12🍃

45 6 0
                                    

*Flashback mode on*

Hari itu dia pulang dari tes yang telah dia ikuti bersama para calon dokter lainnya.

Setibanya di kamar dia langsung membaringkan dirinya asal. Tak sengaja kakinya menyenggol tas kecil yang terletak di atas meja samping tempat tidur yang mengakibatkan semua isinya berantakan.

Dengan malas reyhan bangun dan memungut smua isi tas tersebut dan memasukkannya kembali. Perhatian reyhan terfokus pada flashdisk yang ditemukannya.

"Inikan flashdisk dari rumah sakit, hasil copy rekaman cctv. Udah lama banget, ngapain disini" gumam reyhan.

Dia mengambil laptopnya dan memasang flashdisk itu disana. Meski sudah berlalu lama, tetap saja kejadian waktu itu masih menimbulkan penasarannya.

Dilihatnya rekaman itu dengan mata terbelalak. Kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang selama ini di fikirnya.

Reyhan mengutuk dirinya sendiri. Bukan meira yang menaruh obat disana tapi putri. Dan pantas saja meira menghindar mulai dari hari itu, trnyata ini penyebabnya.

Reyhan frustasi. Menyesal atas perbuatannya. Namun lagi lagi fikiran negatif masih muncul menguasainya.

"Harusnya meira minta penjelasan padaku. Mengapa malah main om om. Toh pun kalau meira tdk salah atas kejadian obat perangsang itu, meira tetap salah karena berselingkuh. Beraninya menjalani hubungan lain saat belum ada kata putus diantara kita" gumam reyhan pada dirinya sendiri.

"Tapi tetap saja, kalimat yang ku sampaikan waktu itu sangat tidak pantas untuk didengar. Apa lagi dari orang yg berpendidikan. Kmana ilmu yg ku dapat saat masih melukai wanita dgn kata kata.. Aaarrgggghhhttt"  reyhan frustasi. Dia bingung harus apa sekarang. Dia masih emosi dengan Meira tapi juga merasa bersalah.

Pasti sangat sulit memaafkan reyhan mengingat meira menangis tanpa suara saat kalimat kalimat laknat itu keluar dari mulut reyhan..

Setahun berlalu sejak kejadian itu. Dimana kini reyhan sudah berstatus dokter residen yang sedang dalam tahap pendidikan meraih spesialisnya.

……

*via telpon

"Assalamualaikum dek" muaz
"Waalaikumsalam abang"
"Nanti pulang adek dijemput abang yah" muaz
"Kabarin adek dulu yah bang karena hari ini ada kelas tambahan. Mana tau lama"
"Iya adek sayang" muaz
"Eleehh, ada maunya nih pasti"
"Eh hahaha udah dulu yah. Nanti kabarin abang. Assalamualaikum" muaz
"Waalaikumsalam"

*tok tok tok
"Masya Allah, bahagia banget itu muka Muz. Habis telponan ama siapa kamu?? Pake sayang sayang. Ingat muzz, kalau bukan mahram masih dosa" kata reyhan yang kehadirannya sama sekali tak disadari sahabatnya saking asiknya telponan.
"Eh hahah sejak kapan disitu Rey. Ohh haha ini adikku. Aku taulah batas bergaul dengan lawan jenis rey" kata muaz
"Baguslah kalau tau muz. Oh iya yah aku hampir lupa kamu punya adik" rey
"Iyaa, adik perempuan, namanya Puspita Meira ramadhani Putri Ahmadi." muaz.

Degggg. Nama itu terdengar lagi. Seketika semua kalimat menyakitkan yang pernah reyhan lontarkan dihadapan sosok wanita yang memiliki nama itu terbayang lagi.

Bagaimana bisa reyhan tidak menyadari bahwa Ahmad Muaz Pangestu Putra Ahmadi merupakan saudara dari Puspita meira ramadhani putri ahmadi. Padahal sangat jelas terpampang di nama mereka masing masing.

"Heyy kok bengong?" tanya muaz yang melihat ekspresi sahabatnya tiba tiba saja berubah.

"Oh hehe nggak. Nama adik kamu bagus. Oh yah, masih sekolah apa udah kuliah? Tanya reyhan memastikan.

"Udah kuliah. Sekarang jalan semester 6" kata muaz.

Benar saja, adik muaz adalah meira mantan kekasih reyhan setahun yang lalu. Tahun lalu dia baru menginjak semester 4, tentu saja sekarang sudah semester 6.

"Dia kuliah di mana muz?" tanya reyhan lagi.

"Di Univ Xyz. Dekat dari RS tmpat kamu koas dulu Rey, yang pernah kamu ceritain itu." kata muaz.

Reyhan memutar otaknya, melihat kilas balik masa lalunya setahun silam.

Pria yang mengantar meira waktu itu menggunakan mobil warna silver. Mirip dengan orang yang memiliki Mobil yang sama dengan mobil yang kini terparkir di depan rumah sakit yang tak lain pemiliknya adalah muaz sahabatnya. Kakak laki laki dari meira.

Degggg..kenyataan seakan menghantamnya. Orang yang setahun lalu mengantar meira, membuka pintu mobil untuk meira, mengelus kepala meira. Itu semua adalah...
Abangnya?? Dan dengan lantangnya reyhan menuduhkan semua kalimat tidak pantas pada meira.

"Reyyy, kamu kenapa sih?? Kayaknya tertarik benar dengan kisah adikku. Kepo kamu yahhh" muaz

"Hehehe nggak muz, kan kita udah deket ini, masa gak tau silsilah keluargamu. Tau kamu punya adik aja baru skarang padahal aku mengaku sahabatmu. Hahah dasar!" kata reyhan ngeles.

"Hahah iya yah. Aku bahkan belum tau banyak tntang keluargamu rey. Dan kita sama sama mengaku sahabatan." kata muaz menyetujui.

Sepulangnya dari kerja, reyhan mengurung diri semalaman dikamarnya. Merutuki dirinya dengan segala penyesalannya.

Dia merasa bersalah akan setiap kalimat yang pernah dilontarkannya pada meira yang ternyata tak satupun terbukti kebenarannya. Skrang dia harus apa??

*tok tok tok...

Lamunannya dibuyarkan oleh suara ketukan pintu.

"Abangg. Ini adek" kata reyna dari balik pintu.
"Iya dek. Masuk. Gak dikunci" reyhan
"Abang knapa gak makan sama kita dibawah?" kata reyna.
"Lagi banyak pikiran aja. Gak nafsu buat makan" reyhan.
"Aku ganggu gak?" reyna
"Gak kok. Kamu kenapa emang? Reyni  sama rendy mana?

Reyhan merupakan anak sulung dari ketiga adiknya.
Anisatul reynata kayla firdaus. Merupakan adik kedua dari reyhan. Yang berusia 19 tahun. Seumuran dengan Meira sekarang.
Muhammad Rendiansyah Firdaus. Adalah adik ketiga dari reyhan, yang berusia 17 tahun. Dan
Aninfatika reynita Firdaus merupakan adik bungsu yang sekarang baru menginjak usia 8 tahun.

"Rendi ada di bawah lagi temenin Reyni kerja tugas" reyna
"Abang ada cerita yang mau di bagi sama reyna?" tanya reyna kini.

Reyhan termenung. Menatap adiknya lekat lalu menghembuskan nafas kasar kemudian membaringkan dirinya.

Ia melihat reyna seperti meira. Usianya yang sama membuat reyhan membayangkan sosok meira dalam diri reyna.

Bagaimana jika ada pria yang mngatakan hal sekasar itu pada reyna? Seperti yg ku lakukan pada meira? Pasti akan kupatahkan kaki pria itu karena berani menyakiti hati adikku meski hanya kata. Lantas,
Bagaimana reaksi muaz ketika mengetahui bahwa reyhan pernah membentak meira dengan kalimat laknat?

Kalimat kalimat seperti itu menghantui reyhan.!

"Yaudah abang istirahat aja dulu. Ku bawain roti isi yah biar ganjel perutnya dulu. Nanti kalau udah laper tinggal turun kebawah makan. Ibu ada siapin kok di meja." kata reyna sembari berdiri hendak mninggalkan reyhan.

"Roti isi? Dekk, susu hangat aja yah. Gak usah roti" kata reyhan yang diangguki reyna.

Bukannya menolak, namun roti isi rasanya bukan hal yang tepat saat ini. Mengingat bahwa makanan terakhir yang meira bawa sebelum benar benar pergi dari hidup reyhan adalah roti isi.

*flashback Off*

IMAM dari Masa LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang