Kring, kring.
Pemuda itu mengayuh sepedanya sekuat tenaga di daerah perkampungan nya yang masih sangat asri menuju sekolah. Ia selalu berangkat ke sekolah sebelum fajar benar-benar terbit dari timur.
Sambil mendengarkan musik melalu ponselnya, ia menggumam menikmati musik yang tengah menari-nari di gendang telinga nya. Ia sangat menikmati kegiatan ini yang hampir setiap hari ia lakukan.
Di sisi lain.
"Nak! Itu sarapannya habisin dulu!" Tegur seorang ibu berumur tengah baya kepada anaknya.
"Aduh, gak bisa mah. Axel udah telat ini!" Tampak pemuda yang ditegur itu tergesa-gesa.
"Mah, Axel berangkat dulu ya!" Teriak si anak dari luar rumahnya yang luasnya bagaikan istana yang kini tengah memanaskan motor sport nya.
"Iya nak, hati-hati! Disekolah jangan macem-macem lagi!" Tegur sang ibu yang di anggukan sang anak. Akhirnya motor itu menghilang dari pandangan sang ibu.
Di sekolah.
Axel tercengang, karena ia mendapati gerbang sekolahnya kini tertutup rapat.
"Duh, sial! Lagi-lagi gue telat" gerutunya.
Tak lama kemudian, datang seorang pemuda dengan sepeda antik nya. Pemuda itu melepas earphone dari kedua telinganya. Pemuda itu hanya melihat gerbang sekolahnya yang menjulang tinggi itu dengan santai.
"Eh, Maeda! Lu telat juga?" Tanya Axel kepada pemuda yang tak lain namanya Maeda. Yang ditanya pun menoleh ke sumber suara.
"Kalau gak telat juga, gue gak akan ada disini" balas Maeda dengan tajam. Axel hanya mengangkat kedua bahunya tanda sebagai bahwa ia sudah terbiasa menghadapi sifat teman satu kelasnya ini.
"Jutek amat si mbak..." ujar Axel bercanda.
"Apa lu bilang? Ngomong sekali lagi!?" Maeda tersulut emosi karena tidak terima di panggil "mbak".
"Yaudah santai aja kali, gitu doang marah. Bawa pembalut kagak lu?" tanya Axel dengan iseng.
"Bacot, babi!" Maeda sebenarnya sudah malas menanggapi teman satu kelasnya ini, tapi Axel pintar memancing emosi Maeda.
"Lu masih dendam karena dulu gue sering jailin lu? Sering ngatain fisik lu? Padahal kita udah baikkan lho..."
kata Axel yang mengungkit masa-masa dimana Axel sering menjahili Maeda."Bacot lu, anak mami! Gue gibek juga lu" Maeda pun mengancam Axel, namu Axel menanggapi nya dengan meremehkannya.
"Heh! Kalian telat lagi!?" Seketika, datang seorang guru BK sekaligus walikelas mereka berdua dari area sekolah sambil membawa buku catatan yang isinya membuat semua murid di sekolah itu takut, tak terkecuali mereka berdua.
"Axel! Kamu ini... Setiap hari kesekolah pake motor, tapi masih telat!?" Yang ditanya hanya cengengesan tak karuan.
"Maaf Bu, tapi tadi subuh ada pertandingan M.U sama Barcelona. Gak boleh kelewatan dong Bu!" Jawab si Axel yang memang sifatnya rada slengean.
"Maeda! Saya udah beri kamu peringatan, tapi masih telat aja" kesal si guru kepada Maeda yang akhir-akhir ini juga sering telat seperti Axel.
"Maaf Bu, lain kali saya tak akan mengulangi nya lagi..." Jawab enteng Maeda. Walikelas mereka hanya bisa geleng-geleng kepala tanda ia sudah pasrah dengan kedua sifat anak didik nya yang bertolak belakang ini.
"Sudah! Sekarang secepat mungkin kalian simpan kendaraan kalian, lalu berdiri di tengah lapang selama 2 jam pelajaran! Kalau diantara kalian ada yang berani mencoba kabur, saya akan menambah hukumannya!" Akhirnya gerbang sekolah pun dibuka atas perintah walikelas mereka dan mereka pun memarkirkan kendaraannya masing-masing di tempat yang berbeda. Setelahnya, mereka pun sesegera mungkin menuju lapangan.
Ditengah lapang mereka berdiri berdampingan sembari memberi hormat kepada bendera yang tengah berkibar di atas langit.
.
.
.
40 menit berlalu. Kini tampak Axel mengeluh dengan panasnya terik matahari di pagi hari. Saat ia menoleh kearah Maeda, ia melihat jelas bagaimana pucatnya wajah putih mungil Maeda. Melihat keadaan temannya yang seperti itu, dengan sigap Axel mengeluarkan botol minum dari tasnya."Mae, minum nih. Muka lu pucet banget" yang ditawarkan hanya menoleh sesaat lalu ia pun kembali mengalihkan pandangannya ke arah bendera tersebut.
"Tadi lu sarapan kagak? Itu muka pucet banget, Mae!" Axel mulai geram karena Maeda tidak menggubris nya.
"Mae, mau sampai kapan lu diem kek gini sih!? Oke gue akui kalau gue salah karena dulu sering bully lu, tapi sekara--- "
BRUK
"MAE!" teriak Axel begitu melihat temannya kini terkapar tak berdaya di lapangan yang begitu luas.
"MAE! MAE! BANGUN MAE! PMR! TOLONG! INI TEMEN GUE PINGSAN!" Teriakan Axel mengundang perhatian para murid yang ada di kantin dan guru yang tengah berjalan menuju koperasi sekolah.
Tak lama setelah itu Maeda di angkut oleh beberapa anggota PMR yang ada di tempat kejadian. Axel pun mengikuti para anggota PMR menuju UKS.
.
.
.
"Dia terlalu kecapekan, biarin aja dia istirahat dulu" kata salah satu anggota PMR yang memeriksa keadaan Maeda."Tapi gue boleh disini kan? Temenin si Mae?" tanya Axel yang akhirnya disetujui oleh anak PMR tersebut. Akhirnya tinggalah Axel dan Maeda berdua dalam ruangan tersebut.
"Hah dasar nih anak satu. Gue tawarin lu minuman, malah sok-sokan nolak!" geram Axel kepada Maeda yang tengah terbaring lemah di ranjang UKS itu.
"Untung tadi gue nyari bantuan. Kalau kagak, gatau dah nasib lu gimana" lanjut ocehan Axel.
Kini Axel tengah asyik memandangi wajah putih berseri milik Maeda. Jika dilihat seksama, Maeda memiliki paras layaknya seorang gadis, di tambah gingsul nya tertata rapi, bibirnya yang merah membuat siapapun yang menatapnya akan tergoda.
Lu cantik banget si Mae, tapi sayangnya lu cowok. Batin Axel. Tanpa sadar, Axel pun mendekati wajahnya kepada wajah Maeda, ia menatap nya sebentar lalu berencana mencium bibir merah milik Maeda.
BUG.
satu pukulan keras tepat mengenai wajah tampan Axel.
"MAU NGAPAIN LU BANGSAD!!!" Teriak Maeda tepat di depan wajah Axel.
"Y-ya maap...Gue kan, cuma mau benerin bantal lu, kayaknya kurang enak aja buat kepala lu" elak Axel yang jelas-jelas ketahuan bohong oleh Maeda.
"Hilih, bacod amat lu. Gue udah gak kenapa-napa. Udah sekarang gue mau ke kelas!" Baru saja Maeda bangun dari ranjang dan hendak melangkah menuju kelasnya, tiba-tiba ia kehilangan keseimbangan tubuh.
Tapi untungnya Axel dengan sigap menangkap tubuh mungil Maeda, dan sekarang posisi mereka seperti FTV-FTV yang ada di televisi.
Tapi itu semua langsung di tepis oleh Maeda yang kini wajahnya merah bagaikan kepiting rebus.
"Makasih...." Hanya itulah kata-kata yang terlontar dari mulut Maeda. Setelahnya, Maeda pun segera bergegas menuju kelasnya.
Untuk beberapa saat, Axel tersenyum mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
"Mae! Tungguin gue!" lalu ia pun menyusul Maeda menuju kelasnya.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya kepada keduanya?
-TBC-
#Isuu
Halo gais, dimanapun kalian berada dan sedang ngapain?
.
So ini adalah cerita terbaru aku tentang BxB, jujur sebenarnya aku nulis ini hanya untuk ngisi kegabutan aku aja, karena aku selama self quarantine ini selalu merasa bosan.
.
Oke sekian, dan terimakasih 🙏
.
Tamamo Nogochii

KAMU SEDANG MEMBACA
Alasanku, Maybe? (Tamat)
Teen FictionWARNING: CERITA BxB/HOMO/SEMACAMNYA!!!! 🔞🔞🔞 HOMOPHOBIC DILARANG KERAS UNTUK MEMBACANYA!!! ❌❌❌ . . "Sekarang gue tanya, hubungan kita ini apa?" tanya pria yang lebih tinggi. . "Entah... temen? Maybe?" jawab si pria yang lebih pendek dari si jangku...