[3]

4K 432 16
                                    

Selama bertahun-tahun, Seirin dan Rakuzan menjalin hubungan. Dua kerajaan yang kuat menjadi satu dan menjadi pemimpin dari seluruh kerajaan. Di sisi lain, selama bertahun-tahun itu pula, Kerajaan Touou tak ingin tunduk pada mereka. Sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Kaisar muda karena kematian dini ayahnya.

"Bukankah suatu kejadian langka? Keluarga Akashi datang kemari," lelaki berkulit gelap itu memandang datar seorang di hadapannya.

Ia duduk di kursinya dengan tatapan malas. Tangan menumpu pipi tirusnya sementara di hadapannya, seorang anggota keluarga pemimpin dari Rakuzan berdiri tegak.

"Aku tidak akan mengharapkan kau menyambutku dengan baik, tapi bisakah kau bertindak selayaknya pemimpin?" tanya lelaki berambut merah itu, Akashi Seijuro.

Tubuh Aomine Daiki sejetika menegak. Lelaki berkulit gelap itu berdiri dari duduknya. Melangkah menuruni tangga menuju ke hadapan Seijuro.

"Dengar, aku tidak peduli kalau kau adalah putra tunggal dari keluarga Akashi. Aku tidak peduli kesopanan di hadapanmu. Jadi jangan memintaku melakukan apa yang kau inginkan," ujar lelaki tinggi itu.

Sebenarnya, Daiki adalah pemimpin yang baik. Sejak usia sepuluh tahun, ia memimpin Touou dibantu oleh Kise Ryota sebagai penasihatnya setelah ayahnya dibunuh dalam tipu muslihat. Namun, Daiki bukanlah orang yang baik terhadap musuhnya.

"Katakan apa maumu dan pergilah. Aku tidak akan mengabulkannya," ujar Daiki.

Daiki berjalan melewati Seijuro. Tidak peduli dengan apa yang akan dikatakan lelaki merah itu.

"Apa kau tidak peduli jika aku menikah dengan putri dari Kuroko Hatora?" tanya Seijuro.

Daiki terdiam sejenak. Dia mengibaskan tangannya.

"Tidak pernah peduli. Kalian adalah persatuan dari Kerajaan Iblis," ujar Daiki.

Dalam lubuk hatinya, ia tahu bahwa Seijuro tidak akan menikahi putri Kuroko Hatora. Meski mengatakan demikian, tetap saja ia merasa resah.

"Sudah kuduga kau mengetahuinya," gumam Seijuro sebelum Daiki keluar dari ruangan.

Daiki menghentikan langkahnya. Dia memandang lurus pada punggung Seijuro.

"Bukankah akan lebih baik jika kau melepaskan Kuroko Aora?" tanya Seijuro kemudian berbalik memandang Daiki.

Daiki memandang Seijuro dengan tatapan merendahkan.

"Kau bahkan belum menjadi seorang Kaisar. Kuroko Tetsuya adalah orang yang terlalu baik untukmu," ucap Daiki.

Memang benar yang dikatakan Daiki, Seijuro belum menjadi seorang kaisar dan itulah kelemahan Seijuro. Dia tidak bisa melawan Daiki atau dia akan dijebloskan ke penjara tanpa pembelaan dari siapapun.

"Terimakasih kepada Rakuzan dan Seirin, aku tidak perlu repot-repot takut menghadapimu," ucap Daiki lagi.

Seijuro menggertakkan giginya. Kedua pasang mata itu bertemu. Dipenuhi rasa benci dan aura pekat pun memenuhi ruangan itu.

"Kalau kau merasa kasihan pada Tetsuya, lebih baik kau serahkan Aora," ujar Seijuro.

Daiki menghela nafasnya. Dia tersenyum tipis melihat kebodohan pangeran muda ini.

"Dibanding dengan Tetsu, aku lebih merasa kasihan padamu. Kau naif," ujar Daiki.

Dia tersenyum kecil mengingat seberapa kerasnya dulu ia mengejar lelaki manis itu. Tentu saja sebelum ia tahu bahwa Tetsuya adalah keturunan keluarga Kuroko.

"Apa maksudmu?" geram Seijuro.

"Kau tidak pernah menyukai gadis, kau hanya membutuhkan Aora untuk menjadikanmu Kaisar Rakuzan seutuhnya," ujar Daiki.

Dream [AkaKuro]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang