Assalamualaikum....
Hallo gaes, apa kabar😀
Maaf ya aku baru up lagi🙏
Semoga kalian gak pernah bosan sama cerita Felysha
And selalu sabar buat nunggu aku up😁~Happy Reading~
Kini gadis itu tengah duduk di sebuah ayunan yang berada di dekat kolam. Felysha mencoba menutup mata sembari menghirup udara sebanyak-banyaknya. Karena rasa sakit di kepalanya mulai menyerang kembali, akibat berdebat dengan Riyan dan juga Farizal tadi.
Perlahan, rasa sakitnya mulai menghilang. Felysha pun membuka kedua matanya. Namun tiba-tiba raut wajah gadis itu berubah menjadi sendu. Entah kenapa ia sangat merindukan kedua adiknya sekarang.
Apalagi bayangan Alena saat menangisi dirinya terus terngiang di memori gadis itu.Drett... Drett... Drett...
Panggilan masuk dari ponselnya mampu membuyarkan lamunan gadis itu. Namun, Felysha malah terdiam kala melihat nama Syakira yang tertera di layar ponsel tersebut.
Hingga panggilan yang kedua kalinya pun, gadis itu masih tetap setia menatap kosong layar ponselnya itu.
"Fely, kok telponnya gak di angkat dek?" tanya seseorang sembari menyentuh pundak Felysha.
Gadis itu terperanjat. "Haah___ini gak pen__ting kok," sahutnya sembari memasukan ponselnya ke saku.
Sedangkan perempuan itu tampak manggut-manggut.
"Oh ya, kenalin aku Fiola. Kamu bisa panggil aku Fio," ucap Fiola memperkenalkan diri.
"I-iya kak,"
"Eum... Kakak boleh ikutan duduk disini?"
"Silahkan kak," gadis itu tersenyum manis.
Kemudian Fiola duduk di samping Felysha. Dan kini suasana terasa canggung. Apalagi saat wajah gadis itu kembali terlihat sendu. Fiola pun tak mampu berkata apa-apa jika situasinya telah seperti ini. Namun, ia juga tak bisa berlama-lama jika didiamkan oleh seseorang.
"Sebelum ketemu kamu__tante Sely sama Ari sering banget ngeluh. Bahkan mereka sampai nangis karena pengen ketemu kamu dek," tutur Fiola hingga membuat gadis itu langsung menatapnya.
"Really?" tanya Felysha dengan mata berkaca-kaca.
Fiola menganggukan kepalanya sembari tersenyum. "Ya. Di balik sikap humorisnya mereka berdua kepada semua orang. Ada luka dan rindu yang selalu mereka rasakan Fely," Fiola menatap Felysha. "Jujur, aku ikut bahagia saat Ari bilang kalau kalian udah bertemu. Aku harap, kalian bisa seperti ini selamanya," Fiola memegang tangan Felysha. "Gak ada lagi yang namanya berpisah ataupun pergi. Kecuali ajal yang menjemput___" lirih Fiola sembari tersenyum tipis.
Tiba-tiba air mata gadis itu pun luruh membasahi kedua pipinya. Perkataan Fiola mampu mengingatkan akan penyakit yang sedang gadis itu sembunyikan dari keluarganya sendiri. Felysha tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Gadis itu baru bertemu dengan ibu dan juga kakaknya. Sedangkan kondisi ia untuk bisa bertahan hidup lebih lama lagi hanya sebuah harapan saja.
'Ya Allah...apa yang harus Fely lakukan sekarang. Fely gak mungkin ngasih tau soal penyakit Fely sama mama dan juga kak Ari,' ucapnya dalam hati sembari menangis terisak.
Gadis itu menghapus air matanya kasar. "Dan ini semua salah ayah. Dia memang pria kejam yang telah hadir di antara kami," Felysha menatap kosong dengan sorot mata yang sangat tajam. "Dia dengan mudahnya merenggut kebahagiaan kita bertiga. Dia gak pantas untuk hidup kak Fio, hiks...hiks... Fely benci orang itu! Semoga Allah, memberikan hukuman yang setimpal buat dia. Hiks...hiks...," tangis gadis itu pun semakin menjadi-jadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
FELYSHA
Jugendliteratur"Jika seorang anak adalah anugerah yang Tuhan titipkan dalam suatu hubungan rumah tangga. Lalu mengapa meski ada perpisahan diantara kalian?" Kalimat itulah yang selalu gadis itu tanyakan pada dirinya sendiri. Sebab perpisahan orang tuanya, membuat...