WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.
Tubuh Audrey menegang hebat kala terbangun dan mendapati Alvaro yang memeluknya erat. Ditambah lagi, laki-laki itu menenggelamkam kepala di ceruk lehernya.
Degup jantung Audrey semakin menggila kala merasakan embusan napas Alvaro menerpa lehernya, membuat sekujur tubuhnya meremang. Audrey bahkan tidak sanggup untuk sekadar bergerak. Padahal waktu telah menunjukkan pukul lima. Dia harus segera bangun untuk membuat sarapan dan pergi ke sekolah.
"Kak, bangun ...," pinta Audrey sedikit menggeliatkan tubuhnya. Berharap pelukan erat Alvaro di pinggangnya terlepas.
Alvaro terdengar melenguh sembari bergerak tidak nyaman. "Bentar lagi," gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur. Audrey sampai merinding dibuatnya.
Mau tidak mau Audrey harus mencubit tangan Alvaro hingga sang empunya meringis dan melepaskan pelukannya. Audrey menggunakan kesempatan itu untuk segera mandi.
***
Suasana mobil Alvaro yang hening membuat Audrey merasa canggung. Bagaimana tidak, dari apartemen hingga hampir sampai di sekolah, tidak ada percakapan berarti di antara mereka. Alvaro fokus menyetir dan Audrey hanya diam sembari sesekali menatap jalanan padat di luar jendela.
"Pulangnya nanti saya jemput." Alvaro berkata tanpa menatap Audrey. Tatapan datarnya hanya terfokus ke jalanan.
Audrey hanya mengangguk canggung. "Sampe halte aja, ya, Kak."
Alvaro hanya diam. Dia lantas menepikan mobilnya di halte, sesuai permintaan Audrey. Gadis itu memang tidak ingin hubungannya dengan Alvaro diketahui orang-orang di sekolah, kecuali teman-teman dekatnya.
Usai berpamitan pada Alvaro, Audrey langsung turun dan berjalan menuju gerbang sekolah. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat di hadapannya, membuat Audrey sontak terlonjak kaget.
"Bagas, lo ngagetin gue aja!" Audrey mengelus dada guna mengurangi rasa terkejutnya.
Laki-laki dengan muka babby face-nya itu hanya nyengir. Dia Bagas, teman satu angkatan Audrey yang sedari kelas X sudah menyimpan perasaannya pada gadis itu. Namun, baru gencar mendekati Audrey sejak kelas XII ini.
"Ya maaf, Neng, Abang mana tahu," cengir Bagas seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Tanpa menggubris Bagas, Audrey melangkah. Namun, gerakannya tertahan kala tiba-tiba Bagas mencekal pergelangan tangannya.
"Eits, Drey, lo bareng gue aja," ajak Bagas dengan memelas.Audrey menatap tangan Bagas yang mengenggam pergelangan tangannya. "Ngapain lo pegang-pegang tangan gue? Ntar yang ada tangan gue rabies," guraunya.
Bagas memberengut sebal. "Sembarangan lo kalo ngomong!"
"Bodo amat!"
"Udah bareng gue aja, bentar lagi masuk, lho."
Audrey melirik arlojinya yang hampir menunjukkan pukul 06.55, itu tandanya lima menit lagi bel masuk akan berbunyi.
Audrey menggela napas pasrah. "Ya udah deh, ayo!"
"Nah, gitu, dong!" Bagas mengacak rambut Audrey dengan gemas.
"Kemaren gue ngechat lo, kok, di read doang?" tanya Bagas.
"Masa, sih?" Audrey mengernyit heran, dia lantas mengecek ponselnya. Benar, memang ada pesan masuk dari Bagas.
"Maaf, mungkin kemaren gue sibuk, lupa bales tapi udah gue save, kok," balas Audrey.
Audrey lantas menaiki motor Bagas. Tak berselang lama, motor itu melaju memasuki gerbang sekolah.
"Drey, nanti pulangnya bareng gue aja, ya!" teriak Bagas, di balik helmnya.
"Nggak bisa, Gas! Gue udah dijemput sopir!" balas Audrey yang juga berteriak.
Diam-diam, Bagas mengembuskan napas kecewa. "Oh, ya udah ..."
Tanpa sepengetahuan mereka, Alvaro yang sedari tadi belum melajukan mobil dan masih berada di dekat halte, diam-diam mengamati interaksi keduanya. Laki-laki berwajah datar itu mengepalkan tangan, tidak suka jika Audrey dekat dengan laki-laki lain.
***
Suasana kantin SMA Nusantara tampak ramai dipadati para siswa-siswi. Wajar saja, karena bel istirahat baru berbunyi sekitar lima menit lalu.
Di antara lautan manusia di kantin, Audrey dan teman-temannya tampak duduk bersama di salah satu meja, tengah menunggu makanan yang baru saja mereka pesan.
"Eh, Drey, gimana pernikahan lo sama Pak Alvaro?" Pertanyaan menjadi topik pembuka percakapan mereka.
Audrey mengedikkan bahu. "Nggak gimana-gimana," jawabnya dengan santai.Vera mendengkus kesal. "Ish, bukan itu maksud gue. Maksud gue tuh, lo udah mulai ada perasaan sama dia, belum?" tanya Vera lagi, benar-benar merasa penasaran.
Audrey memutar kedua bola matanya malas. "Belum."
"Cinta tumbuh seiring berjalannya waktu, kok, Drey," celetuk Felicia sok bijak.
"Bucin lo!" ledek Bella seraya menyenggol bahu Felicia.
***
TBC
jangan lupa untuk vote dan komen. follow juga Instagram @aniintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]
Ficção Adolescente[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA] #Gen1 Audrey Olivia Vernanda, gadis cantik dan lugu harus dijodohkan ketika berusia delapan belas tahun karena wasiat almarhum kakeknya. Audrey tidak menduga bahwa dirinya akan menikah di usia belia da...