EMPAT BELAS

31 20 4
                                    

Happy reading
-
°°°°°

"Lo kok bisa disini, kak Pano mana?" Tanya Genia.

Devano mengalihkan pandangannya  kearah Genia yang baru saja keluar dari kamar mandi. Devano mengangkat kedua bahunya tidak tahu.

"Dari kapan Lo disitu, jangan bilang tadi ----" Genia tidak melanjutkan ucapannya.

" Iya kenapa" ucap Devano enteng. Mendengar perkataan Devano mata Genia melotot tidak percaya bukannya tadi kak Pano yang ia minta untuk mengambil handuk.

Seketika Genia teringat kan kak Pano nganter mama kebandara. "Dasar Genia pikun" gumamnya.

"Kenapa lo bisa masuk gitu aja?" Lagi lagi Genia banyak tanyak.

"Telpon kak Pano"

"Tau dari mana Lo nomor telpon kak Pano"

"Gue bukan Narasumber" ucap Devano. Genia yang mendengar jawaban dari devano ia semakin kesal mengerucutkan bibirnya kedepan.

"Mau gue cium"

Genia lagi lagi melotot, melihat reaksi Genia Devano tersenyum geli.

"Gue tunjang juga lo" ucap Genia.

"Gue cium" goda Devano.

"Ighh dasar Laskar mesum" kesal Genia. " Udah sana pulang gak terima tamu gue" sambung Genia.

Devano tidak mendengarkan bahkan tidak peduli tetap duduk santai disofa sambil memainkan ponselnya.

"Dasar budek, dengar gak sih gue ngomong" Genia berjalan mendekat sofa dimana Devano duduk.

" Emang lo ngomong apa" sahut Devano.

Genia mendekatkan tubuhnya tepat disamping Devano dan berbisik.
"GUE GAK TERIMA TAMUUUU" Teriak Genia tepat ditelinga Devano.

Sang telinga pun langsung menggosok gosokan telinga dengan tangan, bisa bisa copot telinga Devano.

" Genia" ucap Devano.

"Apa" sahut Genia lantang.

"Lihat pembalasan gue" senyum sinis Devano.

"Berani lo gue tunj--" belum selesai Genia bicara tangannya sudah ditarik oleh Devano sentak Genia yang tadinya berdiri, sekarang sudah terduduk diatas pangkuan Devano.

Genia tidak bisa berkata kata lagi seketika mulutnya terkunci, mata Genia melihat mata hazel berwarna coklat milik Devano begitu juga Devano melihat manik mata Genia mereka saling bertatap tatapan. Genia  tersadar dan ketakutan mengerubungi otaknya.

"Dasar cerewet" Devano mengacak ngacak rambut Genia yang sedikit basah.

"Apa lo bilang gue cerewet" kesal Genia dan pindah duduk disamping Devano.

Perdebatan mereka terhenti melihat seseorang yang baru saja membuka pintu dan berjalan kearah mereka.

"Adek gue udah pacaran aja yang jomblo iri ni" ucap Palano yang baru saja masuk.

"Apaan sih kak, makanya cari dong jangan kuliah kerja mulu " sahut Genia.

"Dasar adek lucknat, ini kenali kak Kevin kawan kampus" Palano memperkenalkan pria yang berada disampingnya sedari tadi. Sebentar saja sudah akrab tertawa bersamaan begitu juga Devano hanya tersenyum.

Tidak terasa sudah larut malam Devano dan Kevin 10 menitan tadi sudah pulang.

"Kak" panggil Genia.
Palano hanya bergumam

DEGEITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang