TUJUH

94 39 6
                                    

Happy Reading
-
-

Genia menelusuri koridor berjalan dengan terburu buru alhasil tanpa sengaja ia menabrak cowok yang berada didepannya.semua buku berada ditangan Genia terjatuh kelantai ia pun segera mengambil buku yang berserakan.

"Kalo jalan pake mata dong jangan taruk didengkul tu mata" ucap Genia tanpa melihat arah seseorang ia tabrak.

"Gak salah" ucap seseorang cowok yang berada didepan Genia. lalu pergi begitu saja.

"Tu cowok memang gak punya rasa bersalah apa bukannya bantuin mungutin buku kek atau bilang maaf malah nyelonong pergi aja". Gumam Genia.

"Cowok gak punya hati Lo bukannya bantuin" ucap Genia sekuat mungkin.

Perkataan Genia masih bisa terdengar dengan jelas ditelinga Devano walaupun jarak mereka sudah jauh. Dengan buru buru Genia berjalan memasuki ruang kelas.

Sudah sampai diruang kelas Genia menjatuhkan tubuhnya dikursi buku buku yang berada ditangannya ia taruk diatas meja. Pikiran gadis itu masih memikirkan cowok yang berada di koridor tadi.

Kok bisa sih didunia ini masih ada cowok seperti itu.

"Memang cowok gak punya hati" kata Genia pelan tapi tetap terdengar oleh Dita.

Sontak Dita bingung siapa cowok gak punya hati. Rasa ingin tau Dita kepo.
"Siapa?" Tanya Dita.

"Eh---"

"Emang siapa cowok gak punya hati bilang sama gue" memang sih Dita kepo satu ni.

"Itu tadi kan gue lewat dikoridor buru buru terus gue gak sengaja nabrak orang jadi buku yang ditangan gue jatuh semua bukannya bantuin malah ninggalin bukan minta maaf lagi kan ngeselin." Curhat Genia.

"Oh gitu itu Lo nya sih yang salah" ucap Dita menyalahkan Genia.

"Kok gue" Genia nyolot tidak mau disalahkan.

"Iya lah Lo yang salah orang Lo bilang buru buru" kata Dita. "Emang siapa cowok itu kok Lo kayak benci banget sama dia?" lanjut Dita.

"Memang gue benci benci banget sama dia, itu lah siapa lagi yang waktu hari itu nimpung gue pake bola basket terus yang ngambil minuman gue." Ucap Genia geram.

"Yakin benci, banyak sih yang bilang kalo benci sama seseorang nanti jadi benar benar cinta Lo" Goda Dita.

"Najiiss" secepat kilat Genia menjitak Dita.

_ _ _

"Hmm permisi gue boleh gabung gak disini" ucap cowok itu sambil melihat Lina.

"Boleh kok" kata Lina cepat. Lalu cowok yang tadinya berdiri sekarang sudah duduk disamping Lina.

Ketiga teman Lina heran tumben geng polion yang satu ini disini padahal meja yang biasa mereka tempati ada tu gak hilang.

"Loh kok Lo disini tu kawan Lo pada disanakan" tunjuk Genia dimeja kantin satunya.

"Hehe emang gak boleh ya, yaudah gue cabut" kata Andrean.

"Eh boleh kok siapa yang bilang gak boleh" ucap Lina cepat biar Andrean tidak Bangkit dari bangkunya.

Genia melongo melihat Lina dan Andrean begitu mesra seperti dunia punya mereka. Apalagi pake sulang sulangan didepan Genia Dita dan Ria.
Bikin orang jomblo iri aja.

"Jomblo iri ni" bisik Genia kepada Ria dan Dita .

"Makanya cepetan cari pengganti dong biar gak jomblo terus" ledek Dita lalu tertawa terbahak bahak diikuti oleh Ria.

"Eh kenapa?" Tanya Lina.

"Nggak papa gue cabut dulu ya malas jadi nyamuk" ucap Genia lalu pergi gitu aja ninggalin ketiga sahabatnya.merasa jengkel dengan tingkah Dita dan Ria menertawakan Genia tadi.

Lina dan Andrean sudah mengenal beberapa hari yang lalu jadi wajar aja mesra mesraan namanya juga lagi PDKT.

"Itu temen Lo ya kalo gak salah Genia namanya" ucap Andrean.

"Iya lo kok tau?" Tanya Lina heran.

"Oh waktu itu gue lagi dihukum terus dia lewat lapangan bawa sebotol minuman terus Devano ngambil minuman ditangan dia,pas lagi marah dia dipanggil sama guru ya gue tau namanya dari situ." Kata Andrean menceritakan.

"Oh Devano pantes sering diceritain sama Genia" ucap Lina.

"Emang kenapa?" Tanya Andrean heran.

"Ya soalnya dia benci banget sama Devano,tapi cocok orang itu berdua kalo dijodohin" jawab Lina.

Genia terus berjalan menuju keluar pintu kantin tanpa sengaja matanya bertatap tatapan kepada Devano yang berada dimeja kantin. Ia langsung tersentak dan langsung memalingkan matanya berjalan cepat keluar kantin.

"Cewek aneh". Batin Devano. Lalu ia bangkit untuk keluar kantin ingin mengejar cewek itu untuk meminta maaf yang terjadi dikoridor tadi.

"Lo mau kemana Van?" Tanya Ardy Karna Devano tiba tiba bangkit.

"Keluar" jawabnya langsung melangkahkan kaki keluar mengejar cewek tersebut.

"Tunggu" ucapan Devano tetap saja cewek itu tidak berhenti padahal mungkin dia mendengar.
Devano berjalan dengan cepat lalu memegang pergelangan tangan cewek tersebut.

"Eh lepas" Genia berusaha melepaskan tangan Devano. Tapi tidak ada hasil cowok itu semakin mengeratkan tangan memegang pergelangan tangan Genia.

"Gue mau bilang maaf" ucap Devano lalu melepaskan tangan Genia.

"Maaf lo bilang gampang banget, Lo tau gak? Lo itu udah ganggu gue pertama Lo itu nimpung bola basket kekepala gue,kedua gara gara Lo gue kenak marah sama guru gara gara Lo ngambil minuman gue,ketiga Lo hampir mau nabrak gue pas malam itu, keempat Lo juga nabrak gue sampai buku ditangan gue berjatuhan dan banyak lagi lah kesalahan Lo." Ucap Genia mengingatkan Devano.

Devano mendengarkan ocehan ocehan Genia padahal tidak semua tuduhan Genia benar kepadanya apalagi tuduhan yang ketiga itu salah Genia nyebrang gak liat kanan kiri dan keempat juga salah Genia yang buru buru.karna malas berdebat Devano tidak mau menjawab tuduhan tuduhan itu baginya memperpanjang permasalahan gak bakal selesai.

" Gue harus apa biar Lo maafin gue?"tanya Devano Karna ia akui dirinya juga bersalah.

Genia memikirkan sesuatu hukuman apa yang cocok buat Devano. tiba tiba saja ide Genia terpikirkan Minggu depan. "Eh tidak Genia dia mana bakalan mau apalagi banyak yang mau sama dia. Minggu depan gue sama teman Ria aja". Gumam Genia.

"Kalau Lo diam gue anggap Lo udah maafin gue"

"Enak aja belom gue lagi mikirin hukuman apa yang cocok buat Lo" kata Genia lantang.

"Apa?"Devanopun merasa capek karena Genia lama tinggal bilang 'iya gue maafin' aja susah harus pake hukuman segala.

"Gue mau Lo temenin gue Minggu depan" ucapan Genia tiba tiba terlontarkan tanpa ijin terlebih dahulu.

Mampus keceplosan lagi mana bakalan mau dia terima itu lagian itu namanya bukan hukuman kiranya nanti gue suka lagi sama dia apa lagi dipikirnya gue sama kaya cewek cabe cabean yang ngejar ngejar dia.

"Oke gue terima" ucap Devano langsung berjalan meninggalkan Genia sendiri.

Tubuh Genia menegang seketika mendengarkan ucapan Devano.

"Apa dia setuju, gue gila ngajak dia mampus. Gumam Genia memampus mampusi diri sendiri".

Jomblo jadi nyamuk

DEGEITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang