19.

324 12 2
                                    


Selamat membaca
🌿🌿

🌿Jangan lupa vote🌿



"Mas, terima kasih." Ucap Nafisya lalu membelai rambut Fahri.

"Untuk?." Tanya Fahri dengan mata yang masih terpejam.

"Menerima Fisya dan membantu Fisya melupakan masa lalu." Jawab Nafisya.

"Sudah menjadi kewajiban mas untuk membantu kamu." Kata Fahri.

Fahri bangkit dari tidurnya, kemudian Ia mensejajarkan dirinya dengan Nafisya. Fahri mendekatkan wajahnya pada tubuh Nafisya, membuat Nafisya gugup.

"

Sya, kamu kok bau asam." Ungkap Fahri meledek.

"Hah?."

Nafisya mencium bagian ketiak kanan dan kiri, tetapi Ia masih wangi oleh deodorant.

"Ih mas, Fisya wangi kok." Kata Nafisya kesal.

"Kalo wangi, coba mas cium." Goda Fahri sambil mengedipkan matanya.

"A-apa?." Nafisya gugup.

"Iya, sini mas cium untuk memastikan kalo kamu wangi."

Fahri menggoda Nafisya kembali sedangkan Nafisya salah tingkah dibuatnya.

Fahri mendekatkan dirinya pada wajah Nafisya. Sang empunya wajah memilih menutupkan matanya. Kemudian,

Cup!

Satu kecupan mendarat di pipi kanan Nafisya. Nafisya membuka mata lalu membulatkan matanya dengan sempurna, jantungnya berdetak lebih kencang.

"Ternyata wangi." Ucap Fahri.

Kemudian Fahri berdiri segera meninggalkan Nafisya yang masih mematung.

"Mas Fahri!." Jerit Nafisya.

Nafisya merasa panas di pipi kanan hingga ketubuh mungilnya. Tangan Nafisya bergerak untuk menyentuh pipinya yang Ia yakini sedang merah padam.

**

Nafisya sudah mandi dan sedang bersantai di depan televisi, menonton acara sore sambil menunggu adzan Maghrib. Nafisya tak melupakan cemilan yang Ia buat sendiri, cimol dan bumbu pecel.

"Assalamu'alaikum, bidadarinya Fahri." Ucap Fahri.

Nafisya menoleh sebentar lalu kembali menonton televisi. Fahri mendudukkan bokongnya di samping Nafisya dan mencomot cimol yang hendak Nafisya makan.

"Ih, mas. Punya Fisya." Kata Nafisya kesal.

"Punya kamu punya mas, punya mas punya kamu." Kata Fahri tersenyum.

"Apa sih, mas."

"Kamu masih pakai cadar?." Tanya Fahri.

" Iya. " Jawab Nafisya.

"Buka aja, kan cuma ada mas sama bi sumi." Ujar Fahri.

"Gapapa?." Tanya Nafisya.

"Iya, sayang." Balas Fahri dengan santai.

NAFISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang