CHAPTER 03

216K 14.6K 397
                                    

WAJIB KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.

Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Audrey sudah rapi dengan gaun hitam yang melekat di tubuhnya. Dengan polesan make up natural, wajahnya tampak semakin cantik. Dia pun segera bergegas turun menemui kedua orang tuanya.

Di meja makan, terlihat kedua orang tuanya yang sangat asyik berbincang dengan sepasang suami istri. Audrey yang tidak mengenal mereka pun hanya mengernyit heran. Tapi tak ayal dia tetap bergegas menuruni tangga untuk menghampiri mereka.

"Kamu Audrey, ya? Ternyata lebih cantik daripada di foto." Seorang wanita paruh baya seumuran bundanya, menyambut Audrey dengan pujian. Sehingga membuat Audrey tersenyum malu.

"Makasih, Tante," ucap Audrey dengan sopan.

"Nama saya Nada, panggil saya Mama," ungkap Nada.

Meskipun sedikit bingung dengan ucapan Nada, tapi Audrey tetap mengangguki permintaan wanita tersebut.

"Ayo duduk dulu," ajak Wisnu mempersilakan.

Setelah semua duduk, mereka lantas berbincang-bincang santai. Sementara Audrey hanya mendengarkan, tanpa berminat menyahut atau berkomentar.

"Anak kamu kemana, Jeng?" Amanda menatap ke arah Nada.

"Katanya macet di jalan, sebentar lagi sampai," jawab Nada.

Amanda pun mengangguk kemudian kembali pada perbincangan mereka. Tak berselang lama, suara langkah kaki terdengar mendekat dan menginterupsi mereka, kecuali Audrey. Tampak seorang asisten rumah tangga yang diikuti seorang laki-laki muda dengan jas kerjanya.

"Nah, itu dia orangnya dateng," ucap Andreas⸺suami Nada⸺tampak lega.

"Permisi, Tuan. Tuan Muda Wijaya telah datang," ucap salah satu asisten rumah tangga di rumah itu.

Audrey yang merasa penasaran pun mendongak. Dia membulatkan matanya saat mendapati Alvaro yang duduk di kursi seberang. Untuk apa dia kemari?

Menyadari tatapan Audrey, Alvaro balas menatap gadis dengan tajam dan sulit diartikan. Audrey hanya bisa menunduk karena gugup.

"Maaf, Ma, Pa tadi di jalan macet banget." Alvaro menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

"Kamu tuh harusnya minta maafnya ke keluarga Vernanda, dong," sahut Nada.

Dengan rasa bersalah, Alvaro lantas menatap ke arah Wisnu dan Nada.
"Om, Tante, maaf ya nunggu lama," ujar Alvaro yang merasa tidak enak kepada Wisnu dan Amanda.

Wisnu dan Amanda saling menatap kemudian tersenyum maklum ke arah Alvaro.

"Iya, nggak pa-pa, kok," tutur Wisnu kemudian mengedarkan pandangan. "Mari makan dulu."

Suara denting sendok dan garpu mulai memenuhi ruangan, diiringi obrolan para orang tua yang bercerita tentang masa SMA mereka dulu. Sedangkan Audrey dan Alvaro hanya menyimak, sambil sesekali tanpa disadari mereka saling curi pandang.

"Audrey, Alvaro, kalian akan kami jodohkan," ucap Wisnu, tegas dan tiba-tiba.

Audrey yang sedari tadi menunduk lantas mendongak dengan kedua mata yang terbelalak. Dijodohkan? Bahkan masa SMA-nya belum usai. Lagi, Alvaro sangat terkenal di sekolahnya. Audrey melirik ke arah laki-laki yang masih tetap datar itu.

Apa dia tidak kaget?

"Tapi, Yah ... Audrey, kan, masih masih SMA!" protes Audrey, saat melihat tidak ada sanggahan sedikit pun dari Alvaro.

"Maaf, Sayang, Ayah tidak menerima penolakan karena ini wasiat almarhum kakek kamu," jelas Wisnu dengan suara tegas.

Audrey yang tadinya hendak kembali protes pun urung saat melihat tatapan tajam Wisnu yang seakan benar-benar tidak ingin dibantah.

Gadis itu hanya mengembuskan napas pasrah, mencoba menerima hal tersebut meskipun hatinya terus menolak, tapi dia bisa apa? Barangkali, ini memang takdirnya.

Tatapan Wisnu beralih pada Alvaro yang sedari tampak tenang. "Kamu setuju dengan perjodohan ini, Alvaro?"

Tanpa menanti detik lain, Alvaro lantas mengangguk. "Saya setuju, Om."

Mendengar ucapan Alvaro, lagi-lagi Audrey terkejut. Dia menatap Alvaro dengan tatapan tak percaya. Namun, yang ditatap masih berekspresi sama seperti detik sebelumnya.

Keempat orang tua itu tampak tersenyum lega. Amanda dan Nada bahkan tampak semringah, tidak mampu menyembunyikan kebahagiaan.

"Kalau begitu, dua minggu lagi pernikahan kalian akan dilaksanakan, semuanya akan kami atur," putus Andreas.

Audrey mendengkus lirih. Bahkan dia tidak bisa sedikit pun untuk menyela, semua sudah begitu terencana. Dan lagi-lagi gadis itu hanya bisa pasrah.

"Om, Tante, saya izin mau ngobrol sama Audrey, boleh?" ungkap Alvaro tiba-tiba.

Amanda dan Wisnu mengangguk, pertanda memperbolehkan. Tanpa aba-aba, dia menarik tangan Audrey. Melihat tindakan Alvaro, Audrey sedikit terkejut. Namun, sebisa mungkin gadis itu menetralkan air mukanya.

Alvaro mengajak Audrey duduk di teras. Air mancur dihalaman, kini menjadi pusat tatapan Audrey untuk menghindari tatapan Alvaro.

Alvaro menatap Audrey intens. "Kamu yakin menerima perjodohan ini?" tanya Alvaro memulai pembicaraan.

Mendapat tatapan seperti itu, sontak Audrey menunduk. "Mm ... saya yakin karena ini wasiat almarhum kakek saya," jawabnya berusaha untuk tidak gugup.

"Saya mau ... kamu serius menjalani perjodohan ini begitu pun dengan saya, saya hanya ingin menikah sekali seumur hidup," tutur Alvaro dengan tegas, dan Audrey pun hanya menganggukkan kepalanya.

Mereka kemudian kembali masuk ke dalam. Audrey berjalan di belakang Alvaro dengan pikiran yang bercabang.

Kini, acara makan malam pun telah selesai, keluarga Wijaya telah pulang. Setelah membantu Amanda membereskan piring-piring kotor, Audrey melangkahkan kakinya memasuki kamar.

Tentu saja Audrey berat menerima perjodohan ini, tapi mau tidak mau dia harus menerimanya demi wasiat almarhum kakeknya.

***

TBC

jangan lupa untuk vote dan coment. follow juga Instagram @aniiintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_

MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang