Catatan Harian | 03

176 16 1
                                    

Gue mau cerita sedikit tentang kejadian sore tadi sewaktu gue dan Nada piket bareng. Awalnya gue tenang tenang saja karena Nada dan Melani terlihat sibuk saling bantu membantu menyapu lantai. Gue dan Thomas juga sedang sibuk membersihkan kaca jendela luar kelas. Namun ketenangan gue agak sedikit terusik saat gue melihat langsung bagaimana Nada tertawa lepas dengan Melani entah menertawakan apa.

Gerakan tangan gue saat mengelap kaca pun seketika berhenti karena gue lebih memilih untuk menikmati senyum lepas Nada.

Ya Allah jika wanita itu ditakdirkan untuk Irham, Irham gak akan nolak. Akan Irham jaga dia sekuat hati Irham. Tapi please buat dia jatuh cinta dulu sama Irham ya Allah...

"Kerja-kerja. Ngelamun terus kapan selesainya." Suara Thomas menginterupsi lamunan gue dengan suara jengkel khas emak emak kosan.

"Ya elah Thom, dari tadi gue juga udah kerja. Dapat lima kaca. Gak kayak lo ngelap satu kaca aja lamanya minta ampun."

"HEH ini tuh biar bersih tahu."

"Bilang aja lo gak mau capek. Cireng gak jadi aja lah. Males traktir orang kayak lo!"

Thomas langsung turun kursi lalu menggeser kursi yang ia naikin kemudian kembali mengelap kaca yang lain. "Nih gue udah kerja nih. Awas kalau cireng gak jadi." Katanya bersungut-sungut dengan bibir mengerucut.

Gue tertawa kecil, menyemprot Thomas dengan pembersih kaca yang gue gengam.

"Lo mau ngajakin gue perang?"

Dan jadilah gue dan Thomas saling balas menyemprot pembersih kaca. Karena saking asyiknya gue dan Thomas tidak tahu kalau Nada sudah berang menatap kelakuan kami.

"Berhenti sekarang atau gue potong tangan lo berdua!"

Reflek gue menoleh sambil menyemprotkan pembersih kaca tadi hingga mengenai wajah Nada.

"Eh Nada. Hai Nad?" Gue tersenyum lebar hingga menampilkan gigi putih gue.

"IRHAM! SEKRANG LO IKUT GUE! DAN LO," Nada menunjuk Thomas, "LO BANTU MELANI DI DALAM."

Gue diseret Nada entah di bawa kemana. Tangan Nada terasa pas di tangan gue. Asli gue gak tahu harus bereaksi seperti apa karena saat itu gue benar benar merasa sangat bahagia. Untuk pertama kalinya dalam hidup gue, gue bisa berpegangan tangan dengan Nada walaupun konteksnya berbeda. Gue gak mau ngibul. tapi nanti kalian akan ngerasain sendiri gimana rasanya di pegang tangan oleh gebetan lo.

"Nad lo gak lagi nyulik gue kan?"

"DIEM!"

"Iya gue diem. Tapi kan gue penasaran. Kalau lo nyulik gue pun lo gak bakal menyesal, gue bisa masak, nyuci. Dan gue juga pintar."

Nada berhenti mendadak, otomatis gue juga harus menekan pedal rem dalam tubuh gue agar tubuh gue gak bertabrakan dengan tubuh Nada yang berada tepat di depan gue.

Nafas dulu Ham. Jangan sampai lo pingsan. Cemen ah lo. Kalau lo ditabrak ya tinggal ditabrak balik. Terus jadi tabrak-tabrakan deh. Hehehe...

"Apa? Gue gak salah ngomong kok." Kata gue polos campur cemas karena Nada menatap gue tepat di manik mata gue.

Dalam sekejap suara angin yang menggerakkan dahan tidak lagi gue dengar. Suara peluit anak-anak baris berbaris teredam seiring dengan tatapan Nada yang terus saja mengalihkan dunia gue saat ini.

Mendadak gue jadi gagu. Gue pengen ngomong sesuatu namun mulut gue lebih memilih untuk diam. Gue kenapa sih. Kenapa gue jadi robot kayak gini ditatap sama Nada? Jangan malu-maluin diri lo sendiri Irham. Lo laki-laki bukan setengah laki-laki. Jadi sekarang sadarkan diri lo terus buka mulut lo untuk bertanya sesuatu.

"Nad lo okkay?"

"I'm fine."

"Terus kenapa lo ngajak gue kesini?"

"Gue... " Mendadak pipi Nada berubah warna jadi merah ngegemesin. Gue sampai nahan nafas gue karena ngelihat pipi semerah tomat itu.

"Gue.. " gue mengulangi kalimat Nada karena ingin tahu kelanjutan yang akan ia ucapkan.

Ya Allah jangan jangan Nada mau nembak gue. Doh jangan dong masa cewek duluan yang nembak cowok. Gue sebagai cowok malu nih!

"Jadi gini, sebenarnya gue malu mau minta tolong ini sama lo. Dan cuma lo yang bisa nolongin gue. Melani gak bisa dan kalau gue minta tolong Thomas gue bakal di ceng-cengi abis- abisan sama dia."

Gue sedikit lega. Untung Nada gak nembak gue. Sabar ya neng, jangan sampai kamu ngomong hal sakral itu. Urusan itu biar aa aja yang ngomong. Neng tinggal jawab ya atau tidak. Dan jawabannya harus ya. Titik gak pake spidol.

"Lo mau minta tolong apa?"

"Janji ya lo gak bakal ngetawain gue?"

"Iya Nada janji deh."

Grr gue sampai merinding disko saat nama Nada terucap lengkap di bibir gue. Anjas! Gue menggelikan banget sih.

"Lo tahu kan kenapa gue pakai jaket ini?" Nada menunjuk jaket yang ia ikat melingkari perutnya.

"Gak tahu. Lo pengen jadi model?"

Nada menjerit gemas, "Bukan Irham. Gue lagi dapet." Wajah Nada kembali memerah saat mengatakan itu.

"Hah dapet apa? Dapet jaket?"

Nada hanya menutupi wajahnya. Entah karena malu atau apa. Gue benar-benar gak tahu apa yang dia maksud. Iya gue tahu itu adalah jaket. Fungsinya buat melindungi sang penggunanya dari teriknya panas atau dinginnya malam. Dan Nada jarang banget pakai jaket dengan model diikat di perutnya. Gue tahu dia bukan tipe cewek yang alay, yang kalau lagi bocor, jaket bakal beralih fungsi jadi penutup karena sudah pasti bendera Jepang tercetak jelas di balik jaket itu.

Hahaha...

Seketika wajah gue memerah karena membayangkan hal-hal aneh itu.

Jangan bilang...

"Lo mau kan beliin anu, itu,.. duh..." Nada menepuk jidatnya. Wajahnya masih memerah.

"Lo balik gih."

"Hah? Lo gak mau ya?"

"Lo balik aja sekarang."

"Ham serius?"

"Softex, Carm, Laurier, Protex. Yang sering Lo pakai yang mana?"

Wajah Nada semakin tidak bisa di kondisikan.

"Udah jangan malu. Gue juga sering kok di mintain tolong sama kakak gue. Jadi udah biasa."

"..."

"Nad?"

"Eh iya anu itu terserah lo aja."

Setelah itu rasanya gue pengen pingsan aja. Gila WOY! Mana pernah lo beliin softex buat kakak lo Ham? Ngibul mulu kerjaan lo! Rasakan sensasinya setelah lo dapat barang yang lo cari itu Ham. Langsung sembuh sariawan lo.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


More Than Words : [KTH JOURNAL SERIES] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang