Chapter 13. Date

606 97 47
                                    

Hari ini, Freya tampil lima tahun lebih muda dari usianya. Dia memakai jeans robek pada bagian paha dan crop top yang sedikit memperlihatkan perutnya. Rambutnya dicepol tinggi, make up tipis dengan shade lipstick yang lebih soft. Sepatu sneakers warna putih. Lalu sentuhan terakhir adalah parfum.

"Done," ucap Freya memuji penampilannya sendiri.

Ting. Tong.

Bertepatan dengan itu, Mars datang menjemput Freya. Hari ini mereka akan berkencan seperti pasangan pada umumnya. Kalan-jalan ke Mal, nonton bioskop, kemudian dinner. Semua sudah di-set atas kesepakatan bersama.

Cklek.

Mars nampak terpesona ketika melihat Freya yang berbeda dari sebelumnya. Pakaian formal ala-ala wanita berkelas yang biasa dikenakan wanita itu, kini tidak terlihat lagi. Heels yang tingginya bisa membuat kaki patah saat terkilir, telah diganti dengan sepatu santai.

"What?" tanya Freya merasa kurang pede saat melihat reaksi Mars.

Mars menggeleng. "Bukan kamu banget, tapi cantik," pujinya.

Freya pun tersenyum. Dia langsung keluar dari Apart-nya dan berjberjadi sebelah Mars. Tangannya digandeng oleh pria itu. "Aku sengaja pakek ini biar nggak dikira lagi jalan sama anak," beritahunya.

Mars sontak terbahak. "Kamu berlebihan. Kita cuma beda lima tahun, Frey. Emangnya pas kamu umur lima tahun, bisa melahirkan anak?"

Giliran Freya yang tertawa. "Habisnya aku suka nggak pede karena lebih tua," keluhnya.

"Kata siapa kamu kelihatan lebih tua? Kamu masih cocok kalau mau pakek seragam SMA."

"Hmm, bohong banget." Freya mencebik.

"Serius. Ya, tapi dengan penampilan kamu yang kayak gini. Jauh dari dunia bisnis, hehehe."

"Jadi, kalau aku lagi pakek pakaian formal, aku tua?"

Mars menipiskan bibir menahan tawa geli yang akan keluar. Mereka masuk ke dalam lift dan Freya masih menunggu jawaban.

"Nyebelin," Freya melipat tangan di perut, merajuk.

"Nggak kok. Kamu tetep cantik mau kayak gimana juga," puji Mars akhirnya. "Tuh kan ngambekan," disentilnya hidung Freya.

Freya pura-pura tak perduli, agar Mars terus merayunya. Terkadang dia merasa geli pada diri sendiri yang bersifat kekanakan hanya karena ingin dapat perhatian Mars.

"Kalau masih ngambek juga, aku cium di tengah umum nih," ancam Mars menusuk-nusuk perut Freya dengan jarinya.

"Ihhh, geli!" Freya pun akhirnya tertawa. Mana bisa pura-pura lebih lama di depan bocah menggemaskan ini.

Begitu pintu lift terbuka di lantai tiga, sepasang kakek nenek masuk. Meski sudah berusia lanjut, keduanya tetap mesra bergandengan tangan.

"Aku berharap kita tua nanti kayak mereka, tetap bergandengan," bisik Mars. Diciumnya punggung tangan Freya berkali-kali.

"Aku tua lebih dulu kayaknya," sahut Freya.

Mars mencebik, "kamu emang mood killer, Ibu Freya." Karena Freya tertawa, Mars merangkul leher wanita itu dan menariknya keluar lift seperti kambing.

"Mars, kita dilihatin orang," bisik Freya tak enak. Dia merasa kurang pantas bermesraan di tempat umum, di usianya ini.

"Biarin. Biar mereka tau kamu sudah taken."

"Dasar anak-anak."

"Anak-anak ini bisa bikin anak kalau kamu mau," sahut Mars santai.

"Mars!" pekik Freya penuh protes.

I'm the BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang