11🍃

48 7 0
                                    

Muaz mengantar adiknya sampai depan pintu kamar reyhan. Karena kamar pengantin sekarang adalah kamar hotel reyhan. Namun meira menolak, dia ingin di kamar hotelnya sendiri.

Mereka masih dihotel. Mengingat masih ada satu resepsi lagi di gedung yang sama nanti malam.

Reyhan kembali mengalah, membiarkan muaz mengantarkan adiknya ke kamarnya sndiri.

Ketika sampai dikamarnya muaz sempat menasehati adiknya sebelum pergi.
"Dek, gak boleh gitu tau sama suami. Adek gak bisa terus terusan kayak gini. Biar bagaimanapun sekarang reyhan suami adek, dan adek harus berbakti pada suami. Adek masih ingat kan setiap ilmu yang di dapat di kajian. Adek terus memperbaiki diri. Mengharap ridho Allah. Adek shalat, mngaji, menghafal al quran. Adek bangun shalt malam, memuliakan org tua. Namun apa arti semua itu saat adek durhaka pada suami? Ingat, pagi tadi reyhan mengucap kalimat janji pada Allah untuk bertanggung jawab penuh atas segala hidup adek, lahir bathin. Sekarang aja dek, kalau bunda bilang A tapi suami kamu bilang B kamu harus tetap ngikutin suami kamu. Kamu jangan biasakan hal seperti ini terjadi di rumah tangga kamu. Pelan pelan kamu harus benar nenerima reyhan suami kamu.
Abang juga berharap punya keponakan dek"
Kata muaz kemudian berlalu meninggalkan adiknya.

Meira yang baru saja mendapat pencerahan dari abangnya itu mulai luluh, namun seketika kesalahan reyhan kembali menghantui ingatannya.

Meira tertunduk, apa yang harus dilakukan saat benar hatinya yang tak bisa menerima reyhan? Apa yang dikatakan abangnya benar, dan meira juga tidak ingin menjadikan rumah tangga sebagai tabungan dosa karena dia tdk berbakti pada suaminya. Namun sangat sulit menyembuhkan luka lama meski sudah berlalu dua tahun lamanya.

*tok tok tok.
Suara ketukan pintu disertai salam terdengar dari luar kamar meira. Namun dia tak kunjung sadar dari  lamunannya.

Orang yang mengetuk pintu langsung masuk saja karena tak mendapat respon dari orang di dalam.

Orang itu tentu reyhan yang masih dengan setelan jas rapinya, datang membawa koper ke kamar meira.

"Assalamualaikum" kata reyhan mengulangi salamnya dengan sedikit mengeraskan suaranya.
"Waalaikumsalam ehh ngapain kamu kesini?" kata meira kaget.
"Ini kamar ku juga. Kenapa heran?" kata reyhan santai.
" aku mandi duluan yah, soalnya mau siap siap shlat magrib brjamaah di msjid dekat sini" kata reyhan mulai melepas jas nya.
"Ngapain mandi disini sih. Kan di kamar mu juga ada kamar mandi. Ehh ngapain buka buka. Apa apaan sihhh" kata Meira terus ngomel sambil menutup matanya karena reyhan membuka setelan jas nya yang menyisakan kaos putih polos dan celana pendek selutut.

"Pakaian ku ada di koper semua, tolong siapin pakaian buat shalat yah"
Katanya sambil berjalan ke kamar mandi.
"Idihh ngapain. Emangnya aku istrimu" kalimat itu spontan keluar dari bibir meira namun dengan nada pelan. Tapi sempat terdengar oleh reyhan.
"Iyaa" kata reyhan membuka pintu kamar mandi kemudian menutupnya lagi.

"Apa apan sih. Males banget. Baju aku aja rempong banget, eh malah dia yang mau disiapin bajunya." kata meira menggerutu.

Meira memilih pergi kekamar sahabatnya untuk membantunya melepaskan segala macam perhiasan pernak pernik yang menempel di tubuhnya.

Dia pergi begitu saja tanpa menyiapkan pakaian seperti yang reyhan katakan.

Reyhan keluar dari kamar mandi dan tidak mendapatkan istrinya disana. Juga tidak ada baju yang disiapkan.

"Sabar rey sabar. Ini semua juga salah kamu. Sabar lebih lama lagi sampai luka itu sembuh oke" kata reyhan mengelus dada sendiri. Kemudian termenung mengingat kejadian dua tahun silam.

*flashback mode On*

IMAM dari Masa LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang