05.

379 13 0
                                    

Dilupakan atau melupakan? Aku memilih untuk di lupakan. Karena, aku tidak sanggup melupakan tentang dirimu.

•Nafisya Az-Zahra.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Flashback on..

Pada saat itu aku, Adel, dan Ardian sedang duduk. Kemudian datang seorang pria, pria itu mengajak aku berkenalan.

"Gue Ferdy. Dan Lo?" Kata pria itu, ternyata nama nya Ferdy. Aku malu-malu saat itu.

"Emang gitu anaknya, suka malu." Kata Adel dan aku hanya menunduk malu. "Nama nya Nafisya." Lanjut Adel memperkenalkan diriku.

"Boleh gue panggil Fisya?" Kata Ferdy kembali. Aku terkejut, sebab "Fisya" hanya panggilan khusus untuk ibu dan ayah nya.

"Boleh.." itu kata yang pertama keluar dari mulutku saat berkenalan dengan Ferdy.

Dengan berjalannya waktu, aku dan Ferdy menjadi teman dekat. Status kami hanya 'teman' tidak lebih. Tetapi, hubungan kami seperti lebih dari kata 'teman'.

2 tahun berlalu, saat tahun ketiga sekolah aku dan Ferdy berjauhan. Ferdy mengira aku menyukai Ardian, lalu Ferdy menjauhi ku. Aku sungguh merasa kehilangan.

"Kamu suka kan sama Ardian? Pantes aja aku selalu nyatain perasaan, kamu tolak. Ternyata Ardian yang jadi alasan kamu nolak aku. Munafik kamu sya!!" begitu lah makian yang dikeluarkan oleh Ferdy.

Sungguh saat itu, aku ingin menjawab tetapi aku bungkam sebab aku tidak pandai berdebat dan aku takut dalam berdebat. Tubuhku lemah, salah satu alasan aku tidak pernah berani berdebat dan berkata keras.

"Udah gapapa, cowok banyak kok sya" kata Adel menenangkan aku yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit. Setelah kejadian itu, aku jatuh pingsan di rumah. Kondisi ku memang lemah, ketika di bentak jantungku akan terpompa lebih cepat dari biasanya.

"Iya sya, laki-laki brengsek itu ga usah kamu pikirin lagi" kata Ardian yang berdiri di pinggir ranjang pasien. Aku lemah, tidak bisa menjawab mereka. Pada saat itu air mata ku mengalir deras.

***

Setelah aku dipulangkan dari rumah sakit, aku langsung pulang ke rumah. Adel, Ardian, bunda dan ayah yang menjemputku. Saat sampai dirumah, aku langsung ke kamar dan disana terdapat beberapa kumpulan bunga.

"Bun bunda" panggil ku saat menuruni anak tangga. "Fisya pelan-pelan" kata Adel menghampiri ku di ujung anak tangga.

"Ada apa sayang?" Tanya bunda mengelus hijabku. "Ini bunga dari siapa Bun?" Tanya ku sambil menunjukkan salah satu dari bunga yang ada di kamar. "Ferdy" jawaban bunda membuat aku terkejut. "Ga mungkin Bun, yah, Ar, Del" kata ku bergetar.

"Sya" Ardian menghampiri ku mengambil bunga yang ada ditangan ku. "Ini bunga memang dari Ferdy. Dia menyesal katanya" kata Ardian menggenggam tanganku. Aku tidak percaya Tuhan, siapapun tolong hadirkan Ferdy sekarang. Begitulah aku menjerit didalam hati.

"Fisya!" Teriak bunda, saat aku berlari ke atas. "Fisya!" Teriak Adel dan Ardian bersamaan. "Fisya del hiks" bunda menangis dalam dekapan Adel. Maafkan Fisya bunda, batinku.

NAFISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang