SEPULUH

77 35 5
                                    

Happy reading...

Genia dengan ragu masuk kelas memang ia sudah terlambat pelajaran sekolah sudah dimulai lima belas menit yang lalu. Genia berjalan masuk kelas.

"Maaf pak saya terlambat" ucap Genia takut menundukkan wajah kebawah ia sekarang sudah berada dihadapan pak Adi. Hari ini dikelas Genia adalah jam pelajaran pak Adi guru fisika.

"Kamu sudah terlambat lima belas menit ngapain aja kamu bisa terlambat." Ucap pak Adi tegas.

"Itu pak anu---" belum sempat Genia bicara sudah dipotong.

"Apa alasan kamu ketiduran, dijalan macet, lampu merah dan sebagainya itu alasan kamu kan sudah banyak dipakai murid murid yang terlambat? Sekarang kamu keluar berdiri dilapangan hormat tiang bendera." Perintah pak Adi." Saya tidak suka dijam pelajaran saya ada yang terlambat,SEKARANG Genia kenapa kamu masih disitu ganggu jam pelajaran saya aja kamu." Lanjut pak Adi yang melihat Genia masih berdiri dihadapannya belum ada pergerakan.

"Ba--baik pak" ucap Genia gemetaran.

Genia berjalan kelapangan apa yang diperintah oleh pak Adi untuk menjalani hukuman Genia yang terlambat. Sesampainya dilapangan Genia berdiri dan hormat ketiang bendera kaki kanan ia naikan keatas sedangkan kaki kiri untuk menjaga keseimbangan badan agar tidak jatuh. Hari ini memang sangat terik panas matahari Genia mulai kelelahan tiga les pelajaran pak Adi masuk kelas dan tiga les juga Genia harus berdiri menghormat ketiang bendera.

"Wih ada yang lagi dihukum sepertinya kesana kuy." Ajak Ardy.

"Mana, wes ya kuylah" Dimas mengikuti arah mata Ardy.

"Boleh tu let's go" ucap Andrean melihat kearah lapangan yang terdapat sosok cewek sedang berjemur diterik matahari. Sedangkan Devano sudah berjalan kearah lapangan.

"Buset dah maen tinggal aja" protes Ardy yang sudah ditinggal Devano,Dimas,dan Andrean.

...........

"Buat Lo" ucap Devano dengan menyodorkan botol minuman. Entah dari mana itu minuman udah ada ditangan Devano aja.

Genia terkejut melihat Devano yang baru saja ada didepannya.

"Kesambet apa ni orang" gumam genia.

"Ambil aja etdah lama amat" ucap Dimas menyadari Genia dari lamunannya.

"Gak makasih" ucap Genia songong. Padahal Genia sudah kehausan tapi karena gengsi Genia tahan haus.

"Walahdalah si neng songong amat" sahut Ardy yang melihat didepannya orang yang sedang drama.

"Ikut gue" tangan Genia ditarik Devano membawa Genia pergi dari lapangan dan sekarang mereka sudah sampai dirooftopDevano membawanya ke rooftop.

"Ngapain Lo bawa gue kesini." Ucap Genia lalu meninggalkan Devano belum sempat Genia pergi tangannya sudah ditahan dengan tangan besar Devano.

"Eh eh ngapain Lo pegang pegang tangan gue" sentak Genia dan melepaskan tengan Devano dari tangannya.

"Lo disini temenin gue" ucap Devano datar.

"Nemenin lo disini maap maap aja gue mau jalanin hukuman gue. Dari pada gue disini makin nambah hukuman gue." Ucap Genia lantang sebenernya Genia takut takut mau bicara tapi ia memberanikan diri. Genia melihat Devano yang sedang menatap kearahnya Genia tidak bisa bicara apa apa lagi melihat tatapan Devano yang sangat dingin seperti es kutub Utara.

"O--oke" ucap Genia lalu beralih duduk disamping Devano.

"Gue suka sama lo Genia" gumam Devano pelan tapi masih terdengar ditelinga Genia.

DEGEITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang