Bila sudah jatuh cinta, apapun akan terasa manis.
✾ ✾ ✾
Saat di tengah jalan mengantar Freya pulang, hujan turun begitu deras. Tidak ada tempat berlindung karena saat ini mereka ada di tengah-tengah jalan raya. "Mau cari tempat teduhan, nggak?!" tanya Mars berteriak dari balik helm-nya.
"Langsung aja udah deket!" sahut Freya. Dia memeluk Mars begitu erat karena kedinginan. Sekujur tubuhnya basah kuyup, ditambah lagi dia tidak mengenakan jaket.
Mars memacu kecepatan motornya dua kali lipat, jalanan licin tidak menjadi penghalang untuknya ngebut agar cepat sampai.
"Hati-hati Mars!" jerit Freya, dia agak takut lantaran cuaca yang seperti ini terlalu berbahaya untuk kebut-kebutan.
Mereka akhirnya sampai di Apartemen Freya, setelah seluruh tubuh basah kuyup dan menggigil kedinginan. Tidak berlama-lama, keduanya langsung ke unit apartemen untuk berganti pakaian.
"Ini kamu pakek, nanti masuk angin," ujar Freya memberikan satu setel pakaian baru pada Mars.
"Baju Gio lagi?" tanya Mars malas.
Freya hanya mengangguk.
Mau tidak mau Mars memakainya, karena dia tidak ingin mati kedinginan atau terkena hipotermia. Dia membuka atasannya di depan Freya.
Freya terkejut, Mars membuatnya gugup karena bertelanjang dada seperti itu. Ditambah lagi, tubuh pria itu sangat bagus, otot-otot perutnya tertata rapi. Wajahnya memanas tanpa sebab, dia berupaya melihat ke arah lain.
Mars yang menyadari perubahan pada ekspresi Freya pun berniat jahil. Dia belum memakai bajunya, malah mendekati Freya dengan sengaja. "Apa kamu masih mau sebut aku anak kecil?" tanyanya.
Freya otomatis mundur. Tubuhnya tertahan di meja rias. Kedua tangan Mars yang kekar membingkai dirinya, membuatnya terkunci dengan jarak yang begitu dekat.
Mars tersenyum jahil, dia mendekatkan bibirnya ke bibir Freya. Dijamin, bila telah menempel maka kemungkinan untuk dilepaskan adalah nol persen. Cuaca dan kondisi sudah sangat mendukung mereka untuk berpanas-panasan saat ini.
Freya dengan kewarasannya yang masih tersisa, langsung menunduk meloloskan diri dari kukungan tangan Mars. Dia berlari cepat ke kamar mandi, memegangi dadanya yang berdebar keras sambil bersandar di balik pintu.
"Udah gila." Freya memukul kepalanya sendiri, melenyapkan pikiran mesum yang ada di otaknya.
Mars tertawa pelan. Dia pun keluar dari kamar Freya untuk memakai kamar mandi yang lain.
✾ ✾ ✾
Saat Freya keluar dari kamar mandi, setelah berlama-lama berendam dengan air hangat dan memakai setelan tidur. Dilihatnya, Mars tidak ada. Dia celingukan, mencari keberadaan pria itu.
Deg!
Mars memeluk Freya dari belakang. "Kirain kamu pingsan di dalem," ledeknya terkekeh di ceruk leher Freya.
Freya menata jantungnya yang berceceran karena terlalu gugup. Ingin mengusir Mars pergi, tetapi masih hujan. Selain alasan hujan, Freya masih ingin bersamanya.
"Aku bener-bener nggak nyangka kalau Susi itu kakak kamu," ujar Freya mencari topik.
Mars melepaskan pelukan dan membalik Freya menghadapinya. "Kamu nggak akan pecat Mbak Susi setelah tau faktanya, kan?"
Freya tersenyum tipis dan menggeleng. "Asalkan kalian juga tetap tutup mulut. Aku nggak mau ada yang protes," ujarnya sedikit Nepotisme.
"Baik banget sih." Mars menciumi bibir Freya berulang-ulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm the Boss
RomanceUpdate setiap Senin Freya Oceana, pemilik Departement Store "Oceana Mode" yang hanya menjual brand-brand ternama Oceana, ciptaannya sendiri. Dia cantik, sukses di usia muda, namun sangat payah dalam kisah cinta. Banyak yang mengejarnya, mulai dari P...