Bagian 9

63 5 0
                                    


BAGIAN 9

Empat tahun kemudian...

Chandra merombak rumah kost miliknya menjadi rumah tinggal pribadi. Dia tidak lagi meneruskan usaha menyewakan kamarnya. Hal itu dikarenakan dia telah menikahi seorang gadis pujaan hatinya.

Selama empat tahun berlalu, Yulia masih menyisakan dendam semasa hidupnya. Namun dia tidak bisa mendekati Chandra seperti yang terjadi sebelumnya. Bosan menyakiti dirinya sendiri setiap saat mendekati pemuda itu, dia memilih untuk memendam amarahnya setiap kali bertemu Chandra. Ada rasa segan kepada pemuda itu.

Mbah Gading sudah bertahun-tahun pergi meninggalkannya. Yulia pun kini tidak lagi menempati lantai bawah seperti halnya Mbah Gading. Yulia memilih untuk pindah ke lantai atas dan menetap di teras belakang.

Alvin sendiri sudah tidak ada kabar beritanya sejak keluar dari kost. Tubuhnya semakin lama semakin kurus kering dan mulai sering muntah darah. Kabar terakhir yang diberitahukan kepada Chandra adalah dia ingin pulang ke rumah orang tuanya di Yogyakarta. Sejak itu Chandra tak lagi mendapat info tentang dirinya.

Hari pertama saat Chandra membawa istrinya masuk ke rumah itu, Yulia masih menampakkan wujudnya. Istrinya sempat melihat bagian belakang tubuhnya yang mengenakan pakaian panjang serba putih khas kuntilanak.

"Biarkan saja." Chandra berkata kepada istrinya. "Dia hanya ingin menunjukkan eksistensinya dan aku menjamin dia takkan berani mengganggu."

Yulia hanya bisa mencibir kesal saat Chandra mengucapkan kalimat itu kepada istrinya. Terlebih saat Chandra melirik ke tempatnya berdiri yang berjarak beberapa meter, Yulia merasa bergidik.

Bergidik bukan saja Yulia semakin segan kepadanya. Namun aura di badan Chandra semakin kuat seiring dengan berkembangnya kemampuan indigonya dibanding 4 tahun yang lalu.

Bahkan terkadang Chandra sering tersenyum sendiri menyadari hal ini. "Aneh. Seharusnya manusia yang bergidik melihat kuntilanak. Ini malah kuntilanak yang bergidik melihat manusia." Namun Yulia hanya bisa pasrah, geram dan segan kepada Chandra.

Kepasrahan dan keseganan Yulia semakin menjadi saat Chandra memasang altar di rumah barunya. Disana dia menempatkan beberapa Dewa, di antaranya Maha Dewa dan Buddha Chi Kung.

Sejak altar dinaikkan, Yulia merasa semakin terpojok. Hawa dupa yang setiap saat tidak pernah putus dibakar membuatnya mulai mual. Namun dia tidak mempunyai tempat lain lagi untuk ditinggali selain di rumah itu. Akhirnya Yulia pun memilih untuk menyesuaikan diri dengan suasana baru itu.

"Huh... Hidup ini membosankan. Sakit hati tapi tak tau mau balas kemana. Mau kerjain manusia, tapi dia yang lebih kuat. Mana aku tidak diterima di alam sana. Bosan."

Sore itu Yulia sedang berjongkok di teras belakang rumah saat sebuah kepretan yang cukup keras di atas kepalanya membuatnya berpaling.

"Hai, setan cilik, sedang merenungi nasib ya?" Tampak olehnya seorang lelaki berpakaian compang camping, tubuh bau keringat dan selalu tertawa sambil sesekali mengipas badannya dengan kipas yang dipegang di tangan kanannya. Sebuah bumbung arak terikat di pinggangnya dan tasbih berukuran besar menggelantung di lehernya. Kepalanya tertutup topi berbentuk aneh yang bertuliskan sebuah huruf Mandarin.

"Si...Siapa?" Yulia mengusap kepalanya yang terasa berdenyut setelah kepretan itu.

"Huahahahaha... Setan cilik. Kau beneran tidak tau, malas tau atau sengaja tak mau tau?" Lelaki kurus itu tertawa dan cengengesan lalu ikut berjongkok di depan Yulia.

DIFFERENT WORLD (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang