kembali dibenaknya. Dimana Felysha terbaring lemah di ruang PICU karena kesalahan Syakir sendiri.

Ia tak tahu apa yang terjadi kepada dirinya sekarang. Semenjak mengusir Felysha kemarin, Syakir terlihat sangat gelisah. Yang ada dipikirannya saat ini hanya gadis itu. Padahal kondisi Alena semakin memburuk. Namun,  seolah-olah ia tak peduli dengan semua itu.

Mungkin benar apa yang diucapkan orang-orang di luar sana. Jika ikatan batin antara orang tua dan anak itu sangat kuat dan takkan pernah hilang. Meski kini hubungannya dengan Felysha sedang tidak baik-baik saja. Namun Syakir dapat merasakan jika suatu hal telah terjadi kepada putrinya itu. 

"Mas, apa kamu udah dapat info tempat tinggal ibunya Fely?" tanya Susan membuyarkan lamunan pria itu.

Syakir pun tampak terkejut dan menatap istrinya. "Iya sayang, kenapa?" tanya Syakir balik.

Susan mengelus lembut pundak Syakir. "Kamu  kenapa sih mas?"

"Hah, aku?" Syakir menunjuk dirinya sendiri. "A-aku gak papa kok,"

"Yakin gak papa, mas?"

"Ya, ada apa? Kenapa kamu tanya seperti itu?"

Susan menghembuskan napasnya pelan. "Nggak papa sih mas. Cuman__kamu agak aneh aja. Sejak kemarin Fely pergi dari sini, kamu keliatan gelisah gitu."

"Itu hanya perasaan kamu aja," tutur Syakir dingin sembari memalingkan wajahnya.

"Tapi antara mungkin dan tidak kan mas? Oh ya, btw kamu__udah cari tau tempat tinggal ibunya Fely, mas?" tanya Susan dengan hati-hati.

"Belum, lagi pula untuk apa." sahutnya masih tetap bersikap dingin.

"Untuk apa kamu bilang?" Susan mengerutkan keningnya. "Mas, dokter Riza meminta kita untuk bawa Fely kesini. Sedangkan sekarang, dia tinggal bersama ibunya. Itu otomatis kita harus mencari tau tempat tinggal Fely saat ini, mas."

Syakir menghembuskan napasnya kasar. "Mencari tau tempat tinggal Fely? Lalu Alena?" Ia menatap istrinya tajam. "Apa kamu tega meninggalkan dia dalam kondisi seperti ini, hmm?" tanya Syakir geram.

"Ada bodyguard-nya Fely, mas. Kenapa kamu gak minta tolong aja sama dia?"

Syakir tersenyum kecut. "Bodyguard? Dia udah aku pecat,"

FELYSHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang