WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.
Sudah dua jam berlalu. Namun, sampai saat ini mereka belum menemukan tanda-tanda keberadaan Audrey sekalipun telah menyusuri hutan. Bahkan teman-teman Audrey telah kelelahan. Tentu saja tidak dengan Alvaro, laki-laki itu terlalu cemas pada Audrey untuk sekadar merasakan lelah.
"Istirahat bentar, gue capek banget," pinta Raka sembari menghentikan langkah, kemudian duduk di atas sebuah batang pohon mati yang tumbang.
Tindakan Raka itu diikuti Bima yang memang sudah lelah dan haus. Jadi, untuk mengurangi rasa lelah yang bisa dilakukan hanya beristirahat.
Alvaro pun turut menghentikan langkah. Ditatapnya satu per satu temannya dan Audrey yang sudah terengah-engah itu.
"Kalian istirahat aja dulu, biar gue lanjutin pencarian sendiri. Jaga temen-temen Audrey," putus Alvaro, lalu kembali melangkahkan kaki untuk melakukan pencarian.
Melihat hal itu, Bima sontak bangkit berdiri. "Alvaro, gila ya lo! Balik, Woi!" teriaknya, hendak mengejar mengejar Alvaro. Namun, tiba-tiba gerakannya ditahan oleh Surya.
"Biarin, dia bisa sendiri," ucap Surya datar.
***
Sementara itu, Alvaro terus mencari Audrey dan meneriakkan nama gadis itu berkali-kali dengan frustrasi. Ia benar-benar takut bila terjadi sesuatu pada gadisnya. Bahkan dia tidak merasa lelah sedikit pun, saking khawatirnya. Dia terus menyelusuri hutan tanpa henti.
"Di mana kamu, Sayang," lirih Alvaro, merasa putus asa.
Sementara itu, tak jauh dari keberadaan Alvaro, Audrey terduduk lemah di bawah sebuah pohon. Gadis itu menyerah karena tidak menemukan jalan keluar dari hutan.
Kakinya sangat pegal sekali, dia tidak sanggup berjalan. Ditambah lagi, ponselnya mati karena kehabisan baterai. Audrey hanya bisa melihat berkat cahaya rembulan yang temaram.
"To-tolong ...." Audrey terisak hebat seraya membenamkan kepala di pangkuannya. Dia sangat takut dengan kegelapan.
"Audrey!" Mendengar teriakan itu, sontak kepala Audrey terdongak, matanya yang sayu kian berbinar bagai menemukan oase di padang pasir.
"Kak Alvaro ...." Dengan sisa tenaganya, Audrey membalas seruan Alvaro, berharap laki-laki itu mendengar dan segera menemukannya.
Berselang beberapa menit, Alvaro datang. Laki-laki itu bersimpuh di depan Audrey, kemudian memeluk gadisnya dengan erat. Audrey membalas pelukan tersebut dan menumpahkan tangis dalam dada bidang Alvaro.
"Ta-takut, Kak ...." Audrey bergumam di sela isakan tangisnya.
"Jangan takut, ada saya." Alvaro menyematkan kecupan sayang di puncak kepala Audrey sembari mengusap-usap punggung gadis itu.
Untuk beberapa saat, Alvaro membiarkan Audrey meluapkan tangisnya. Baru setelah tangis gadis itu mereda, dia kembali bersuara.
"Ayo balik ke tenda, yang lain udah nunggu," ajak Alvaro sembari mengusap bekas air mata Audrey.
Namun, gerakannya Alvaro selanjutnya membuat Audrey mengernyit bingung. Bagaimana tidak, laki-laki itu tiba-tiba berjongkok di depan Audrey, seperti beberapa waktu lalu."Kak Alvaro ngapain?" tanya Audrey dengan gugup.
"Naik ke punggung saya, pasti kamu kelelahan," titah Alvaro yang berbicara membelakangi Audrey.
"Jalan aja, nanti Kak Alvaro capek kalo gendong aku," tolak Audrey dengan lembut. Dia tahu bahwa Alvaro sangat kelelahan karena mencarinya.
