CHAPTER 35

131K 8.3K 160
                                    

WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.

"Eh, Alvaro, ngapain di pintu? Ayo masuk!"

Amanda yang datang dari arah dapur dengan membawa naman berisi makanan serta minuman, menatap Alvaro yang berekspresi datar.

Mau tak mau Alvaro mengangguk dan berjalan ke arah sofa, sesekali dia melirik jengkel pada Audrey yang memeluk erat laki-laki bernama Sean. Hatinya panas melihat hal itu.

"Lepas, lo meluknya kekencangan! Bisa-bisa mati sesek napas gue," gerutu Sean, membuat Audrey mengerucutkan bibirnya.

Dengan wajah cemberut, Audrey pun melepaskan pelukannya dan duduk di sebelah Sean. Laki-laki itu bahkan terkekeh geli saat Audrey bergelayut manja di lengannya.

Mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata tajam yang menatap keintiman keduanya dengan sorot cemburu. Alvaro geram karena Audrey seolah mengabaikan keberadaannya.

"Kamu tuh, Drey, udah ada suami tetep aja manjanya ke Sean," tegur Amanda yang menaruh cemilan dan minumannya di atas meja.

Mendengar perkataan Amanda, Audrey sontak melepaskan tangannya pada tangan Sean dan menundukkan kepalanya karena malu. Saking senang dengan kehadiran Sean, dia sampai lupa kalau Alvaro datang bersamanya.

Amanda terkekeh geli melihat perubahan sikap putrinya. Wajar saja, sedari dulu gadis itu memang lengket pada Sean. Setelah menyajikan minuman, wanita paruh baya itu berlalu.

Sedangkan Alvaro terus memperhatikan interaksi di antara Audrey dan Sean. Merasa terus ditatap oleh Alvaro, Sean lantas menoleh dan tersenyum pada laki-laki itu.

"Hai, Bro! Kenalin, nama gue Sean Dirgantara, sepupunya Audrey." Sean mengulurkan tangannya ke arah Alvaro.

Alvaro menatap dingin ke arah uluran tangan Sean itu, sebelum kemudian menjabatnya. "Alvaro, suami Audrey."

Setelahnya, suasana di ruangan itu hanya dilingkupi keheningan. Audrey yang tadinya banyak mengobrol dengan Sean kini hanya membisu.

"Hey, kok lo diem aja, sih, Drey? Tadi aja lo cerewet banget," cibir Sean seraya menatap heran kepada Audrey. Sejurus kemudian, Sean menyadari sesuatu. "Oh gue tahu, karena ada suami lo, ya ...."

Sean menaik-turunkan alis, bermaksud menggoda Audrey. Dan gadis itu membalasnya dengan tatapan tajam.

"Lo kok bisa di sini, sih?" tanya Audrey, mengalihkan pembicaraan.

"Gue ambil kuliah di sini, bosen di Amerika," jawab Sean dengan santai.

Dulu Sean memang kuliah di Amerika. Namun, sekarang dia pindah ke Indonesia dan mengambil jurusan kedokteran. Usia Sean dan Audrey hanya terpaut tiga tahun. Kalau Sean berada di Indonesia, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Mungkin hal itu yang membuat Audrey begitu lengket pada Sean.

Sean lantas menatap Alvaro. "Maaf ya, Bang, gue nggak bisa dateng ke pernikahan kalian, gue sibuk kuliah nggak bisa pulang," ujar Sean, merasa tidak enak.

Alvaro hanya menjawabnya dengan anggukan, kemudian bangkit berdiri. "Saya ke kamar dulu."

Alvaro menaiki tangga menuju kamar Audrey yang berada di lantai. Sedangkan Sean dan Audrey memandangnya sampai sosok itu menghilang ditelan dinding.

"Suami lo ganteng juga, nggak pantes buat lo yang cerewet," ledek Sean seraya menatap Audrey dengan raut wajahnya yang menyebalkan. Merasa kesal, Audrey meninju perut Sean. Hal itu membuat si empunya meringis kesakitan.

