CHAPTER 14

155K 10.4K 231
                                    

WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.

Alvaro terbangun dan tersadar bahwa Audrey sudah tidak ada di sampingnya. Mungkin dia sudah bangun, begitulah pikir Alvaro.

Namun, dahi Alvaro kontan berkerut saat dia menemukan sebuah nampan berisikan nasi goreng telur mata sapi serta air putih. Laki-laki itu lantas mencabut sticky notes yang tertera di sana, lalu membacanya.

Audrey sudah siapkan nasi goreng, dimakan, ya:)
Audrey mau joging dulu.
-Audrey.

Diam-diam sudut bibir Alvaro terangkat, membentuk lengkungan sempurna. Ada rasa hangat yang menjalar kala dia mendapatkan perhatian kecil dari Audrey.
Laki-laki itu memilih mandi terlebih dulu sebelum kemudian menyantap masakan Audrey.

"Enak ...," gumam Alvaro, di sela kunyahannya.

***

Audrey yang kelelahan joging, duduk di kursi taman sambil meminum air putih yang dia bawa dari rumah. Taman dekat kompleks Alvaro ini sangat ramai, banyak orang beraktivitas seperti joging, anak-anak yang bermain bola, dan masih banyak lagi.

Audrey yang sibuk memandangi sekitar, tersentak kaget saat seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya. Gadis itu lantas menoleh dan mendapati seorang laki-laki dengan muka babby face-nya yang tersenyum lebar⸺Bagas.

"Lo kenapa hobi banget sih ngagetin gue!" cecar Audrey dengan kesal.
Bagas mengacungankan dua jarinya membentuk huruf 'V'. "Ya, sorry kalo gue ngagetin lo, ngapain lo di sini sendirian?" tanyanya, basa-basi.

"Menurut lo?"

"Joging ...."

"Udah tahu, nanya! Tauk ah, gue pulang dulu."

Audrey baru hendak melangkah kala tiba-tiba Bagas mencekal pergelangan tangannya, membuat gadis itu menatap kesal ke arah laki-laki tersebut.

"Gue anter, ya?"

"Nggak perlu, rumah gue deket."

"Tapi gue maksa, gimana, dong ...." Lagi-lagi Bagas memasang wajah memelas andalannya. Kalau sudah begini, Audrey jadi tidak tega untuk menolak.

Audrey mengembuskan napas pasrah. "Iya, ya udah. Ayo."

***

Setelah menempuh perjalan selama kurang lebih tujuh menit, kini motor Bagas berhenti di depan sebuah rumah bergaya klasik modern bercat putih. Audrey berniat untuk segera masuk ke rumah ketika tiba-tiba suara Bagas menginterupsi.

"Drey ...." Audrey sontak menoleh. Dia mendapati wajah serius dan binar ketulusan di mata Bagas. "Gue mau ngomong sama lo. "

Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana, Audrey sangat canggung mendapat tatapan sedemikian rupa dari Bagas.

"Ya udah ngomong aja." Sebisa mungkin Audrey menetralkan nada bicaranya.

Seolah membenarkan praduganya, tiba-tiba Bagas meraih kedua tangan Audrey kemudian menggenggamnya erat. Laki-laki dengan tatapan tulusnya itu menyelami sepasang manik mata Audrey. Membuat gadis tersebut sontak memalingkan wajah, menghindari tatapan Bagas.

"Sebenernya ... gue suka sama lo udah dari lama, tapi gue malu nyatain perasaan gue sama lo." Bagas terdengar menghela napas sejenak.

"Lo mau nggak jadi pacar gue, Drey?"

Mata Audrey sontak terpejam. Gadis itu mencoba merangkai kata-kata yang sekiranya tidak akan terlalu menyakiti hati Bagas.

Mendadak atmosfer di antara mereka terasa menegang. Audrey yang kehilangan kata-kata dan Bagas yang berdebar menanti jawaban Audrey.

"Gue ...."

"Jangan dekati Audrey!"

Tiba-tiba Alvaro datang dengan tatapan tajam dan wajah yang diliputi amarah. Bahkan secara refleks laki-laki itu menarik pergelangan tangan Audrey hingga gadis itu kewalahan.

Melihat hal itu, Bagas mengernyit bingung. Dia merasa ada sesuatu di antara Alvaro dan Audrey. Hal tersebut tampak dari kemarahan Alvaro.

***

Setibanya di kamar, Alvaro langsung menyudutkan tubuh Audrey di tembok. Mengurung tubuh mungil itu dalam kedua lengan kekarnya. Ditatapnya dengan tajam manik mata indah tersebut, hingga sang empunya ketakutan dan tertunduk.

"Kamu joging sama dia?" Suara dingin Alvaro benar-benar menusuk indra pendengaran Audrey.

Audrey menggeleng cepat. "Ng-nggak, Kak, tadi nggak sengaja ... ketemu di taman."

"Kamu ada hubungan apa sama dia?" tanya Alvaro, berusaha menahan emosi.

"Kami cuma teman," jawab Audrey gugup.

"Kamu tahu kenapa saya seperti ini?" tanya Alvaro yang dijawab gelengan kepala oleh Audrey, karena jujur dia juga bingung dengan sikap Alvaro yang membuatnya takut.

"Karena saya," Alvaro menjeda sejenak ucapannya, "cemburu."

Audrey yang mendengar itu membelalakkan matanya. Alvaro cemburu? Bagaimana laki-laki cuek dan dingin seperti dia bisa cemburu?

"Saya nggak suka kamu dekat dengan laki-laki lain, kamu itu cuma punya saya ... " Setelah mengatakan itu, Alvaro menarik pinggang Audrey membuat si empunya terkejut.

Perlahan, Alvaro memajukan wajahnya, lalu mencium Audrey. Ia memejamkan matanya dan mulai melumat bibir Audrey dengan lembut, sedangkan Audrey hanya diam saja sangking terkejutnya.

Alvaro memegang tengkuk leher Audrey dan memperdalam ciumannya. Karena kesal Audrey tidak membalas ciumannya, Alvaro mengigit bibir Audrey dan refleks Audrey membuka mulutnya. Tidak ingin menghilangkan kesempatan, lidah Alvaro mengabsen seluruh gigi Audrey.

Audrey yang kehabisan nafas langsung memukul dada Alvaro. Dengan terpaksa, Alvaro melepaskan tautan bibir keduanya.

"Manis," ucap Alvaro seraya mengusap bibir Audrey yang membengkak karena ulahnya.

Audrey terdiam. Bibirnya benar-benar terasa kebas karena ulah suaminya.

"Jangan pernah dekat dengan lelaki manapun kecuali saya, Ayah dan Papa. Bila itu terjadi, saya akan kasih kamu hukuman," tegas Alvaro.

"Tapi, Kak-" Sebelum menyelesaikan ucapannya, Alvaro menyela terlebih dahulu.

"Tidak ada bantahan!" Audrey yang mendengarnya pun hanya dapat menganggukkan kepalanya.

Alvaro pergi keluar kamar membuat Audrey bernafas lega. Tidak dipungkiri bahwa saat ini jantungnya tengah berdegup kencang, dia masih tidak menyangka Alvaro tadi menciumnya.

***

TBC

jangan lupa untuk vote dan komen. follow juga Instagram @aniintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_

MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang