WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.
"Audrey!"
Alvaro membulatkan mata saat melihat Audrey tertembak karena menyelamatkannya. Darah mulai merembes di balik seragam yang dikenakan gadis itu. Diselimuti rasa panik, Alvaro segera melepaskan kemeja yang dia pakai, lalu mengikatnya di pinggang Audrey agar menutupi perut sang istri.
Usai menembak Audrey, Clara langsung melarikan diri dan dikejar oleh Raka. Kedua teman Clara diamankan oleh Bima. Sedangkan Surya menelepon ambulans agar datang ke sekolah karena Audrey harus segera dilarikan ke rumah sakit. Surya juga menelepon kantor polisi untuk menindaklanjuti kasus ini.
"Bertahan, Sayang, jangan tutup mata kamu," pinta Alvaro yang kini menyangga tubuh Audrey
.
Di sisa-sisa kesadarannya, Audrey hanya terdiam sesekali merintih lirih. Dia ingin berbicara, tapi kekuatannya melemah untuk sekadar mengeluarkan suara. Merasa sudah tidak kuat, perlahan gadis itu terpejam dan ditelan kegelapan, membuat Alvaro yang mendekapnya berseru histeris.Lima belas menit kemudian Ambulans datang, Alvaro segera membopong tubuh Audrey memasuki ambulans tersebut, diikuti teman-temannya.
"Cepat jalankan mobilnya!" teriak Alvaro dengan kalap.
***
Hampir setengah jam dokter memeriksa kondisi Audrey. Alvaro, teman-temannya, dan para sahabat Audrey yang duduk di ruang tunggu tampak cemas memikirkan kondisi gadis itu.
Ketujuh orang itu kompak mendongak kala pintu ruangan terbuka dan menampilkan seorang suster. Mereka menatap suster itu dengan penuh harapan.
"Maaf, Pak, pasien harus dioperasi. Luka tembakannya cukup parah," ucap suster itu pada Alvaro.
Setelahnya, suster dan beberapa tenaga medis lainnya membawa Audrey ke ruang operasi. Melihatnya, Alvaro merasakan sesak. Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya di tembok, hingga perlahan luruh ke lantai. Dia merutuki kebodohannya yang tidak bisa menjaga Audrey. Sementara para sahabat Audrey yang duduk di kursi, mulai menangis sesenggukan.
"Pake." Sebuah kemeja terulur di depan wajah Alvaro. Alvaro kemudian mendongak dan mendapati Surya yang menyerahkan kemeja itu dengan wajah datar. Lantaran kemejanya dia gunakan untuk mengikat pinggang Audrey, Alvaro saat ini dalam kondisi tidak memakai baju atau shirtless. Hal itu membuat banyak wanita yang menatap kagum pada tubuh laki-laki tersebut.
Bima kemudian membungkukkan badan di hadapan Alvaro yang berjongkok. "Lo harus telepon orang tua dan mertua lo."
Di saat itulah Alvaro baru tersadar bahwa dia belum sempat menghubungi orang tua dan mertuanya. Buru-buru dia mengambil ponsel yang ada di saku celana, lalu menelepon sang papa dan menceritakan semua kejadian yang menimpa Audrey.
***
Saat ini keluarga Alvaro dan Audrey, termasuk Sean tiba di rumah sakit. Mereka langsung berangkat usai ditelepon oleh Alvaro.
"Audrey masih dioperasi?" tanya Andreas, Papa Alvaro.
Alvaro menjawabnya dengan anggukan lemah.
Nada kemudian berdiri di samping Alvaro sembari mengelus punggungnya, berupaya memberi kekuatan untuk sang putra.
"Sabar ya, Sayang, Audrey pasti sembuh," ucapnya dengan lembut.
Berbeda dengan Nada yang lebih tenang, Amanda⸺bunda Audrey⸺menangis sesengukan semenjak mengetahui apa yang terjadi pada putrinya.
Dengan penuh perhatian, Wisnu selaku suaminya menenangkan Amanda dengan pelukan.
Tak lama berselang, seorang dokter keluar dari ruangan operasi. Sontak, Alvaro dan keluarganya menghampiri dokter tersebut.
"Dengan keluarga Audrey?" tanya sang dokter.
"Saya suaminya." Alvaro melangkah ke hadapan dokter itu.
Untuk sesaat, dokter tersebut tampak terkejut mendengar ucapan Alvaro. Bagaimana bisa anak SMA sudah memiliki suami? Kira-kira seperti itulah yang ada di pikiran sang dokter saat ini.
"Mereka saya jodohkan," terang Andreas seakan tahu apa yang ada dipikiran Dokter itu.
Laki-laki paruh baya itu lantas mengangguk. "Operasi berjalan lancar. Untungnya, pasien cepat dibawa ke rumah sakit, bila terlambat bisa mengakibatkan kesalahan yang fatal. Saat ini, pasien belum sadarkan diri dan telah kami pindahkan ke ruang inap. Pasien boleh dijenguk, tapi hanya satu orang terlebih dulu," jelasnya.
"Makasih, Dokter," ucap Alvaro, dengan sedikit lega.
Setelah mendapatkan informasi dari dokter, mereka berjalan ke arah ruang inap Audrey. Dari kaca terlihat Audrey yang terbaring rapuh di atas ranjang, dengan selang infus di tangannya.
"Alvaro masuk dulu," pamit Alvaro, lalu masuk ke dalam ruang inap Audrey.
Alvaro duduk di kursi sembari menatap sendu ke arah Audrey yang terbaring lemah di hadapannya. Dia menggenggam tangan Audrey, kemudian menaruhnya di pipi.
"Cepet sembuh, Sayang ...," lirih Alvaro seraya mengecup punggung tangan Audrey.
Tangan Alvaro yang lain mengelus lembut pipi sang istri. Rasa sesak kian menghimpitnya kala melihat wajah pucat gadis itu. Seharusnya dia lebih bisa memastikan keamanan Audrey, tapi justru malah gadis itu yang menyelamatkannya dari tembakan.
Lamunan Alvaro terbuyar kala dia merasakan tepukan ringan di bahu. Alvaro mendongkak dan menemukan sang papa dengan tatapan hangatnya.
"Kamu pulang aja, istirahatkan tubuhmu, Nak," saran Andreas.
Alvaro menggeleng, tatapannya masih terpaku pada Audrey. "Alvaro di sini aja jaga Audrey."
"Seenggaknya, kamu makan dulu, ini Mama udah beli makanan buat kamu." Nada menyodorkan sebuah plastik berisikan makanan.
Alvaro menghela napas, lalu mengikuti ucapan Nada yang menyuruhnya makan. Sebenarnya, dia tidak nafsu untuk makan, tapi laki-laki itu juga tidak ingin membuat ibunya bersedih. Lagi pula, bila dia sakit, siapa yang akan menjaga Audrey?
***TBC
jangan lupa untuk vote dan komen. follow juga Instagram @aniintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA] #Gen1 Audrey Olivia Vernanda, gadis cantik dan lugu harus dijodohkan ketika berusia delapan belas tahun karena wasiat almarhum kakeknya. Audrey tidak menduga bahwa dirinya akan menikah di usia belia da...