Sorakan Cinta

3.2K 562 52
                                        

"Gooooooooooooooolll!" Renjun berseru lewat microphone yang disediakan untuk komentator.

Lapangan SMA 1 dihebohkan dengan suara Renjun sebagai komentator pagi ini, pertandingan sepak bola antar kelas sudah di mulai dan kedua tim sibuk memasukkan bola ke dalam gawang. Sudah terhitung tiga jam acara berjalan dan selama itu pula anak osis serta anak-anak ekstra lainnya bekerja.

Disana, di tengah lapangan. Bisa kita lihat wasit kesayangan kita- bukan, wasit kesayangan Renjun. Sedang berlari kesana kemari dengan kaus putih penuh keringat untuk mengikuti jalannya permainan, melihat bola dan meniup peluit dalam pertandingan.

"Ok, karena pertandingan sepak bola telah selesai dan menyisakan pemain di babak final. Mari kita berlanjut menuju pertandingan basket berdaster!" seru Renjun lewat microphone.

Sorakan para supporter menjawab pengumuman Renjun, hari semakin terik tetapi para supporter justru semakin semangat dan mendekat ke arah lapangan. Untung saja anak osis memasang tribun khusus agar para supporter tidak kepanasan.

Banyak sekali yang menonton pertandingan karena acara ini juga dibuka untuk umum, semakin umum semakin ketat pula penjagaan sekolah. Komite sekolah, polisi serta panitia dan pihak osis memastikan tidak ada siswa yang sibuk sendiri bahkan membawa minuman yang dilarang pihak sekolah.

Yah, walaupun sebenarnya keamanan itu tidak perlu karena siswa-siswi di SMA 1 hampir seluruhnya menaati peraturan sekolah demi masa depan yang baik. Tetapi tidak melupakan fakta bahwa murid dari sekolah lain akan masuk dan menghasutnya, maka dengan itu keamanan tingkat tinggi milik sekolah tetap diberlakukan. Selain untuk keamanan, para petugas juga mengawal warga yang pulang pergi melihat pertandingan.

Sorakan semakin tinggi dan memanas ketika para supporter melihat tim kelas 11 IPA 3 dan 11 IPS 4 memasukki lapangan, apa kalian tahu kelas siapa? Yap, kelas Jaemin melawan kelas Renjun. Jaemin bertukar posisi dengan wasit cadangan, dirinya adalah kaptem tim basket yang mewakili kelasnya.

Jaemin memakai daster pola vertikal putih biru yang dipinjamkan Yeji, tak lupa dengan sabuk diperutnya. Jaemin seperti ibu-ibu muda sosialita, pandangan itu tak luput dari Renjun yang senyum-senyum sendiri saat melihat Jaemin sibuk dengan kostumnya.

"Hoooiii, Jaemin!" Han berlari ke tengah lapangan menyusul Jaemin, memasangkan bandana ikat di rambutnya.

Jaemin mengulas senyum lebarnya dan berlenggak-lenggok menuju tengah lapangan, jangan lupakan tangan kanannya yang melambai. Membuatnya mendapat sorakan dari para penonton.

"Jaemiiiiin!" Shuhua berlari dari gerombolan teman-teman kelasnya dan jongkok didepan Jaemin melepas sepatunya, ternyata dirinya berniat meminjamkan sepatu sisi kirinya kepada Jaemin.

Yah, dengan setelan sepatu hitam dan pink itu membuat Jaemin menjadi lebih percaya diri untuk menghibur penggemarnya. Ada-ada saja tingkah anak kelasnya. Daster pola vertikal berwarna biru putih, sepatu berwarna hitam pink yang jelas berbeda ukuran, bandana ikat yang disimpul cantik.

Jika ada lomba pemenang kontestan tercantik mungkin Jaemin akan menang, semuanya terlihat menyukai apa yang dirinya lakukan. Permainan berlangsung ricuh dan ramai, karena setiap bola yang memasukki ring, kelas Jaemin akan menarikan koreografi milik Sistar - Touch My Body. Benar-benar menghibur sekali. Jaemin bahkan tidak malu untuk bergoyang menghibur penonton.

Dia sangat menikmati permainannya yang konyol tetapi tetap dalam aturan permainan, banyak sorakan dan dukungan yang tim Jaemin dapatkan. Itu membuat tim lawan merasa insecure.

"Na Jaeeeeeemiiiinn!!!!!"

"Kelas 11 Ipa 3 menuju final!!!"

"Ayo teman-teman! Menangkan!"

"Jaemin boksermu melorot!" teriakan ini membuat Jaemin menghentikan lay up-nya dan menungging untuk mengecek celananya dari bawah, membiarkan lawan merebut bola dan mencetak skor.

Sorakan semakin terdengar riuh saat Jaemin gagal mencetak skor, supporter saling menyalahkan teriakan tadi.

"Kakak mendukungmu!"

"Jaemin ayo pacaran!"

"Tampan sekali!"

Para kakak kelas di samping panggung komentator membuat risih para penonton, mereka menggunakan megaphone untuk menyemangati Jaemin. Hal ini tentu membuat Renjun kesal, dirinya menyalakan microphone dan berteriak menyemangati Jaemin.

"Oh! Na Jaemin berhasil melakukan lay up kembali dan masuk!"

"Na Jaemin berlari– OH! Tidak dia terjerembab dasternya! Go go Jaemin!" Renjun mengepalkan tangan dan berteriak menyemangati Jaemin dengan sekuat tenaga sebelum Hyunjin berteriak, "Hoi! Kami berlima, kenapa hanya Jaemin yang disemangati?"

"CIEEEEEE!!" Sorakan teman-teman Jaemin membuat Renjun malu dan menutup wajahnya.

Semua perlombaan berjalan dengan lancar. Usai acara Jaemin duduk di pinggir lapangan, tak jauh dari panggung komentator. Renjun menggenggam sebotol air putih dan ingin ia berikan kepada Jaemin. Renjun lantas berdiri dan berjalan ke arah Jaemin, namun baru dua langkah ia memutuskan untuk duduk kembali.

Kakak kelas yang menyemangati Jaemin sudah memberikan sebotol air putih terlebih dahulu, bahkan Jaemin menerimanya dengan senyum manis. Bibir Renjun tersenyum tipis, dirinya kembali mendata perlombaan dan mengabaikan fakta bahwa Jaemin berjalan kearahnya.

"Ren?" Jaemin mengusak rambutnya lalu mendekatkan pipinya ke pipi Renjun.

"A-apa?!" risih tetapi tidak mau menjauh, hanya Renjun.

"Sedang apa? Mendata perlombaan? Aku menang tidak? Hm? Hm?" tanya Jaemin sembari mengusakkan pipinya pada pipi Renjun.

Renjun mendorong Jaemin menjauh, "Bau keringat!"

Jaemin tertawa kecil lalu menyodorkan sebotol air putih dari kakak kelasnya tadi, masih tersegel dengan rapi, "Tidak kuat, tolong bukakan."

"Begitu saja tidak kuat!" Renjun membuka tutup botolnya dan menyodorkan kembali.

"Minum" pinta Jaemin.

"Eh?" Renjun blank, tidak paham dengan kelakuan aneh Jaemin.

"Minum saja!" akhirnya Renjun pun meminumnya walau seteguk.

Jaemin tersenyum dan menerima botol itu kembali, memutar botol dan mencari bekas bibir Renjun lalu meneguk isi botol hingga tandas. Renjun memperhatikan Jaemin yang menjauh sambil meminum air putihnya itu, 'Indirect Kiss?'

Astaga... Sadarkan Renjun!

Tidak, tidak! Bawa dia pergi, sangat malu!

MASA SMA - JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang