Donghyuck terpaku, memandang Mark di hadapannya yang ikut membeku.
Selama 28 tahun hidupnya, dua kali sudah Donghyuck merasa mengambil pilihan salah; pertama enam tahun lalu, dan kedua sekitar beberapa jam sebelumnyaㅡlebih spesifik lagi, semalam. Ia tidak tahu apakah merekrut Mark sebagai sekretaris adalah keputusan benar. Pagi ini, pria kepala tiga itu sudah berada di ruang kantornya, diam sejak sedetik lalu saling bertukar pandang.
Kesan beku perlahan menghilang dari wajah Mark, digantikan dengan seringai menghina yang cukup kentara. "Yah, sekarang kau bosku." Pria itu bersuara, dengan nada suara berengsek yang kontras dengan tampilan jas dan rambut yang rapi.
Eunbin, yang sedari tadi mengawal mereka bersama Jeno, menyipitkan mata, sementara Jeno tak henti-henti menggigit bibir. Mark sudah jadi kenalannya sejak laki-laki itu memacari Donghyuck enam tahun lalu, dan sejauh yang ia ingat, Mark bukanlah laki-laki yang cocok menjadi temannya.
"Jadi, kalian saling kenal?" Eunbin akhirnya bertanya, masih sambil menatap penuh selidik.
Saliva serasa jadi kerikil, menghambat tenggorokan Donghyuck untuk sekadar bersuara. Jantungnya berdetak gila, otaknya berkabut. Meski wajah menampilkan raut datar sebagaimana ia, namun tak ada yang menyadari bahwa isi dirinya tengah porak-peranda.
Mengambil napas, Donghyuck mengangkat dagu lebih tinggi, menampilkan senyum tipis dingin yang selalu ditakuti para bawahannya. "Ya," ia menjawab. "Aku bertemu dengannya ketika berusia 18. Bukan begitu, Minhyung?"
Mark lantas mendengus penuh ejek ketika mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut Lee Donghyuck, mantan kekasihnya. Oh, sayang ... Mereka mungkin memang bertemu ketika usia Donghyuck 18, tapi dikemanakan kisah mereka memadu kasih ketika lelaki itu berusia 22 dan berpisah di usia 23?
"Wah, pantas saja kau langsung setuju merekrutnya, Bos."
Donghyuck sontak mendelik tajam, menatap Eunbin yang kini langsung menunduk sambil memukul-mukul mulut. Mark kembali menyeringai mendengar kalimat itu.
"Benarkah? Aku langsung diterima? Aku tersanjung."
Donghyuck, dengan wajah keras terlampau malunya, memilih memasang tampang sedatar mungkin. "Eunbin, Jeno, tolong bimbing Minhyung agar ia siap jadi sekretarisku," katanya, segera membelokkan topik pembicaraan. "Ajarkan dia bagaimana cara membantuku, apa saja pekerjaan yang harus dilakukan, bagaimana karakterku apabila berhadapan dengan bawahan. Ajari dia semuanya agar tidak terkejut."
"Baik, Bos."
Mark akhirnya berlalu bersama Eunbin dan Jeno, meninggalkan Donghyuck dalam ruang sendirian, mengisap udara yang selayak tak ada.
Donghyuck gentar.
:::
Mark menempati meja di depan ruangan Donghyuck, mulai mengisi peran sekretarisnya di hari pertama. Jeno dan Eunbin sudah banyak memberi arahan dan Mark yakin ia siap.
Cukup terkejut sebenarnya ketika tahu bahwa sosok menyebalkan yang diceritakan Mina adalah Donghyuck, terlebih ketika lelaki itu menambah-nambahi soal hubungan mereka yang terkesan tidak ada 'apa-apa'. Jeno juga tidak seramah yang ia tahu, pria itu hanya memberi arahan seperlunya, berikut peraturan-peraturan yang langsung Mark serap dalam kepala, lalu meninggalkannya menempati meja yang telah disediakan tanpa banyak kata tambahan.
Pekerjaan sebagai seorang sekretaris tidak ada sulitnyaㅡsecara keseluruhan, Mark merasa siap; hanya mengangkat telepon, menyambungkan pada Donghyuck bila perlu, memfotokopi berkas, menyalin data, membuat laporan, mengisi buku jadwal dan beberapa kerjaan lainnya. Mark yakin dia akan andal menjalaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] I Met You When I was 18 #B-Side [Bahasa]
Hayran Kurgu[SUDAH TERBIT] Selanjutnya, ini bukan kisah tentang orang ketiga sebagaimana badai yang menerpa mereka sebelumnya, bukan pula masalah pertentangan orang tua. Ini hanya soal kematangan sukma, ini hanya soal kematangan atma, yang 'kan jadi tolok ukur...