Gue baru tahu yang namanya cewek akan menjadi orang yang berbeda saat mereka dihadapkan dalam memilih barang. Entah itu hal sepele maupun hal yang paling memusingkan kepala. Entah itu orang yang seperti Nada, maksut gue orang yang tegas dan mandiri, ternyata Nada tidak jauh berbeda dengan cewek rempong macam Sally saat sedang memilih barang. Astagfirullah kalau gue gak sayang sama cewek yang saat ini sedang bingung milih topi camping warna merah atau pink gue kira gue lebih milih mendekam dikamar gue sambil main game online.
"Lo yakin warna merah cocok buat gue Ham?"
Ini udah yang ketiga kalinya dia bertanya seperti itu ke gue.
Sabar Irham. Katanya lo cinta. Katanya lo mau menerima kekurangan apapun itu dari Nada. Senyum dong. Jangan misuh- misuh di dalam hati atuh!
Gue lalu tersenyum manis bagaikan pangeran yang kesasar di toko peralatan camping.
"Iya Nad. Menurut gue warna merah lebih cocok kalau lo pake."
"Emang lo pernah lihat gue pake topi warna merah?"
Gue langsung ngeblank. Bingung mau jawab apa. Mana pernah gue lihat Nada pake topi camping. Gue kan cuma mengiyakan pilihannya Nada. Bukan supaya dia senang sih. Supaya acara pilih memilih ini cepat selasai. Kaki gue udah kesemutan ngomong- ngomong. Udah berdiri berapa jam ya gue tadi? Oh baru juga tiga jam Ham. Gak usah NGELUH DEH!!
"Menurut gue sih cocok yang merah. Cocok sama karater lo yang tegas dan mandiri. hehehe." Gue terkekeh geli karena Nada memandangi gue dengan wajah datar seakan ucapan gue sama sekali tidak berguna.
"Gue salah ya?" Kata gue sambil menggaruk belakang leher gue. Gue takut Nada ngamuk. Serem abis mukanya doi.
"Ya udah gue pilih warna navy aja deh. Gue juga suka navy."
Astagfirullah. Jahat banget nih cewek. Pantes gak peka- peka sama gue.
Sabar Irham. SABAR!!
"Menurut lo bagus gak Ham?"
Gue hanya mengangguk sambil tersenyum. Trauma akan kejadian yang barusan gue alami.
"Ya udah gue ambil yang ini aja deh."
"Mau beli apa lagi? tas, jaket, sama bekal buat persediaan makan udah belum?"
"Udah. Gue cuma pengen beli ini. Habis kemarin gue lupa."
"Ya udah sini topinya!" Gue sudah akan merebut topi rajut yang di bawa Nada namun Nada malah menjauhkannya dari jangkauan tangan gue. "Kenapa?" Kata gue.
"Lo mau bayarin topi gue?"
"Iya."
"Gue gak mau. Gue bisa bayar sendiri."
Gila. Andaikan semua cewek kayak Nada. Pasti diluar sana dompet cowok tajir macem gue bakal sehat- sehat saja keadaannya. Gue bukannya pelit atau gimana, jujur aja bahkan kalau Nada minta ini itu gue sanggup beliin buat dia, walaupun pada akhirnya nanti uang jajan gue udah ludes sebelum waktunya. Tapi gue gak bakal menyesal karena menurut gue membuat Nada tersenyum senang karena pemberian gue, jauh lebih membahagiakan hati gue melebihi apapun yang gue dapatkan.
"Hutang budi lagi?" Kata gue cepat menebak apa yang akan diucapkan oleh Nada. "Udah berapa kali gue bilang sih nama gue itu Irham bukan Budi."
"Lo kenapa baik sama gue?"
"Kapan lo peka sama gue?"
Gila. Sebenarnya waktu itu gue cuma gedek aja sama diri gue sendiri hingga gue berani bilang seperti itu ke Nada. Gue udah muak setiap kali Nada bilang dia gak mau hutang budi sama gue, dia gak enak sama gue. Sumpah demi apapaun yang ada di dunia ini, kalaupun gue harus memberikan hal berharga yang gue miliki buat Nada, gue akan kasih ke perempuan itu. Gue pengen Nada ngerti kalau gue melakukan semua itu bukan hanya sebagai teman satu kelas, gue melakukan semua itu sebagai seorang laki- laki yang ingin perempuannya merasa bahagia, merasa nyaman dengan apa yang udah gue lakukan dan berikan buat dia.
Kapan sih nih cewek ngerti! Gedek gue lama- lama.
"Gue gak mau ngasih harapan palsu buat lo Irham. Jadi gue mohon lo jangan bersikap baik ke gue." Nada mengatakan itu dengan tatapan kesal campur frustasi.
"Kenapa? Kenapa gue gak boleh bersikap baik ke lo? Emang ada larangan ya kalau gue gak boleh bersikap baik ke lo?" Gue mulai terpancing. Yang saat itu gue rasakan cuma gue kesal kenapa Nada malah berkata seperti itu ke gue. Ada sebagian hati gue yang retak gara- gara perkataan itu.
Monyet. Padahal gue belum bilang cinta. Udah retak- retak aja nih hati!
Nada tidak menjawab. Perempuan itu meninggalkan gue yang masih berdiri di dekat rak- rak topi rajut, sedangkan dia pergi meninggalakan gue menuju kasir untuk membayar topi yang tadi ia pilih. Setelah membayarpun Nada tidak menghampiri gue. Dia meninggalkan gue dan tentu saja gue langsung mengejar dia.
"Lo belum jawab pertanyaan gue." Kata gue sambil meraih tangan Nada dan berhasil menghentikan langkahnya.
"Gue gak buta. Gue sebenarnya tahu lo baik ke gue karena lo pengen ngedeketin gue. Tanpa lo bilangpun gue udah bisa menebak gelagat lo."
Oke fine!
"Iya. Gue baik ke lo karena gue pengen deket sama lo. Gue pengen kita lebih dari sekedar temen sekelas. Gue pengen lo menganggap gue ada. Gue pengen lo membalas perasaan gue. Gue salah? Apakah gue salah mempunyai keinginan seperti itu ke lo Nad?"
Dan persis dugaan gue sebelumnya, Nada sangat terlihat syok. Bahkan dia sampai melepaskan gengaman tangan gue yang melingkari pergelangan tangannya. Dia juga menjauhkan tubuhnya dari gue seakan gue adalah sosok gaib yang baru saja membuatnya takut.
"Fine. Gue udah nebak kok kalau akhirnya akan seperti ini."
Gue lalu tersenyum walaupun kalau disuruh memilih gue lebih memilih menangis daripada pura- pura tersenyum seperti yang saat ini gue lakukan. Sakit woy. Hati ini sungguh sakit. "Gue anterin lo pulang." Kata gue lalu kembali mengenggam tangan Nada menuju parkiran.
Di dalam perjalanan menuju parkiran itu Nada tidak melepaskan gengaman tangan gue. Dalam diam dia terus mengikuti langkah gue sampai dimana Idul motor vespa gue berada. Saat gue memberikannya helem tiba- tiba saja dia tersenyum ke arah gue.
Tapi bukan senyum yang membuat gue jatuh cinta, karena setelah itu perempuan yang sangat gue puja- puja itu berkata seperti ini ke gue, "Maaf ya Ham. Gue gak bisa memenuhi keinginan lo. Ada hati lain yang saat ini sedang gue jaga."
Dan kalian semua tahu, setelah itu sikap gue ke Nada berubah total. Tidak ada lagi sosok Irham yang diam- diam tai kucing mendambakan Nada. Gue jadi ingat nasihat yang dulu gue berikan ke kalian semua yang entah kenapa malah berbalik menyerang gue.
Kalau kalian lupa gue bakal ingetin ke kalian.
"Kalau prinsip gue nih, masih ada beribu-ribu para kaum jomblo di muka bumi ini kenapa harus rebutan sama yang udah taken, nyusahin gak sih menurut lo?"
Rasanya gue pengen mati aja.
![](https://img.wattpad.com/cover/168961406-288-k436289.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Words : [KTH JOURNAL SERIES] END
FanfictionHallo? Gue Irham. Irham aja gak pake doang. Gue masih anak sma. Kelas tiga. Bentar lagi gue mau lulus. Gue anaknya menolak segala bentuk kepopuleran entah apapun itu. Gue gak ikut OSIS. Bukan ketua tim basket. Atau badboy yang digilai cewek- cewek...