Akan ada perjumpaan-perjumpaan selanjutnya setelah manusia mengizinkan rasa penasaran menutupi keinginannya untuk mengabaikan.
✾ ✾ ✾
Meeting ditentukan jam sebelas siang, semua Tim dari divisi perencanaan dibuat kalang kabut oleh Freya, pasalnya wanita itu tidak pernah mengadakan rapat dadakan seperti ini. Seperti yang telah diketahui, Freya itu punya segala rencana terjadwal dalam hidupnya.
Setelah semua berkumpul dengan wajah tegang, Freya baru datang. Dia masuk dengan langkah anggun, menatap datar ke arah depan menuju kursinya. Semua berdiri, memberikan hormat. Barulah setelah Freya duduk, semua ikut duduk dan saling lirik-lirikan.
Freya mengangkat matanya menatap semua orang, lalu berhenti pada satu tujuan yang menjadi alasan kenapa meeting ini dilakukan. Pemuda itu pun sedang menatapnya, namun menurut Freya dia tidak menemukan ekspresi tertindas dari wajah Mars sekali pun melihatnya duduk sebagai orang paling besar di ruangan ini.
"Ehm, ayo kita mulai," ajak Freya mengalihkan matanya dari Mars. Kenapa masih songong?
Presentasi lebih dulu dimulai oleh Kepala divisi perencanaan. Freya sejujurnya tidak meragukan kemampuan Divisi ini setelah dipimpin oleh Pak Aritama. Dia memang gila mengadakan meeting tidak penting semacam ini hanya untuk membuka mata Mars lebar-lebar kalau dirinya bukan orang biasa di Perusahaan ini.
Selama presentasi berlangsung, Freya berulangkali melirik Mars. Pemuda itu bisa serius juga rupanya. Freya, kenapa malah merhatiin dia? Fokus!
"Dengan kata lain, nilai jual kita akan semakin meningkat nantinya." Pak Aritama telah selesai, dia pun menunggu respon dari Freya.
Freya mengangguk, "cukup bagus," pujinya.
Semua menghembuskan nafas lega. Pak Aritama duduk kembali sembari membetulkan dasinya, dia baru saja merasa dicekik oleh suasana.
"Kalian sudah tahu kalau sebentar lagi perusahaan ini akan mengadakan kerja sama dengan Summerart?" tanya Freya dengan nada serius.
"Ya, kami sudah mendengar, Bu. Ini adalah kerja sama yang sangat besar, Oceana Mode akan semakin dikenal luas oleh dunia," jawab Pak Aritama.
"Saya ingin Tim Pak Ari yang mengerjakan project ini, mulai dari perencanaan hingga eksekusi di lapangan," perintah Freya.
Efeknya langsung menumpahkan kopi yang ada di meja Pak Aritama karena tidak sengaja tersenggol saking kagetnya. "A-apa Ibu Freya serius?" tanyanya tergagap.
"Apa saya pernah bercanda?" tanya Freya balik, membuat semua menggeleng. "Saya tau ini project besar. Apalagi Divisi perencanaan tidak pernah mengerjakan project tanpa bantuan divisi lain. Tapi kali ini..."
"Kita sanggup!" potong Mars sebelum Freya selesai bicara. Semua orang di sana menoleh, Mars yang hanya memakai kemeja putih polos nekat mendahului pria berdasi di dekat Freya.
Pak Aritama melotot pada Mars, mulutnya itu ingin mengeluarkan sumpah serapah namun harus ditahan karena masih ada Freya di sana.
Freya tersenyum sinis menanggapi keputusan Mars. "Apa kamu tau resikonya kalau ini gagal?" tanyanya meremehkan.
Mars menegakkan tubuh dan berkata dengan penuh percaya diri, "kami tidak akan gagal."
Pak Aritama memberikan kode lewat gelengan kepala dan pelototan mata agar Mars segera menarik ucapannya. Semua yang ada di sana, baik Senior atau Junior pun ikut memperingatkan Mars.
Freya mulai mengetukkan jarinya ke meja, pertanda dia sedang terintimidasi saat ini. Awalnya, niat memberikan project besar ini hanya sebatas gertakan dan yakin Divisi Perencanaan akan menolak karena merasa tidak mampu. Tapi Mars malah mengacaukan segalanya.
Bagaimana kalau project ini benar-benar gagal? Freya akan kehilangan jutaan dollar karenanya. Ini namanya cari mati, Frey.
"Bu Freya mohon maaf, Mars masih sangat baru di sini dan belum mengerti apa-apa. Sebaiknya jangan didengar," Pak Aritama mencari aman, dia tetap ingin menolak. "Mars, ayo minta maaf. Kita tidak akan sanggup mengerjakan project ini sendirian," suruhnya dengan ekspresi memaksa.
"Pak, kita jangan menyerah sebelum berjuang dong. Ibu Freya memberikan kepercayaan, jadi kita harus membuktikan kemampuan kita," sahut Mars tidak ingin mundur.
"Mars..." sergah Pak Aritama, telinganya bagai berasap saat ini. Dia tidak siap kehilangan pekerjaan bila project ini kacau balau di tangan Tim-nya.
Freya mana mungkin menyerah, ini menyangkut tentang harga dirinya. Mars menantangnya. "Dia benar, kenapa Pak Aritama menyerah sebelum berjuang?" tanya Freya.
"Sa-saya hanya..." Pak Aritama mulai gelisah.
"Saya akan menunjuk Mars sebagai pimpinan di project ini," tunjuk Freya nekat.
Pak Aritama dan Tim senior lainnya membelalakkan mata. Pasti mereka semua bingung, keputusan macam apa ini?
"Saya siap!" jawab Mars sambil berdiri tegap.
Ingin sekali Freya melepas sepatunya dan melempar wajah pemuda itu. Dia tidak tahan dengan kesombongan. "Oke, meeting selesai. Kalian boleh keluar kecuali Mars," suruh Freya dengan mata tajam menatap pemuda itu.
Semua orang keluar sambil menggerutu karena ulah Mars. Sementara pemuda itu masih saja santai seolah-olah tidak melakukan kesalahan apapun.
Freya dan Mars duduk dengan posisi berjauhan, namun saling berhadapan. Freya melempar sebuah map hingga bergeser ke hadapan Mars. "Project itu seharusnya dikerjakan oleh Kepala Senior dari Divisi sayap kanan perusahaan," beritahunya.
Mars dengan tenang membuka map dan membaca segala perinciannya. Dia tidak terlihat terkejut dengan nominal yang tertera, malah dengan santai membolak-balik setiap lembarannya.
"Bila ini gagal, bukan hanya posisi magang kamu yang terancam, tetapi semua Tim dari Divisi perencanaan akan dipecat. Kalian tidak akan mendapat pesangon."
Mars menutup map itu dan menatap Freya dengan seulas senyum di bibir. "Tenang, itu nggak akan terjadi," sahutnya yakin.
Freya mendengkus. Dia berdiri dan akan menyesali keputusannya sebagai kebodohan paling mengerikan.
Mars ikut berdiri.
"Terima kasih atas kepercayaan anda, Ibu Freya," ujar Mars ketika Freya melewatinya.
Freya tidak merespon, dia ingin segera pergi sebelum otaknya mendidih.
"Frey," panggil Mars tiba-tiba, membuat langkah Freya terhenti sebelum sampai di pintu. "Apa kamu mikirin aku setelah insiden, tadi?" tanyanya begitu percaya diri.
"Soalnya, aku jadi nggak bisa berhenti mikirin kamu gara-gara itu," lanjut Mars lagi.
Freya berbalik, menatap Mars dengan penuh kesinisan. "Apa kamu sengaja melakukan itu tadi?" tanya Freya curiga.
Mars tersenyum manis dan mendekati Freya. "Yang tadi itu, benar-benar nggak disengaja, I am swear," ucapnya meyakinkan. "Tapi kalau yang ini ..."
Cup.
Freya tersentak kaget ketika sekali lagi, bibir Mars menempel di bibirnya. Satu kecupan yang membuat dunianya seketika terbalik.
"Baru disengaja," bisik Mars kemudian.
Bisa Freya rasakan kekehan Mars di telinganya yang begitu dekat. Nafas pria itu pun sempat bermain di titik sensitifnya, membuat sekujur tubuhnya bergidik.
Mars telah pergi, tapi Freya masih di tempatnya berdiri.
✰✰✰
![](https://img.wattpad.com/cover/221150335-288-k708703.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Boss
RomanceUpdate setiap Senin Freya Oceana, pemilik Departement Store "Oceana Mode" yang hanya menjual brand-brand ternama Oceana, ciptaannya sendiri. Dia cantik, sukses di usia muda, namun sangat payah dalam kisah cinta. Banyak yang mengejarnya, mulai dari P...