"Dengerin papi, hari dimana kamu lahir di dunia itu adalah hari paling bahagia buat hidup papi. Jangan mikir kamu itu beban. kamu itu kebahagiaan papi."
🎉
#1 minrene
"Papi bangun!!!! Demi Tuhan Bas udah telat ini" Bastian Haris hanya bisa mendesah panjang melihat papinya yang tetidur seperti mayat itu.
Hanya satu cara untuk membangunkannya.
1
2
3
Dannnnn
Byurrrrr
"What the hell is going on?" Benjamin akhirnya bangun, gelagapan. Dan basah tentu saja.
"PAPI BURU AKU UDAH TELAT"
"YA KAMU GA USAH PAKE NYIRAM PAPI JUGA!!!"
Percayalah!
Ini adalah keseharian mereka. Dan pertentangan ini tidak akan selasai jika tidak ada yang menengahi.
"BEN!!! BAS!!! KALAU TETEP RIBUT GAUSAH NGINEP DISINI LAGI"
Teriakan ini akhirnya menghentikan keributan sepasang ayah dan anak yanh berbeda kepribadian ini.
"IYA MAH"
"IYA OMAH"
Jawab keduanya.
"Buru papi mandi"
"Bawel" Jawab Ben langsung menuju kamar mandi, sementara Bas kembali ke meja makan.
"Sabar Sabar ya ponakan tante" Kata Sheila adik Ben pada ponakannya ini.
Bas hanya mendengus dan melanjutkan sarapan yang sempat tertunda.
"Papi ngapain duduk?" Tanya Bas ketika papinya sudah turun dan duduk di meja makan.
"Ya makan lah! Sarapan! Emang kamu doang yang lapar" Jawab Ben.
"Gak! Gak ada! Anterin aku dulu ke Sekolah" Kata Bas yang langsung menarik papinya untuk berangkat.
Ben berdecak tapi mengikuti langkah kecil anaknya itu.
. .
"Nahh udah sampe, sana sekolah yang bener" Kata Ben pada Bas sambil menjulurkan tangannya.
"Hmm papi juga, kerja yang bener... cepetan cari pasangan hidup" Balas Bas, Ben yang mendengarnya hanya bisa tertawa dan mengacak rambut anaknya itu.
"Berantakan lagi ini rambut aku"
"Hah! Kamu tuh marah marah persis mami kamu" Ini yang kadang membuat Bas kasihan terhadap papinya; tidak move on untuk waktu yang lama. Ayolah sudah sepuluh tahun dan papinya masih saja mengungkit maminya.
Bahkan Bas saja yang tidak pernah bertemu muak mendengarnya. Untuk apa peduli pada wanita yang tidak menginginkannya.
"Ya emang aku anak kalian. Masa aku mirip tante Sheila"
"Sana ah turun... makin pinter jawab aja kamu" Kata Ben yang segera membuka kunci mobilnya.
Bas melihat lambaian tangan papinya dari dalam mobil, mau tidak mau dia membalasnya.
"Wah kamu deket banget kayanya sama papi kamu?" Bas tersenyum ke arah wali kelasnya. Bu Tania. Cukup dengan Bu Tania dia merasa mempunyai ibu, sekarang tinggal bagaimana caranya dia membuat papinya punya pacar. Sayang sekali Bu Tania sudah bertunangan, kalau tidak Bas tidak akan ragu mencomblangkan keduanya.
"Iya dong bu, ibu sih udah punya tunangan, coba belum. Papi aku masih ganteng... walaupun dandanannya kadang nyentrik" Balas Bas yang membuat Tania kaget tidak menyangka akan mendapat balasan seperti itu.
"Kamu tuh bisa aja"
"Aku serius loh bu" Mereka sekarang berjalan bersama menuju kelas karena bel hanya tinggal 5 menit lagi.
"Iya sayang... ibu percaya"
"Kalau tunangan ibu macem macem aduin aja ke aku" Jawab Bas tanpa keraguan.
Tania mengelus kepala anak muda itu, Bas memang muridnya yang paling dekat.
Ah
Dia beruntung mendapat perhatian seperti itu. Dia tidak pernah salah memilih menjadi guru SD seperti sekarang.
Pilihannya benar. Tidak Salah...
Tidak seperti perkataan tunangannya yang selalu menyalahkan jalannya memutus karier untuk menjadi seorang guru.
Dia benar.
Tania benar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bastian Haris
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Benjamin Reza
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.