Bagian 5

90 7 0
                                    

BAGIAN 5

Tiga hari sejak kematian Yulia, di kantor tempatnya bekerja...

"Di, gue sholat dulu ye." Kata salah seorang security yang menjaga di pos kepada temannya yang sesama satpam itu.

"Jangan lama lu, Mad. Gue lapar nih." Sardi memegang perutnya. "Tuh lu denger kan bunyinya."

"Iya, tau. Lagian gue juga nggak mungkin lama. Serem gue soalnya."

Sardi ketawa kecil. "Almarhumah?"

"Hooh." Ahmad mengangguk. "Semalam aja pas gue lagi sholat kayak ada yang panggil."

"Ah, perasaan lu aja kali. Emang dasar elu aja yang penakut."

"Lu belum ngalamin sih." Ahmad beranjak. "Udah ya, sambung lagi nanti."

"Iye..." Sardi menyalakan sebatang Dji Sam Soe sambil geleng-geleng kepala. "Sholat gitu bisa digangguin. Aneh dengernya. Dia beneran sholat atau apa sih?"

Begitu tiba di dalam, Ahmad menggulung celananya untuk kemudian ke kamar mandi mengambil wudhu sebelum bersiap untuk sholat. Saat dia sedang mencuci kakinya, mendadak lampu kamar mandi berkedip.

Ahmad berhenti menyiram air untuk melihat ke arah lampu di atas kepalanya sekilas, lalu kembali melanjutkan mencuci kaki tangannya.

Lampu kembali berkedip. Kali ini dua kali.

"Waduh..." Ahmad segera menyudahi cucinya dan bersiap berjalan keluar kamar mandi. Di saat bersamaan ujung matanya menangkap sekebelatan bayangan di antara meja kantor. Suasana di dalam ruangan itu sengaja dibiarkan terang benderang sejak kematian Yulia.

"Apaan tuh barusan?" Terkesiap Ahmad menatap ke arah bayangan tadi lewat. "Kayak bayangan putih lewat..."

Menunggu sesaat namun tak ada apapun yang menyusul terjadi, Ahmad pun mengambil sarung yang diletakkannya di salah satu meja kantor. Tepat pada saat itu hidungnya mengendus sesuatu.

"Wangi bunga melati..." Gumamnya. Sedetik kemudian, dia mendengar suara itu.

CTIK! CTIK! CTIK!

"Hah?" Diarahkannya pandangannya ke arah suara itu berasal. Yang dilihatnya saat itu adalah layar komputer di meja yang biasa diduduki oleh Yulia semasa hidupnya tampak menyala.

"Aneh. Perasaan meja ini tak ada yang pakai setelah dia meninggal. Kok ini bisa monitornya menyala?"

Selang beberapa detik kemudian, Ahmad melihat laci meja tempat keyboard komputer diletakkan yang memang sudah didorong keluar itu, bergerak menutup sendiri seperti ada yang mendorongnya. Disusul suara beradunya kayu antara laci dengan ujung meja dan monitor pun mendadak gelap mati.

Belum sempat menyadari apa yang sedang terjadi, mendadak dia merasakan hembusan angin dingin yang mendadak bertiup di samping kirinya.

"Si Odi belum matiin AC ternyata. Kerjanya ngapain tau." Gumam Ahmad. Odi adalah office boy di kantor itu.

Sayup terdengar suara hembusan angina dan wangi melati semakin santer. "Sudah dimatikan AC nya, Pak...."

"HAHH!!" Mendengar dan mengenali suara itu, Ahmad menjadi semakin panik dan tanpa disadarinya, kakinya mulai gemetar. "Yu...Yu....Yul.....Yull...Tu...Tuyul...."

Ahmad memberanikan dirinya untuk kabur, namun anehnya kakinya tak mau bergerak. Pada saat bersamaan, di depannya mendadak muncul seraut wajah pucat yang melotot menatapnya.

DIFFERENT WORLD (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang