Yang Dirasakan

4.5K 495 136
                                    

Selamat siang semuanya.... aduh..., baru selesai ngepel dapur eike cyiiiin... selesai langsung kepikiran buat update... pokoknya kejar tayang deh sebelum besok puasa... hahahaha... 😂😂😂

jadi, silakan vote dan komen sepuas hati kalian... hahahha... 🤗🤗🤗

happy reading guys... 😘😘😘

=========================================================================

Terburu-buru, Elena berlari meninggalkan ruang kerja Abraham menuju ke kamar Claressa. Jantungnya benar-benar mengancam akan copot bila ia memutuskan untuk tinggal lima menit lebih lama di ruangan itu.

Ketika ia sampai di kamar Claressa, ia segera menutup pintu dan bersandar sejenak di sana demi mendamaikan debar jantungnya.

Oh Tuhan.

Bapak Tirex benar-benar membahayakan kesehatan jantung aku.

Claressa yang duduk di meja belajarnya melihat Elena bingung. "Len? Kamu baik-baik aja?"

Elena tergugu. Kedua tangannya yang berada di depan dada masih bergetar, tapi ia mengangguk. "Iya, Non."

Dengan penuh kekuatan, Elena meneguk ludahnya dan berjalan dengan kaki yang bergoyang-goyang. Nyaris seperti agar-agar yang dimasak dengan terlalu banyak air.

Elena meraih kursi dan duduk di sebelah Claressa. Mungkin kalau pikirannya disibukkan dengan membantu Claressa mengerjakan tugas, pikiran kacaunya akan segera pulih lagi.

Claressa dengan tenang mengerjakan rumus-rumus di bukunya. Beberapa kali ia bertanya pada Elena dan pengasuhnya itu menjawab dengan cepat.

"Len," kata Claressa kemudian seraya menoleh pada Elena, "kalau soal nomor dua belas ini berarti aku ha---" Mata Claressa memicing.

"Kenapa, Non?"

Claressa tak meneruskan pertanyaannya. Melainkan menunjuk sesuatu menggunakan pensilnya. "Kamu habis digigit semut atau nyamuk, Len?" tanya Claressa. "Itu kenapa leher kamu merah gitu?"

Ya salam...

Yuk nyebur ke empang terdalam kita, Len.

Elena menutup lehernya. Jelas ia tahu di mana posisi merah yang ditunjuk Claressa.

"Kamu abis main di mana sampai digigit merah gitu?"

Main gigit-gigitan sama Bapak Nona di ruang kerjanya.

Elena merinding. "Ehm... mungkin tadi waktu beres-beres kamar, Non. Kan kamar saya dekat taman belakang. Mungkin nyamuk masuk lewat jendela."

Claressa memainkan mulutnya. "Pasti nyamuknya besar ya, Len? Merah banget soalnya."

Elena meringis. "Iya, Non. Besar banget."

"Udah kamu bunuh belum?"

"Rencananya sih gitu, tapi nggak sempat saya bunuh, Non."

"Oooh." Claressa manggut-manggut. "Sakit, Len?"

"Nggak juga sih, Non."

"Nanti dikasih salep aja, Len. Biar cepat sembuh."

Lagi-lagi ia meringis. Ini mah bukan dikasih salep, Non. Tapi, dikasih concealer.

Tapi, Elena mengangguk.

Dan ketika akhirnya Elena kembali ke kamarnya setelah Claressa tidur, gadis itu benar-benar menggeram mendapati cinderamata dari Abraham di lehernya.

Dasar!

Elena mengingatkan diri agar tidak lupa menutupi cap merah itu besok pagi, kalau tidak satu rumah pasti akan heboh. Yah, Claressa mungkin tidak tahu. Tapi, Bu Siti, Lola, Intan, Pak Restu, Doni, Pak Zulman, dan seluruh tukang taman? Mereka pasti tahu dengan jelas tanda apa itu.

Daddysitter? [FIN] 🔞 - Seri 1 SingleparentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang