13🍃

50 7 0
                                    

Meira bertemu abangnya di lorong dekat kamar hotel. Abangnya yang heran mengapa meira berkeliaran diluar kamar sndirian dengan mengangkat gaun yang sudah terlepas dari tubuhnya.

"Mau kemana dek?" tanya muaz
"Eh abang. Mau ambil baju di kamar bang. Abang mau kemesjid?" meira
"Iya, emang kamu dari mana? Kok ambil baju dikamar? Mau kemana emangnya?" muaz heran
"Aku dari kamar vina sma ikki mnta tolong buat dibantu lepasin gaun ini nih dengan segala pernak perniknya abisnya kalau sndiri ribet" jelas mei
"Trus kalau abis ngambil baju mau kmana lagi?? Kok gak stay di kamar? Bentar lagi adzan magrib loh dek. Itu juga make up belum di hapus" muaz
" eh iya kak. Ambil baju doang terus ke kamar vina ikki lagi buat bersih bersih. Sklian shlat disana" mei
"Kok disana. Kamar kamu knapa?" muaz
"Ada reyhan" kata meira manyun
"Ehh trus apa masalahnya??" muaz
"Aku mau ganti baju dan bersih bersih kak. Aku mau lepas hijab. Gimana caranya kalau ada dia?? Gak leluasa akunya" gerutu meira pada kaka nya
"Mei, nyebut. Dia suami kamu!" Muaz
"Abang aku gak bisa debat, tolong. Sana abang ke msjid. Bntar lagi adzan" meira
"Mau panggil ADIK IPAR abang dulu. Biar brangkatnya bareng" muaz.

Muaz sengaja menekan kata adik ipar agar adik prmpuannya itu sadar bahwa skarang tidak berstatus sendiri lagi.

Mereka berdua berjalan ke kamar meira. Sesampainya di depan pintu, mereka tatap tatapan untuk mengetuk pintu.

Muaz yang mmbiarkan meira krna ini kmarnya dan didalam suaminya, namun meira membiarkan muaz karena muaz lah yang ingin bertemu dengan penghuni di dalam.

"Abang aja lah"
"Adek ini kmar kamu. Cepet ih"
"Abang"
"Adekkk"

Perdebatan itu membuyarkan reyhan yang sedang melamun.

*ceklekkk (anggap suara pintu)
Pintu dibuka oleh reyhan yang mengagetkan kaka beradik itu.

"Eh bang, ada apa?" tanya reyhan kpada muaz.
"Bang bang bang. Sejak kapan kamu jadi adiknya" kata meira menggerutu yang di senggol oleh kakanya agar mngontrol kalimatnya.
"Eh ini rey, mau ngajak kamu ke msjid biar jalannya bareng aja. Sepi kalau jalan sndiri" kata muaz mengalihkan.
"Ohh iya bang, tunggu ta ambil sajadah dulu." kata reyhan berlalu.

Ketika hendak pergi, mereka berdua berpamitan pada meira. Meira mengambil tangan abangnya kemudian salim. Tapi tidak dengan tangan reyhan.

"Dek, satu lagi. Skrg mahram kamu bukan cuma abang sama ayah" kata muaz mengingatkan. Tapi meira hanya memutat bola matanya malas.

"Gak papa kok bang, aku juga udah wudhu ini" kata reyhan.
"Yaudah klo gitu. Abang dluan yah dek" kata muaz
"Pergi dulu yah dekk" kata reyhan pamit pada meira.

……

Selepas shalat berjamaah dimasjid muaz dan reyhan berjalan kembali menuju hotel. Muaz membuka pembicaraan karena tampak hening antara keduanya.

"Rey, maafin meira yah atas smua sikapnya sama kamu. Aku harap kamu bisa bersabar sedikit lebih lama lagi sampai meira benar benar bisa menerima knyataan bahwa kamu suaminya" kata muaz

"Ahh gak papa kok bang. Aku juga kan ngerti kenapa meira kayak gitu. Aku juga sadar dan merasa perlakuan meira skrg mmng pantas. Aku juga masih merasa bersalah sama kamu bang, dan melihat skrg kamu menerima dengan baik aku dikeluargamu membuatku semakin berat hati ketika bersamamu. Aku sngat merasa bersalah" kata reyhan.

"Yahh awalnya aku juga kecewa sih rey saat pertama mendengar pengakuan mu. Tapi mau smpai kapan aku menyimpan kecewa itu yang bisa brdampak pada banyak hal. Aku juga salut kamu bisa dengan berani mengakui. Dan bertanggung jawab atas konsekuensinya. Maafkan aku juga hari itu yang sempat di kuasai emosi yah rey" kata muaz

*flashback mode on*

Setelah semalaman berfikir, reyhan memberanikan diri mengakui semuanya hari ini pada muaz.
Dia hanya merasa tidak tenang saat menyembunyikan sebuah kesalahan pada muaz yang begitu baik dengannya.

IMAM dari Masa LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang