Cintah pertama Eris
Pirs lop ya.
Cinta pertama Eris mungkin tidak berakhir baik. Karena tidak direstui Orang tua sendiri, syedih.
Pada sore hari itu, Eris sedang berjalan-jalan sendiran karena duid udah abis dan endak bisa nimbrung di rentas PS sama teman-teman.
Saat Eris melintasi lapangan yang cukup besar, Eris melihat dia. Dia yang sedang berdiri di sisi lain lapangan. Dia berdiri dengan anggun, hempasan angin membuatnya semakin indah untuk di pandang.
“Cantique,” hanya itu yang terucapkan dari mulut Eris.
Dengan sigap Eris langsung berlari untuk menghampirinya.
Karena Eris tipe yang suka mengatakan secara langsung, Eris langsung ungkapkan perasaan Eris di hadapanya. Dia hanya membalasnya dengan sebuah senyuman manis.
Hati Eris langsung berbunga-bunga, jawabannya senyuman itu lebih dari cukup bagi Eris.
Eris dengan cekatan langsung merangkulnya dan berlari kearah rumah.
Eris pun sampai di depan rumah
“Ibuuuu,” teriak Eris saat melihat Ibunnya yang sedang keluar rumah.
Ibu Eris yang sedang menutup pintu menoleh kearah Eris, “Anakku akhirnya kau pulang. Tapi kenapa kau pulang terlambat anakku?”
“Bu, ada apa dengan cara bicara ibu?” Eris yang kebingungan mencoba bertanya kepada ibu Eris.
“Ah iya, ibu abis nonton ikelan marejan yang kerajaan-kerajaan itu, jadi kebawa-bawa,” jawab ibu Eris
“Owala, anaqmu endak peka. Baiq ayo ulang.”
“Mari.”
Eris menunduk hormat dalam-dalam.
“Ibunda, ananda datang menghadap. Ibunda, ananda memiliki sebuah permintaan.”
“Apa itu anakku?”
Aku mengangkat wajahku untung menatap Ibu Eris secara langsung.
“Tunangkan lah aku dengan dia. Dengan segala hormat Ibunda.”Eris pun menunjuk dia yang sejak dari lapangan Eris rangkul.
“Maaf anakku. Ibunda tidak bisa menerimanya?” Ibu Eris menggeleng pelan.
“Kenapa Ibunda? kenapa? Apakah ini karena Umur? Atau karena dia orang bawah?” tanya ku dengan sedikit menaikan suara.
“Bukan. Bukan itu anakku.”
Ibu Eris menarik nafasnya dalam-dalam.
“Ayahmu itu alergi bulu Kucing Eris. Apa kau lupa? Nanti dia bersin-bersin. Pulangin kucing itu sana, Ibu mao kewarung.” Ibu Eris pun pergi menjauh, berjalan kearah warung.
“Yahhh~”
Oce Tamat,
Salam Tamvan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLC WRITING CHALLENGE : APRIL (2)
NonfiksiDemi melanjutkan misi mengumpulkan 30 tema legendaris, FLC WRITING CHALLENGE : APRIL dilanjutkan di sini! Daripada mengisi karantina corona dengan hal gabut, mending ikut ngisi Daily Routine yuk bareng member FLC yang maso dan waras. Cover kali ini...