"Eh Nad sini dong gue mau tanya."
Gue sudah akan berlari kencang untuk menghajar Andre namun Thomas menghalangi keinginan gue dengan mencekram pergelangan tangan gue. Sebisa mungkin gue melepaskan diri, namun sia sia karena badan Thomas yang jauh lebih besar dari gue.
"Mau tanya apa Ndre? Pelajaran?"
Brengsek.. Nad lo harusnya pergi. Lo harusnya gak disini!
"Ah engak kok Nad. Jadi gini nih, coba deh lo sebutin nomor yang kira kira malam ini muncul di togel."
Seluruh siswa yang saat ini sedang berada di kantin langsung tertawa mendengar celotehan Andre. Nada tampak pucat pasi di tempatnya. Botol mineral yang ia gengam jatuh ke lantai hingga isinya pun ikut tumpah membasahi lantai.
"Maksud lo apa?"
Andre tertawa riang, "Obat lo belum habis kan? Lo masih sadar kan gue siapa?"
"Hahahaha. Lihat deh dia mau mewek Ndre. Lo jangan kejam- kejam amat napa?"
"Gue gak kejam, gue cuma memainkan peran gue dengan baik dan benar."
"Peran lo cocok jadi suami yang jahat pada istri gilanya. Iya gak guys?"
"Hahahaha. Iya sih cantik, tapi kalau gila gue gak mau lah. Najis."
"Hahahahaha. Parah banget sih gue sampai mau ngompol nih!"
"Jadi berapa Nad nomor yang malam ini muncul di togel? Ntar gue kasih sebagian deh buat beli obat supaya lo gak gila lagi."
"Hahahaha."
"Hahahaha."
"Hahahaha."
Tawa riang itu begitu mengema di ruang kantin bagaikan paduan suara. Dapat gue lihat Nada masih berdiri kaku di tempatnya dengan kepala yang menunduk. Bahunya bergetar dan gue tahu jelas bahwa saat ini Nada sedang menangis.
Gue gak bisa tinggal diam lebih lama lagi.
"Lepasin gue atau wajah lo bakal berubah jadi sampah menjijikan!"
"Lo mau pukul gue?"
"IYA!" Jawab gue dengan emosi.
"Lo harus dengerin gue Ham, masalah ini gak bisa lo tanganin dengan penuh emosi. Kalau lo salah langkah masalah ini bisa jadi sampai ke ruang guru. Lo tahu kan apa konsekuensinya kalau lo berantem sama Andre."
"Gue gak perduli. Gue hanya ingin melindungi perempuan gue, sumpah demi Allah dia lagi di bully Thom, sakit gue ngelihatnya." Mata gue mulai memerah karena saat ini entah kenapa gue dapat merasakan bagaimana perasaan Nada.
"Lo beneran suka Nada?"
"Harus berapa kali sih gue bilang ke lo kalau gue beneran suka Nada?"
Thomas tertawa kecil seakan pernyataan gue tadi adalah lelucon untuknya, "Jadi lo udah mengakui kekalahan lo?"
"Iya gue bakal lari keliling lapangan pake sempak. Udah lepasin gue atau gue bakal bikin wajah lo babak belur."
"Tenang aja. Kita kesana berdua."
"Maksud lo apa?"
"Gue juga suka sama Nada. Gue juga mau melindungi dia."
"Brengsek. Apa sih mau lo?" Mendadak gue jadi semakin emosi dengan daki kuda dihadapan gue ini.
"Gak deng bercanda. Lo mah serius mulu Ham!"
Bugh!
Satu pukulan mendarat manis di ujung bibir Thomas. Gedek banget gue sama nih kingkong.
"Kebanyakan bacot lo!" Kata gue lalu segera pergi meninggalkan Thomas
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Words : [KTH JOURNAL SERIES] END
FanficHallo? Gue Irham. Irham aja gak pake doang. Gue masih anak sma. Kelas tiga. Bentar lagi gue mau lulus. Gue anaknya menolak segala bentuk kepopuleran entah apapun itu. Gue gak ikut OSIS. Bukan ketua tim basket. Atau badboy yang digilai cewek- cewek...