WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.
"Audrey, bangun, Sayang, udah pagi nanti telat masuk sekolah!" teriak Amanda sambil menggedor-gedor pintu kamar Audrey.
Audrey yang masih bergelung di balik selimutnya pun menggeliat saat mendengar gedoran yang menganggu tidurnya.
Dengan mata yang masih terpejam erat, Audrey lantas menjawab, "Lima menit lagi, Bun ...."
"Bangun sekarang atau uang jajan kamu Bunda potong," ancam Bunda dengan tegas.
Audrey sontak mendengkus. Dengan rasa kantuk yang masih tersisa, dia mengubah posisinya menjadi duduk.
"Iya, iya, ini Audrey bangun, Bun."
Setelah nyawanya mulai terkumpul, Audrey lantas bangkit dari tidurnya dan langsung berjalan ke kamar mandi.
Usai mandi dan melakukan persiapan lainnya, kini Audrey telah siap dengan seragam putih abu-abunya. Dia lantas berjalan menuju meja makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.
"Pagi, Yah, Bun," sapa Audrey kepada kedua orang tuanya sambil tersenyum.
Gadis itu menarik kursi di sebelah sang bunda kemudian mengambil dua lembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang favoritnya.
Amanda tersenyum ke arah Audrey. "Pagi juga, Sayang."
"Pagi juga, anak Ayah yang cantik," ucap ayah Audrey setelah mengecup pipi gadis itu sekilas.
Sarapan mereka kali ini dipenuhi dengan canda tawa, bahkan Audrey sempat dibuat tertawa karena cerita Wisnu yang sangat lucu menurutnya.
Audrey tidak langsung berangkat ke sekolah setelah kegiatan sarapan berakhir. Dia terlebih dulu membantu Amanda membereskan piring-piring kotor, lalu mencucinya hingga bersih.
Setelah tugas mencuci piringnya selesai, Audrey kembali ke meja makan untuk mengambil tasnya yang masih di sana.
Saat hendak berpamitan dengan sang ayah, tiba-tiba beliau menatapnya dengan cukup serius.
"Habis pulang sekolah, langsung pulang, ya. Nanti malam kita bakalan ada acara penting dan kamu harus ikut," ucap Wisnu. Audrey pun hanya mengangguk sebagai jawaban.
***
Seperti biasa, Audrey berangkat ke sekolah diantar oleh Mang Ujang, supir pribadi keluarga Vernanda yang selalu mengantar jemput Audrey ke sekolah.
Setibanya di depan gerbang, gadis itu lantas mulai memasuki area sekolah yang mulai dipadati sejumlah siswa.
Dengan langkah pelan, Audrey menyusuri koridor menuju kelasnya, yakni XII IPA 1. Sesekali dia membalas sapaan beberapa orang yang berpapasan dengannya.
Memasuki kelas, Audrey mendapati kedua temannya yang sudah hadir di tempat duduk masing-masing. Gadis itu lantas menghampiri mereka.
"Pagi, Audrey ...," sapa Vera, teman sebangku Audrey.
"Pagi juga, Vera," balas Audrey diiringi dengan senyuman.
"Felicia belum dateng juga? Padahal bentar lagi mau mulai pelajaran." Audrey mengedarkan pandangan, mencari satu temannya lagi yang belum datang padahal sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai.
Di antara mereka berempat, Felicia memang paling santai dalam hal apa pun. Maka tak heran kalau untuk berangkat sekolah saja dia datang belakangan.
"Kebiasaan begadang dia, paling kesiangan," sahut Bella, hafal betul dengan karakter teman sebangkunya itu.
Audrey dan Vera mengangguk, membenarkan ucapan Bella tersebut. Di saat sudah mulai larut dengan kegiatan masing-masing, seisi kelas terinterupsi oleh suara nyaring nan heboh yang memasuki kelas.
"HALLO GOOD MORNING, GUYS!" Gadis itu⸺Felicia⸺berseru heboh bak toa, membuat seisi kelas menatapnya dengan tajam.
"Berisik lo, Toa Masjid," komentar Daniel, sang ketua kelas yang merasa terganggu dengan teriakan Felicia.
Sontak saja Feicia memicing tak suka ke arah Daniel. "SIRIK AJA LO, KUDANIL!" teriak Felicia dengan nada ketus. Setelahnya, dia langsung duduk di kursi kosong sebelah Bella.
Bel masuk yang telah berbunyi sontak menghentikan perdebatan antara Felicia dan Daniel, sang ketua kelas. Beberapa murid pun mulai memasuki kelas, disusul oleh Bu Indah, guru mata pelajaran matematika yang siap memulai kegiatan belajar mengajar.
***
TBC
Next? Minimal kalian komen di setiap paragraf. Jangan lupa untuk vote juga!
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA] #Gen1 Audrey Olivia Vernanda, gadis cantik dan lugu harus dijodohkan ketika berusia delapan belas tahun karena wasiat almarhum kakeknya. Audrey tidak menduga bahwa dirinya akan menikah di usia belia da...