"Lo, kok, makin ngeselin sih?!" gerutu Audrey, sebal.

"Bodo amat, wle!" Sean menjulurkan lidah, dan semakin membuat Audrey jengkel. Gadis itu memukuli Sean menggunakan bantal sofa. Hingga akhirnya terjadilah perang bantal di antara mereka. Merasa lelah satu sama lain, keduanya sontak tertawa bersama. Menertawakan kekonyolan yang terjadi.

"Btw, lo tinggal di mana? Kan, orang tua lo tinggal di Bandung sekarang," tanya Audrey seraya meraih gelas berisi, lalu meminumnya.

"Tinggal di sini, dong." Mendengar hal itu, Audrey memekik senang.
Namun, sejurus kemudian, raut gadis itu berubah murung. "Sayangnya, gue udah punya suami, jadi bakalan jarang main sama lo lagi."

"Kan, lo bisa sering ke sini, nggak usah sedih." Sean mengacak ringan puncak kepala Audrey guna menghibur gadis itu. "Susul suami lo sana, gue rasa dia cemburu sama gue."

Audrey yang tersadar sikap posesif suaminya, langsung berlalu menuju kamar. Setibanya di depan kamar, dia membuka pintu bercat putih tersebut dengan hati-hati. Dilihatnya Alvaro sedang sibuk dengan ponsel yang dia genggam. Menyadari kedatangan Audrey, laki-laki itu menoleh sekilas, lalu kembali pada ponselnya.

Cemburu mode on, batin Audrey.

"K-kak Alvaro, mau makan?" Audrey berdiri gugup di hadapan Alvaro.
Alih-alih menjawab, Alvaro justru mematikan ponsel dan menaruhnya di atas nakas. Dia menatap Audrey dengan sorot mata tajam, membuat gadis itu menundukkan kepalanya.

Audrey tersentak kaget saat Alvaro menarik tangannya dan berakhir terduduk di pangkuan laki-laki itu. Dalam hati, Audrey mengumpati tindakan Alvaro yang membuat jantungnya berdegup kencang. Audrey sangat gugup saat Alvaro melingkarkan tangannya di pinggang. Ditambah, kepala laki-laki itu kini mengendus ceruk lehernya.

"Sudah saya bilang, jangan pernah berdekatan dengan lelaki lain!" tegas Alvaro dengan penuh penekanan.

"Ke-kenapa ... Kak?" Bulu kuduk Audrey meremang saat tiba-tiba Alvaro mengulum daun telinganya.

"Saya cemburu," bisik Alvaro dengan suara seraknya.

Audrey menghela napas berat, mungkin mulai sekarang dia harus terbiasa dengan sifat posesif Alvaro. Walaupun begitu, tak bisa dipungkiri kalau Audrey senang diperlakukan seperti itu. Dia serasa sangat dicintai.

"Kiss me!" titah Alvaro yang membuat Audrey membulatkan matanya. Spontan gadis itu menggelengkan kepalanya, tidak mau.

"Kiss me, atau saya hukum kamu." Embusan napas hangat Alvaro di telinga Audrey, membuat gadis itu tanpa sadar bergidik.

Audrey menghela napas pasrah. Dia tidak bisa menolak keinginan Alvaro, atau nantinya dia yang kena hukum.
Dengan posisi masih di pangkuan Alvaro, Audrey mulai memajukan wajah sembari menatap bibir tebal milik Alvaro. Audrey memiringkan kepalanya dan merasakan deru napas Alvaro beraroma mint yang menenangkan. Kini, hidung mereka bersentuhan.

Saat bibir mereka sudah hampir menempel, suara teriakan Amanda membuat Audrey menjauhkan kepalanya.

"Audrey, Alvaro! Ayo makan dulu!" teriak Amanda yang berada di lantai bawah.

Dengan gugup, Audrey berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kamar.

Sialan! Sedikit lagi, umpat Alvaro dalam hati.

***

TBC

jangan lupa untuk vote dan komen. follow juga Instagram @aniintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_

MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang