Tidak terasa ya guys catatan gue sudah memasuki episode sembilan belas. Berbanding terbalik dengan kisahnya yang gue rasa agak lemot karena gue memang setakut itu kalau harus jujur ke Nada. Jujur kepada orang lain tentang sebuah perasaan itu sangat sulit. Yayaya gue tahu kalian pasti bilang kalau gue itu banci dan pengecut. Kalau gue itu lebih cocok pake bhnya emak gue daripada harus pake celana kolor. Stop bully gue. Jujur saja buat ngomong kalau gue suka ke Nada itu gue bisa-bisa saja. Tapi gue takut. Takut dengan kenyataan kalau nanti Nada bakal nolak gue dan setelah itu gue harus apa?
Nangis kejer atau mogok makan?
Dua-duanya merupakan pilihan yang sangat mungkin terjadi karena kalian semua tahu secinta apa gue sama Nada.
Kalau lo cinta dibuktikan dong Ham. Lo mah bacotan terus ngomong cintalah ngomong sayanglah tapi buat membuktikan saja lo gak sanggup.
Jika diantara kalian ada yang bilang gue seperti itu gue hanya bisa tersenyum pasrah sambil nangis-nangis dipojokkan kamar mandi. Denger nih ya, gue itu cuma gak pede sama diri gue sendiri. Lo tahu sendiri kan kalau gue itu cuma laki-laki bermodalkan tai yang gak terlalu sempurna bak pangeran berkuda putih.
Gue gak bisa kalau gue harus grasak-grusuk mengejar Nada sesuka gue terus dia gue jadiin pacar. Gue gak seamburadul itu ngomong-ngomong. Gue harus memastikan dulu kalau bidadari gue itu nantinya bakal menerima gue apa adanya. Ya walaupun nantinya gue harus temenan dulu sama dia gue gak masalah. Teman kan bisa menikah kan ya? Nyatanya ada tuh cerita yang cewek sama cowoknya dulu temenan tetapi pada akhirnya mereka berdua menikah.
Ah banyak alesan lo. Ngomong aja kalau lo itu memang pengecut Ham!
Astaghfirullah. Kalau ada yang bully gue dengan kata-kata seperti itu gue semakin yakin kalau gue itu memang cocoknya pake beha daripada pake kolor.
Gini deh. Kan kalian semua tahu kalau gue itu masih ya gini-gini aja. Gue masih jauhlah dibandingkan dengan Nada yang menurut gue jauh lebih baik dibandingkan gue. Gue hanya ingin memperbaiki diri dulu. Gak akan lama kok karena gue emang udah niat. Dulu gue pernah denger ada yang bilang seperti ini ke gue kalau lo pengen jodoh yang baik, perbaiki pula kualitas diri lo sendiri. Orang yang baik pasti akan mendapatkan orang yang baik juga. Jika ada orang baik yang mendapatkan orang yang tidak begitu baik, itu artinya orang itu harus bisa menjadi pembimbing agar pasangannya juga menjadi orang yang lebih baik. Ngerti gak? Kalau gak ngerti dibaca berkali-kali deh, gue males ngejelasin ke kalian.
Harusnya gue bisa mengambil sikap dari nasihat itu tapi masalahnya itu gue gak mau Nada yang membimbing gue. Gue lelaki. Ego gue gak akan terima jika gue yang notabene sebagai lelaki yang kelak menjadi seorang imam dalam sebuah rumah tangga harus dibimbing oleh ibu dari anak-anak gue. Kelihatannya tuh gue gak dewasa dan gak bertanggung jawab. Dalam sebuah hubungan gue lebih suka pasangan yang saling membimbing satu sama lain. Bukan hanya dari satu pihak, melainkan keduanya. Jadi mereka bisa dewasa bersama- sama.
Harap maklum ya kalau gue mikirnya sampai segitu. Biasa anak SMA kan emang aneh-aneh pikirannya. Belum nembak aja udah ngomongin pasangan, udah ngomongin jadi calon imam yang baik. Tai banget gak sih gue?
Ngomong-ngomong soal calon imam yang baik, hari ini gue sudah mulai mencoba memulainya. Dulu gue gak pernah sholat lima waktu. Jujur saja nih ya, bahkan sholat Jumat pun jarang gue lakukan. Gue lebih sering menghabiskan waktu gue dengan game online dengan Thomas. Kalau Thomas sih dia mendingan daripada gue. Setidaknya dia masih mau melakukan sholat Jumat walaupun dia tidak melakukan sholat lima waktunya. Thomas akan berubah menjadi emak-emak comel ketika hari Jumat karena terus meneriaki gue agar gue ikut sholat Jumat dengannya.
Namun hari ini berbeda. Thomas malah seperti mayat hidup melihat gue duduk di sebelahnya, mencopot sepatu gue dan bersiap-siap untuk mensucikan diri mengikuti sholat Jumat di sekolahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Words : [KTH JOURNAL SERIES] END
FanficHallo? Gue Irham. Irham aja gak pake doang. Gue masih anak sma. Kelas tiga. Bentar lagi gue mau lulus. Gue anaknya menolak segala bentuk kepopuleran entah apapun itu. Gue gak ikut OSIS. Bukan ketua tim basket. Atau badboy yang digilai cewek- cewek...