Nyali Audrey mendadak ciut saat Alvaro tiba-tiba menoleh, lalu menatapnya tajam. "Naik, atau saya tinggal?"
Audrey pun pasrah, dia langsung naik ke punggung Alvaro secara hati-hati. Setelah memastikan Audrey dalam posisi yang benar, Alvaro mulai melangkahkan kaki untuk menghampiri teman-temannya di tempat yang tadi dia tinggalkan. Dan benar saja, mereka masih di sana. Melihat kedatangan Alvaro yang menggendong Audrey, keenam orang itu bernapas lega.
"Audrey!" Ketiga teman Audrey menyambutnya dengan penuh haru.
"Lo baik-baik aja, kan, Drey?" tanya Vera mewakili teman-temannya.
Audrey tersenyum, meyakinkan. "Gue nggak pa-pa, kok. Maaf, ya, bikin kalian khawatir."
Mereka balas tersenyum. Bagi mereka, melihat Audrey kembali dalam keadaan selamat, sudah cukup melegakan.
"Ayo balik ke tenda." Suara Alvaro menginterupsi. Laki-laki itu berjalan mendahului teman-temannya agar lekas sampai tenda.
Butuh waktu sekitar setengah jam untuk mereka sampai ke bumi perkemahan. Alvaro membawa Audrey masuk ke dalam tenda, sementara yang lainnya menunggu di luar. Memberikan waktu kepada Alvaro dan Audrey. Walaupun begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa teman seregu Audrey⸺selain Vera, Bella, dan Felicia⸺merasa penasaran dengan hubungan antara Audrey dan Alvaro. Begitu pun dengan yang lain.
Di dalam tenda, Alvaro menurunkan dan mendudukkan tubuh Audrey dengan hati-hati.
"Maaf buat Kak Alvaro khawatir," lirih Audrey seraya menundukkan kepala.
"Saya bersyukur kamu selamat," ujar Alvaro datar.
Beberapa saat kemudian, Bu Yati datang membawa teh hangat untuk muridnya itu.
"Gimana keadaan kamu, Drey? Ada yang sakit, nggak?" tanya Bu Yati dengan khawatir.
Audrey menggeleng, lantas tersenyum. "Nggak ada, Bu, cuma kelelahan aja."
"Ini diminum dulu." Bu Yati menyodorkan segelas teh hangat ke arah Audrey.
Audrey menerimanya sambil berucap, "Terima kasih, Bu ...."
Dengan hati-hati, Audrey menyesap teh hangat itu sedikit, kemudian kembali menyerahkannya pada Bu Yati."Ya sudah, kamu istirahat, ya," pinta Bu Yati yang kemudian melangkah ke luar tenda.
Sepeninggal Bu Yati, Alvaro memandang Audrey lekat. Menyelami bola mata dara cantik itu tanpa berkedip, sehingga membuat sang empunya risih.
"Tidur." Alvaro mendekatkan wajahnya, lalu meninggalkan kecupan di kening Audrey, sesaat sebelum dia pergi. Hal itu tentu berhasil membuat tubuh Audrey membeku, ditambah kini pipinya yang memerah bak kepiting rebus.
Setelah kepergian Alvaro, teman-teman Audrey berbondong-bondong memasuki tenda dan mengerumuni gadis itu.
"Gimana ceritanya lo bisa tersesat di hutan, Drey?" tanya Felicia penasaran.
"Besok aja ceritanya, Audrey harus istirahat," sela Bella disetujui oleh mereka.
Setelah melewati hari yang cukup melelahkan, Audrey memang perlu mengistirahatkan otak dan tubuhnya.
***
TBC
jangan lupa untuk vote dan komen. follow juga Instagram @aniintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]
Fiksi Remaja[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA] #Gen1 Audrey Olivia Vernanda, gadis cantik dan lugu harus dijodohkan ketika berusia delapan belas tahun karena wasiat almarhum kakeknya. Audrey tidak menduga bahwa dirinya akan menikah di usia belia da...