Part 11 : Maaf

192 28 19
                                    


Rayyan Adiputra mulai merasa kehilangan. HP-nya, suasana kantor, semuanya terasa begitu berbeda tanpa celotehan Kirana yang selama ini menyiksa telinga.

[Ke mana aja?]

Rayyan menyerah. Akhirnya ia memutuskan untuk meruntuhkan ego dengan mengirim pesan terlebih dahulu pada Kirana.

[Ada. Kenapa?]

Dingin. Jawaban Kirana kali ini seolah merasa terganggu.

[Sakit?]

[Masuk angin doang. Kenapa?]

[Demam, ya? Gak kayak biasanya.]

Rayyan mulai melunak. Kini ia tak bisa membohongi hatinya lagi.

[Emang biasanya gimana?]

[Heboh. Berisik. Ganggu.]

[Maaf ya, gue selama ini ganggu lo terus.]

Kalimat itu ditutup dengan emot tersenyum.

[Na? Lo kenapa, sih?]

[Janji, udah ini, gue gak akan ganggu lagi.]

Kembali, emoticon itu justru membuat Kirana semakin menyeramkan.

[Bagus dong. Hidup gue jadi beneran tenang udah ini.
Besok masuk?]

Seloroh. Rayyan hanya bermaksud berseloroh saja. Juga berusaha menyelamatkan egonya.

Tentu saja gengsi. Rayyan tak ingin langsung mengumbar rasa.

[Iya, insyaAllah. Gue ada janji sama Sasa, sama Alia juga.]

[Oke.]

Lalu selesai. Begitu saja percakapan di antara mereka. Rayyan merasa ada yang aneh dari Kirana. Apakah Kirana mencoba menghindar? Rayyan menerka-nerka.

Tidak seperti biasanya, Kirana jadi ... berbeda.

Ada rasa khawatir yang melanda. Ada rasa takut yang tercipta. Saat gayung telah bersambut, haruskah kembali terhempas karena sang Kirana mulai lelah memegang talinya?

***

"Yan, lo beneran mau lakuin ini?"

"Iya, tolongin ya, Sa."

"Gak nyangka gue, Kirana akhirnya dapet balesan juga."

"Semoga perasaan dia masih sama, ya." Tiba-tiba wajahnya berubah sendu.

"Emang nape?" Alia nyerobot.

"Kemarin gue wa, tapi jawabannya datar. Malah bilang gak akan ganggu hidup gue lagi. Apaan, coba?"

"Lah, iya bener, dong? Selama ini lo selalu kasar ke dia, bilang dia ganggu, gak ada harga diri, dan kata-kata lain yang bikin sakit hati. Wajar, dong, dia bilang gitu? Bukannya itu mau lo?" Alia memberondong Rayyan dengan kalimat penuh kekesalan.

"Ya ... emang gue ngerasa keganggu sama dia."

"Terus, kenapa sekarang lo mau ngelamar? Katanya keganggu? Emosi, gue jadinya!"

"Gak tahu, mungkin dia mulai main dukun."

Serta merta Alia langsung meninju lengan Rayyan dengan keras. Sasa pun melayangkan sebuah buku yang digulung pada kepala Rayyan.

"Ngeselin lo! Heran gue, ngapa si Kirana bisa bucin begitu, sih? Padahal yang mau ama die banyak banget yang cakep dan kaya. Sorry to say, Ya, tapi Kirana kebagusan, deh, buat elo."

"Gak ada yang kayak gue. Cuma Kirana yang bisa lihat itu. Lo semua cuma perempuan biasa yang gak punya keistimewaan kayak dia." Rayyan berlalu. Melenggang dengan santai saat amarah Alia dan Sasa masih berkobar.

Diari Kirana Kejora [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang