Bagian 2

120 6 2
                                    


BAGIAN 2

Seakan tak dapat mempercayai penglihatannya, Yulia mencoba menggelengkan kepalanya. Dia berharap dapat melihat perubahan dari yang dilihatnya sebelumnya.

"Itu... Be... Beneran Mas Arya..." Bibirnya bergetar dan matanya mulai berair. Tangannya yang sedang memegang nampan ikut bergetar. "Ya Allah..."

"Oh, disini kau rupanya." Terdengar sebuah suara menyadarkan lamunan Yulia. "Kupikir kau tidak ketemu meja kita atau cowok tadi..."

"Lho, kau kenapa?" Pemilik suara yang bukan lain adalah Nia itu terbengong melihat Yulia berdiri tak bergeming sambil memandang ke satu arah. Diikutinya pandangan mata Yulia.

"Astaghfirullah hal adzim." Kalimat Istighfar pun ikut meluncur dari Nia. "Itu bukannya..."

Dilihatnya temannya itu mengangguk pelan sambil menggigit bibir menahan tangis. Kedua tangannya yang masih memegang nampan semakin bergetar saat itu.

"Aku harus kesana." Ujar Yulia.

"Jangan." Nia bergerak cepat menahannya. Lengan Yulia dicekal erat olehnya. "Tahan dulu."

"Sini," Nampan yang dipegang Yulia diambil alih olehnya. "Ayo, kita duduk dulu. Tenangkan dirimu."

"Aku tidak bisa tenang, Nia." Suara Yulia terdengar mulai histeris. "Itu mereka..." Kedua tangannya bergerak menunjukkan gestur menahan amarah. Beberapa orang yang berada di dekat mereka menatapnya bingung.

"Aku tau, tapi kau belum makan." Kebetulan saat itu seorang petugas kebersihan foodcourt melintas di depan mereka. "Mas, boleh minta tolong bawakan ini ke meja nomor 7 di sana."

Nia menunjuk ke arah meja mereka berada. "Kami akan kesana segera. Terima kasih."

Saat petugas itu menjalankan permintaannya, Nia segera merangkul Pundak sahabatnya itu. "Tenangkan dirimu. Kita makan dulu sambil melihat sikon bagaimana."

"Tapi, Nia..."

"Sudah, percaya padaku." Rangkulan di pundak Yulia terasa menenangkan sehingga dia tidak ragu untuk melangkah. "Ayo."

Tanpa memperdulikan para pengunjung yang menatap mereka tanpa berkedip, bahkan beberapa di antara mereka berbisik mengomentari, Nia mengajak Yulia kembali ke meja mereka.

"Ayo, makan." Nia mengangkat mangkok bakso dari atas nampan, diikuti pesanan Yulia lainnya dan meletakkannya di depan rekannya itu. "Sambil kita perhatikan dari sini."

Dengan mata yang masih basah, Yulia menyentuh sedotan minuman dan menyeruput es teh pesanannya. Rasa sejuk yang mengalir turun ke tenggorokannya membuatnya merasa sedikit lega. "Terima kasih."

Menahan amarahnya, Yulia masih sempat meminta Nia untuk mengambil foto dari ponselnya untuk dipakainya sebagai bukti.

"Gimana, enak baksonya kan?" Nia yang baru kembali dari misinya itu mencoba mengalihkan perhatian Yulia yang duduk terdiam seribu bahasa. Ponsel Yulia yang berada di genggamannya dipegangnya erat. "Pedasnya kayaknya pas dengan seleramu deh. Tenang, yang kau mau sudah aku dapatkan disini."

"Aku sudah kenyang." Yulia mendorong mangkok bakso menjauh meskipun yang tersisa di dalam mangkuk masih terbilang banyak. "Mana kulihat?"

Nia mengembalikan ponsel milik temannya itu yang langsung saja dibuka untuk melihat foto hasil jepretannya sambil menggelengkan kepalanya. "Astaghfirullah..."

DIFFERENT WORLD (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang