Perlahan Berubah

4.7K 502 120
                                    

yang nungguin part 38, cuuuung tangan 🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️

hahahahah... pas aku ngetik hari ini, aku iseng-iseng ngecek kan. ternyata cerita ini udah 209 halaman. ya salaaaam... padahal niat awalnya tuh cuma mau buat sekitar 150 halaman aja deh, makanya dari awal alurnya cepet. tapi, kok malah kebablasan sampe sejauh ini... 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

hiksss...

semoga aja kalian ga bosan yaaa... 🤗🤗🤗

nah, untuk kali ini, yang mau baca, vote dulu doooong... hahahha... dan tinggalkan komen kalian yaaaa... 😘😘😘

===========================================================================

Pak Ridwan mengambil posisi dan menatap para orang tua dan murid bergantian dengan tersenyum lebar.

"Terima kasih, Bapak Ibu sekalian, serta para siswa kami yang tercinta," katanya kemudian. "Kita sudah melalui acara ini dengan sukses dan penuh kesan. Dan sebelum acara ini saya tutup, saya akan memberikan hadiah untuk Juara Favorit tahun ini."

Bahkan sebelum Pak Ridwan menyelesaikan kata-katanya, Claressa dengan penuh percaya dirinya beranjak dari kursinya dan berjalan ke depan. Semua orang tertawa. Apalagi Abraham dan Elena. Keduanya terbahak. Ingin menarik Claressa pun percuma ketika gadis kecil itu mengacungkan lima medali perlombaannya kemaren.

"Ada yang tidak sabaran sepertinya," kata Pak Ridwan tergelak. "Baiklah, Juara Favorit kita tahun ini adalah Claressa Rhodes."

Claressa mendekat pada Pak Ridwan. Menyilakan kepala sekolahnya untuk mengalungkan medali Juara Favorit di lehernya. Tepuk tangan meriah membuat gadis kecil itu tersenyum lebar.

"Terima kasih, Pak."

Pak Ridwan mengusap kepala Claressa. Beberapa saat ia tertegun, bingung seraya menatap para guru bergantian, lalu pada Claressa lagi. "Ehm, Claressa sudah boleh duduk lagi kok."

Claressa menengadahkan kepalanya. "Aku nggak ngomong dulu, Pak?"

"Ngomong?"

Tangan Claressa menunjuk microphone Pak Ridwan. "Kalau di televisi, yang juara selalu ngomong, Pak."

"Hahahaha!"

Tak ada seorang pun yang tak tertawa. Claressa tetap menatap Pak Ridwan. "Nggak ya, Pak?"

Pak Ridwan berusaha menahan tawanya. "Ya boleh, boleh. Claressa mau ngomong apa?" tanya Pak Ridwan seraya menyerahkan microphone-nya pada gadis itu.

Claressa memegang microphone itu dengan kuat. Lalu menghadap pada semua orang. "Ehm, tadi aku mau ngomong apa ya, Len?"

"Hahahaha!"

Elena memeluk perutnya yang terasa begitu geli. Abraham di sebelahnya pun terbahak-bahak.

"Ah!" Claressa mengangguk-angguk. "Aku ingat."

"Hahahaha!"

"Tadi aku mau ngomong terima kasih ke Daddy," kata Claressa. "Tapi, nggak jadi."

"Eh? Hahahaha."

Abraham geleng-geleng kepala seraya tersenyum geli.

Pak Ridwan mendekat. "Kenapa nggak jadi?"

"Aku mau makasih sama Elena aja, Pak."

Elena menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan tak percaya pada Claressa, tertawa. Abraham bertepuk tangan di sebelahnya.

"Soalnya Elena baik banget sama aku, Pak," kata Claressa mengerjap-ngerjapkan matanya. "Makasih ya, Len."

Daddysitter? [FIN] 🔞 - Seri 1 SingleparentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang