[17]

2.4K 280 22
                                    

Waktu bergulir dengan cepat. Ketika Tetsuya menyadarinya, ia dan Seijuro akan menikah besok. Tetsuya ingin sekali keluar dari sangkar emas ini. Hari-harinya ia habiskan sendirian dan hanya dikunjungi oleh Chihiro ketika waktunya makan. Seperti yang selalu Tetsuya lakukan, dia duduk dengan manis di tepi jendela. Tangannya menumpuk dan dagunya bertumpu pada tangannya. Malam ini, bulan pun seolah enggan menyinari bumi. Tetsuya rindu sekali dengan rumah. Nigou, Aora, Satsuki, ibunya, dan bahkan Taiga.

Sejak Seijuro membawanya kemari, Seijuro hanya mengunjunginya ketika ia membutuhkan pelampiasan. Seijuro memperkosanya terus menerus. Bahkan bila Tetsuya sedang tertidur pulas, ia akan memaksa Tetsuya untuk berdiri di kamar mandi selama berjam-jam melayani nafsu besar Seijuro. Hari ini, Seijuro belum mengunjunginya sekali pun.

Bukannya dia berharap Seijuro akan mengunjunginya, malah dia merasa senang Seijuro tidak mengunjunginya. Hanya saja, sebagai ganti Seijuro yang tidak mengunjunginya, dua pengawal pribadi Seijuro ditempatkan di depan pintu kamarnya. Seorang pelayan kepercayaan Seijuro beserta dengan Chihiro berada di kamarnya.

Meski begitu, rasa sepi tetaplah terasa. Ketika waktunya makan malam, Tetsuya hanya diam. Menyaksikan hujan yang turun membasahi dataran itu. Sepertinya, keinginan Tetsuya untuk tidak diganggu adalah suatu kemutlakan. Malaikat seolah melindunginya. Bahkan, Chihiro dan Reo tidak berani mendekat untuk meyakinkan Tetsuya. Seolah ada dinding tak kasat mata yang membuat mereka tidak dapat mendekati Tetsuya.

"Ah, sakit," gumam Tetsuya ketika merasakan nyeri di perutnya.

Tetsuya menepuk-nepuk lembut perut ratanya. Dia mengenakan kimono biru muda karena lukanya yang kian membaik. Reo menoleh memandang Chihiro yang hanya diabaikan oleh lelaki itu.

"Bukankah seharusnya kita memaksanya makan malam sekarang?" tanya Reo.

"Apa kau bahkan bisa mendekatinya?" balas Chihiro.

Tetsuya berbalik. Dia memandang kedua lelaki yang sedang berdebat itu.

"Sejak kapan kalian di sana?" tanya Tetsuya.

Seketika, Chihiro dan Reo menegakkan tubuhnya. Keduanya menegak ludah dengan kasar. Jadi, selama ini Tetsuya bahkan tidak menyadari kehadiran mereka?

"Apa makanannya sudah siap?" tanya Tetsuya.

Dia bukannya tidak ingin diganggu. Hanya saja, hari ini dia merasa semuanya menjadi satu dengan perasaannya. Sedih karena esok hari ia benar-benar akan dimiliki lelaki bejat itu.

"Tentu Tetsu-chan," jawab Reo.

Reo berdeham berusaha mencairkan suasana. Dia melirik Chihiro. Chihiro yang mengerti segera menyiapkan makanan Tetsuya di meja yang tersedia.

"Silahkan, Tetsuya-sama," ujar Chihiro.

Tetsuya mengangguk. Lebih baik dia berpura-pura menurut jika tidak ingin kembali dihantam oleh Seijuro. Tetsuya duduk dengan bertumpu pada lututnya. Ia mulai makan dengan tenang. Tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mereka.

"Apa kalian bisa menunjukkan area bertarung di sini?" tanya Tetsuya.

"Iya kami bisa, tapi apa yang ingin kau lakukan?" Reo mulai mengepang sedikit bagian dari rambut Tetsuya yang kian memanjang.

Entah mengapa, hanya dalam hitungan hari saja, rambut Tetsuya terlihat lebih panjang dan halus dari biasanya. Terlihat terawat, berkilau, dan seperti bersinar.

"Berlatih," jawab Tetsuya.

Chihiro yang Reo secara refleks terbatuk mendengar ucapan Tetsuya. Tetsuya memandang kedua orang itu kesal.

Dream [AkaKuro]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang