Part 8

71 9 2
                                    

Assalamualaikum....
Hai, apa kabar semuanya?😀
Udah lama ya gak jumpa sama Fely, Byan dan Ari.
Maafin author ya, soalnya tugas sekolah numpyuk banget gaes😅jadi aku gak sempet buat nulis ceritanya.
Tapi kalian tenang aja, karena part kali ini panjang banget menurut author😂

~Happy Reading~

"Byan, kamu jangan kasih tau ibu kalau tadi aku pingsan ya," lirih Felysha sembari menyender di pundak Fabyan.

"Kenapa emang?"

"Aku gak mau ibu jadi khawatir Byan,"

Fabyan pun tersenyum tipis. "Iya, makasih Fely." ucap Fabyan mengacak pelan rambut gadis itu.

Felysha yang mendapat perlakuan hangat dari sang kekasih hanya bisa tersenyum sembari memeluknya erat.
Gadis itu bersyukur memiliki Fabyan dalam hidupnya.
Meskipun pria itu sering membuat Felysha kesal karena tingkahnya yang sangat usil. Tapi Fabyan selalu memberikan kasih sayang yang tulus, yang tak pernah ia dapatkan dari ayahnya.

Gadis itu juga sangat dekat sekali dengan ibunya Fabyan. Sehingga saat ia mempunyai masalah, maka Felysha tak akan segan untuk menceritakannya kepada Citra. Bahkan semua keluarga Fabyan pun sangat dekat dan sudah menganggap gadis itu sama seperti keluarganya sendiri.

Kini motor kesayangan Fabyan tengah berhenti di pekarangan rumah. Kedua sejoli itu pun segera turun dari motor tersebut.

"Assalamualaikum... Bu ada anak jutek nih," teriak Fabyan sembari melempar tasnya ke sofa.

Tak lama kemudian Citra keluar dari kamarnya menghampiri mereka. Fabyan dan Felysha pun langsung mencium punggung tangan wanita itu.

"Waalaikumsalam... Ya ampun, anak cantik gimana kabarnya sayang?" Citra memeluk erat gadis itu dan mencium wajahnya berkali-kali.

Felysha tersenyum manis. "Alhamdulillah baik, bu. Ibu sendiri gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah ibu juga baik, nak." Citra mengusap lembut wajah Felysha.

Fabyan yang melihat keharmonisan ibu dan kekasihnya itu hanya bisa memutar bola matanya malas. Kemudian ia mengambil tasnya dan pergi ke kamar.

🍂🍂🍂🍂🍂

Setelah melaksanakan makan siang lima menit yang lalu. Kini mereka tengah berkumpul kembali di ruang keluarga. Fabyan dan ibunya tampak fokus mendengarkan cerita gadis itu tentang pertemuannya dengan Sely.

Felysha tak henti-hentinya menangis saat mengingat kejadian hari itu. Kejadian tersebut adalah hal yang paling menyakitkan bagi dirinya. Gadis itu tak tau apa yang akan terjadi lagi kedepannya. Apalagi nanti jika ia benar-benar harus pindah sekolah.

"Fely gak tau harus melakukan apa sekarang. Apalagi oma meminta Fely untuk pindah sekolah ke yayasannya, bu. Fely, takut bu__hiks...hiks..." tangis Felysha semakin menjadi-jadi.

Citra mengelus lembut punggung gadis itu. "Kenapa harus takut sayang? Memang apa salahnya jika kamu pindah sekolah, hmm?"

"Fely takut karena gak mau jauh dari anak ibu yang paling ganteng ini lah, bu. Masa iya sama ayah, kan teu lucu. Lagi pula kalau nanti dia nyampe pindah, ibu sendiri nu riweh," ucap Fabyan dengan PD-nya.

"Heh, si ayah punya ibu. Kamu jangan sembarangan kalau ngomong. Jeng naha make jadi ibu nu kudu riweh ari kamu?" tanya Citra heran.

"Ya iya atuh, bu. Kan nanti Byan sama Fely jadi sakit karena nahan rindu,"

"Halah kamu ini, gak usah so-soan jadi Dilan lah." Citra mengibaskan tangannya.

Felysha mengusap air matanya sedikit kasar. "Tau Byan, lagian jadi orang kok PD-nya ketinggian banget si. Orang aku takut jika nanti masalah keluarga aku semakin rumit. Bukan soal nahan rindu sama kamu," Gadis itu melipat kedua tangannya di dada.

FELYSHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang