[6]

3.1K 364 21
                                    

Nigou duduk dengan manis di depan sebuah kedai yang sepi. Ekornya ia kibaskan menandakan betapa senangnya ia hari ini. Langit cerah dan pedagang yang mulai berlalu lalang membuka tokonya. Nelayan dengan jala dan kail pancing. Petani dengan rambut panjang mereka terikat dan cangkul di bahu mereka. Nigou berlari berputar di depan kedai itu mengejar ekornya. Dia terus menggonggong senang sementara dari dalam kedai, Tetsuya terkikik melihat kelakuan Nigou.

"Lucu sekali," ucap Tetsuya.

Lelaki di hadapan Tetsuya seketika menegang. Dia mengernyit jijik. Apa yang bisa dikatakan lucu dari segumpal bulu lembut yang menggelikan?! Ketika pesanan mereka datang, Tetsuya menarik tudungnya agar tak terlihat. Ini ide Taiga karena tidak percaya Tetsuya pernah meminum sake.

"Ini," Taiga menuangkan sake pada wadah sake Tetsuya.

"Dōmo," ujar Tetsuya.

Tetsuya mengangjat wadah itu. Ia memegangi lengan bajunya dengan sopan dan meminum sake itu. Itu terlihat manis di mata Taiga.

"Berapa banyak kau kuat minum?" tanya Taiga sambil meminum miliknya.

Tetsuya menggelengkan kepalanya.

"Aku hanya pernah minum sekali sebanyak ini. Setelah itu Ayah tidak pernah mengijinkanku lagi," ujar Tetsuya.

"Aku akan menarik ucapanku. Kau benar, kehidupanku jauh lebih baik dari kehidupanmu," ujar Taiga kemudian kembali menegak minumannya.

Tetsuya memberengut. Apa-apaan Taiga ini? Dia menyodorkan kembali wadahnya meminta diisi lagi. Taiga mengangkat sebelah alisnya.

"Aku tidak mau dibunuh karena ketahuan membuatmu mabuk," ujar Taiga.

"Tuangkan saja!" titah Tetsuya kesal.

Taiga mengedikkan bahunya. Dia menuangkan cairan beralkohol itu ke wadah Tetsuya. Tetsuya kembali meminumnya.

"Apa kau punya mimpi?" tanya Tetsuya setelah keheningan yang cukup lama menghampiri mereka.

Taiga menggaruk tengkuknya. Dia mendongak dengan badan yang sedikit ia turunkan ke belakang dan tangan menumpu tubuhnya.

"Setiap orang punya mimpi," ujar Taiga.

"Aku percaya itu Kagami-kun," ucap Tetsuya.

Tetsuya memandang para petani yang berjalan dengan senyuman di wajah mereka. Mereka berbincang satu sama lain tidak merasa adanya persaingan atau perebutan harta lahan.

"Salah satu dari orang-orang di dunia ini pasti ingin menjadi dirimu. Mimpi mereka begitu tinggi hingga pasti akan menjatuhkan mereka sendiri," ujar Taiga.

Tetsuya menatap Taiga. Baginya, Taiga adalah sosok kakak sekaligus sahabat yang selama ini ia cari. Sama seperti Daiki, Taiga memiliki kemampuan dan keterampilan menjadi seorang pemimpin, tapi nyatanya, Taiga tidak ingin melakukannya.

"Dan apa mimpimu?" tanya Tetsuya.

Taiga melirik ke anak-anak yang berjalan atau pun digendong oleh orangtuanya.

"Memiliki keluarga yang utuh," jawab Taiga.

Tetsuya tersentak. Tatapannya seketika menyendu. Ia menunduk. Latar belakang keluarga Taiga tidak benar-benar menyenangkan untuk diingat. Ayahnya terbunuh, Daiki yang berstatus sebagai kakak tirinya selalu melewati ancaman mengerikan dan percobaan pembunuhan, ibunya yang malang mengidap suatu penyakit yang membuatnya tidak bertahan lebih lama dan meninggalkan Taiga sendirian.

"Setidaknya aku masih memiliki Aomine," Taiga mengedikkan bahunya tidak peduli.

Memang mereka memiliki marga yang berbeda. Itu untuk melindungi Taiga. Marga ibunya lah yang ia gunakan agar Taiga terhindar dari bahaya yang mengintainya.

Dream [AkaKuro]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang