Pengakuan Perasaan

4.7K 481 145
                                    

berjumpa lagi kita, guys...

aduh judul part ini aduh... bikin aku mules-mules... hahahha... 🤗🤗🤗

jadi, aku tuh bingung tadi mau up siang atau malam, tapi setelah aku pikir-pikir, berita baik kan harus diberitahu secepat mungkin... hahahha... 😂😂😂

terutama, biar siang hari ini lebih panas... hahahha... cari kipas dulu ya sebelum baca... lebih bagus lagi tambah es teh 🤣🤣🤣

===========================================================================

Biasanya sih ada abang ojek, abang bakso, abang gorengan, eh sampai abang parkir. Kalau mendengar panggilan itu sama sekali tidak terdengar keren. Tapi, kok kalau Elena yang memanggilnya dengan panggilan abang terasa berbeda ya?

Seperti ada manis-manisnya gitu deh.

Kayak ada yang berdesir-desir juga sih.

Kan Abraham jadinya susah untuk tidak tersenyum.

Adudududuh, Gusti. Kok mendadak Elena keliatan imut gini sih?

"Well," lirih Abraham dengan suara parau. Astaga, ia merasa begitu norak hanya karena satu panggilan itu. "Jadi, kamu mau manggil saya Abang?"

Elena terdiam.

"Kenapa diam?" desak Abraham. "Kamu mau manggil saya Abang?"

Elena benar-benar tak berkutik saat ini. Astaga! Ia benar-benar merasa malu hingga titik terendah dalam hidupnya.

Memberanikan diri, Elena menggeleng.

"Terus yang tadi?" tanya Abraham.

Elena bingung harus menjawab apa.

Abraham melihat kedua tangan Elena yang masih menutupi mulutnya. "Kamu nggak bisa jawab pertanyaan saya kalau kamu nutup mulut kayak gitu."

Elena meringis. Ia benar-benar bagai domba yang terpojok oleh serigala buas.

Abraham mengulurkan tangannya. Meraih kedua tangan Elena dan menariknya turun perlahan.

Lalu, tatapannya teralih pada bibir Elena yang gadis itu gigit.

Ugh! Abraham menarik napas panjang.

Kan aku jadi pengen juga gigit-gigit.

Mengalihkan tatapannya, Abraham kembali berkata. "Jadi, gimana? Yang tadi itu apa?"

Elena benar-benar bingung harus menjawab apa.

"Masih tutup mulut, heh?" tanya Abraham mendekatkan wajahnya. "Atau kamu memang mau mulut kamu ditutup?"

Mata Elena membulat. Otaknya jelas cukup pintar untuk menangkap makna tersirat dari pertanyaan itu.

"Er---itu..."

Glek.

Elena tak mampu meneruskan kata-katanya. Ketika Abraham semakin memajukan wajahnya, seperti yang sudah-sudah, Elena mendadak kehilangan kemampuannya untuk berbicara.

Tapi, seolah ingin membuat tubuh Elena semakin gemetar, Abraham justru menjaga jarak antara wajah mereka. Ia menatap mata Elena.

Untuk beberapa saat, Abraham seolah sedang mengamati situasi. Mendapati kenyataan bahwa bagaimana pun bergetarnya tangan Elena di genggamannya, tapi fakta bahwa gadis itu tidak mencoba menarik diri membuat perasaan Abraham seolah terbang di atas awan.

"Claressa bilang," kata Abraham, "kamu suka saya."

"Eh?!"

Abraham tersenyum. "Melihat wajah kamu, sepertinya dia nggak bohong."

Daddysitter? [FIN] 🔞 - Seri 1 SingleparentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang