[10]

2.8K 321 38
                                    

Sinar matahari yang masuk membangunkan Tetsuya secara perlahan. Dia mengusak matanya yang masih ingin terpejam. Aroma lezat dari sepiring nasi berlaukkan bebek goreng serta sayur segar memasuki indra penciumannya. Jangan lupakan cake manis sebagai hidangan penutup kesukaan Tetsuya. Perlahan, kelopak matanya terbuka. Namun, ia tidak melirik makanan itu sedikit pun. Dia berdiri dari tempat tidurnya tanpa mengenakan atasan. Tubuh putihnya terhias luka cambuk berwarna merah dan itu sangat kontras karena kulitnya yang putih pucat.

"Kapan ya aku bisa bebas?" gumam Tetsuya.

Tetsuya membuka jendela yang menutupi pemandangan taman di desa. Dinding kokoh menjadi sebuah perbatasan dimana ia harus tetap tinggal. Lalu lalang para petani, nelayan, pedagang, dan bahkan para pengembara menjadi satu-satunya yang bisa membuatnya terhibur sekarang. Bukankah ini mengerikan? Berada dalam sebuah snagkar emas yang mewah namun bukan sebagai burung cantik yang apa adanya, tetapi sebagai burung yang dipoles dan seolah diberi make up untuk mempercantik dirinya.

"Bahkan rasanya, tersenyum sekarang pun seperti menantang maut," gumamnya lelah.

Tetsuya menguap. Dia menumpuk tangannya di tepi jendela. Menjadikan lengannya sebagai tumpuan dagunya. Dia nyaman dan merasa akan betah berada di tempat ini seharian penuh jika saja dia bukan orang yang harus menuruti orang lain. Tetsuya memakai kain untuk menutupi tubuhnya. Berjaga-jaga jika Seijuro masuk.

"Aku muak dengan semua ini! Aku bukan lagi anak yang kalian kenal! Aku ini pembunuh!"

"Tidak! Tetsu, Tetsu dengarkan! Dengarkan Ibu!"

"Nii-chan sudah cukup! Kau membuatku takut..."

Kilas balik yang begitu cepat berputar di kepala Tetsuya. Darah yang menggenang di rumput hijau. Paviliun yang menjadi gelap gulita. Dan dirinya yang hanya merasakan kehampaan dengan wajah dan tangan berlumuran darah. Kutukan itu nyata. Kutukan itu telah menjadi bagian dari hidup Tetsuya. Tetsuya memghela nafasnya. Bocah yang ceria itu sudah tidak lagi ada.

"Yang tersisa hanya Kuroko Tetsuya yang sekarang," gumam Tetsuya.

Tetsuya memainkan jarinya. Mengayun-ayunkannya lembut ketika seekor burung tiba-tiba hingga di jarinya.

"Bahkan burung pun tidak bisa menolak keindahanmu," Tetsuya tersentak mendengar suara itu.

Burung yang awalnya hingga segera terbang menjauh. Tetsuya berbalik dan mendapati Seijuro yang berdiri di hadapannya. Mengulurkan sebuah kain berwarna biru.

"Ah! Maafkan aku! Seharusnya aku sudah memakai pakaian yang lebih pantas," ucap Tetsuya malu.

Dia mengambil pakaian itu. Namun, ketika ia akan beranjak ke kamar mandi, Seijuro menahan tangannya.

"Itu pakaian laki-laki. Aku ingin kau memakaikannya untukku," ujar Seijuro.

Tetsuya tertegun.

"Apa...?" gumamnya.

"Aku akan menghadiri rapat penting hari ini. Menggantikan Ayahku. Aku tahu, memakai pakaian formal dengan punggung seperti itu hanya akan semakin menyakitimu," senyum Seijuro terlihat tulus.

Lama sekali Tetsuya tidak melihat senyuman itu. Tetsuya mengambil nafas dalam-dalam. Dia menampilkan wajah datarnya. Bagaimana pun perlakuan Seijuro, sebaik apa pun Seijuro, setampan apa pun Seijuro, dan siapa pun Seijuro, Tetsuya tidak akan pernah kembali menaruh hati pada seseorang.

"Baiklah. Sejak kapan kau di sini?" Tetsuya mulai melepaskan ikatan di pinggang Seijuro.

Seijuro hanya membiarkan. Toh sebentar lagi Tetsuya akan menjadi miliknya. Mainannya.

Dream [AkaKuro]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang